Happy reading
Haruto mencengkram selimut yang melilit tubuhnya dengan erat, rasa takutnya yang sejenak tadi hilang langsung muncul lagi sekarang. Ditambah lagi dia hanya berdua bersama dengan, pengguna pisau yang sejak beberapa waktu lalu membuatnya sakit karena takut.
"Kau takut dengan ku?"
Tersentak kaget saat suara bariton yang mengalun ditelinga miliknya, haruto dibuat semakin takut, jantungnya kembali berdetak kencang. Kenapa harus hanya berdua dengan iblis berkedok anime hidup, dan bahkan tanpa disadari haruto sudah mundur hingga mentok.
"Chan! Tolong sahabat malang mu ini!"
Batin haruto, memanggil nama haechan."Sumpah! Jangan pacaran mulu, minimal dateng sama si singa."
"Watanabe Haruto." Panggil Asahi dingin.
Deg!
Haruto merasakan penyakit dejavu milik dirinya kambuh lagi, sungguh kenapa suara asahi persis dengan seseorang yang pernah ada di masa lalunya. Suhu tangan dengan ruangan tidak seimbang, dingin menyelimuti telapak tangan haruto yang masih mencengkram selimut. Sedangkan suhu diruangan itu, atau lebih tepatnya kamar milik seorang Asahi, adalah panas.
"M-maaf..." Lirih haruto, meremas dada miliknya yang terasa sedikit nyeri.
"J-jangan lagi, plis..."
Tubuh itu bergetar hebat, menahan rasa takut, sakit, dan debaran yang menjadi satu. Haruto menggelengkan kepalanya dengan brutal, membuat raut dingin itu berubah menjadi panik.
"Ssttt...nanti pusing, tolong berhenti." Pinta asahi, mencoba menenangkan haruto.
Dirinya sengaja mengunci pintu kamar miliknya, yang beruntung sekali hanya bisa dibuka olehnya agar bisa berbicara dengan fokus bersama haruto, tanpa para saudara-saudaranya, dan juga gangguan lainnya.
Sudah cukup tiga hari suram, merasa bersalah, sedikit takut kembali kambuh menimpanya. Asahi hanya ingin sekali meminta maaf, atas apa yang terjadi pada saat itu dimana penyakitnya kambuh, dan berakhir membunuh satu bodyguard, satu maid, dan melukai cintanya.
"S-sakit..." Rintih haruto, mencoba untuk menjauh dari jangkauan asahi.
"L-lepas! Tolong..."
Dada asahi sesak melihat haruto yang terus-menerus, meremas dadanya dan meracau. Apakah sebenarnya haruto memiliki penyakit, atau kondisinya yang memang masih belum stabil.
Rasa khawatirnya semakin tinggi saat haruto mencoba memberontak, dengan reflek asahi hampir terhuyung kebelakang karna dorong kuat haruto.
Grep!
"Tolong haruto! Dengarkan aku!" Asahi sedikit menyentak.
Dengan gesitnya dia menarik haruto yang masih memberontak kedalam pelukannya dengan, sedikit tergesa-gesa. Hatinya dan batinnya bekerja sama, untuk membuat dirinya tertekan atas rasa bersalah.
Haruto menangis dalam pelukan asahi yang, dengan tiba-tiba memeluk. Sungguh dadanya terus menerus berdetak tidak beraturan, nafasnya juga mulai tersendat.
"Aku mohon...ini menyiksaku." Lirih asahi putus asa, memohon kepada haruto.
"Haruto..."
Deg!
Jantung haruto melengos merasakan sesuatu yang membasahi bahunya, dia bahkan sedikit tersentak saat lengan miliknya dicengkeram lembut oleh asahi.
Sungguhan, dia tidak mimpi kan, seorang kim asahi menangis hanya karna dirinya yang aneh ini, sungguh. Haruto masih diam mematung menatap punggung yang bergetar, tangannya dengan terangkat dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruto Harem [ Psikolog?] End
Teen FictionWatanabe Haruto seorang mahasiswa semester akhir yang harus berurusan dengan anak dari dosennya, hanya karna dia telat mengumpulkan skripsi miliknya. Kesabaran dan juga kepedulian haruto diuji, dengan berbagai macam-macam jenis sifat dan karakter da...