04. Beban Si Sulung

668 53 2
                                    

"Aku pulang,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pulang,"

"KAK HYUN!"

Hyunsuk tersenyum lembut kala mendengar teriakan mengelegar dari quarto kurcaci. Ke-empatnya yang semula tengah sibuk bermain dengan Jaehyuk dan Mashiho langsung berlari ke arah Hyunsuk yang masih terdiam di depan pintu sambil menganti sepatu kerjanya dengan sendal rumahan.

"KAK HYUN, KAK HYUN, GENDONG!" pekik Junghwan sambil melompat-lompat dengan tangan terangkat naik.

"DOBBY JUGA MAU GENDONG!" ucap Doyoung sambil menarik-narik celana bahan Hyunsuk.

"Kak Hyun beli cookies untuk Uwo tidak?"

"Uto juga mau cookies!"

Hyunsuk hanya tersenyum mendengar celotehan dari empat adik bungsunya itu yang sepertinya tak ada habis-habisnya. Jujur, saat ini Hyunsuk tak memiliki tenaga untuk meladeni adik-adik bungsunya. Namun, ia tak tega juga jika harus menghiraukan empat buntalan penuh energi itu. Ia tak ingin mengecewakan ke-empatnya.

"Ayo sini sama Kak Hyuk saja," Beruntung, Jaehyuk yang sepertinya peka bahwa sang kakak sulung tengah kelelahan langsung mengendong Junghwan yang merengek kencang.

"Tadi kan kak Chio sudah membuatkan cookies untuk Uwo dan Uto, ayo, belum habiskan?" Tanya Mashiho ikut mengendong Doyoung, beruntungnya anak itu tak merengek seperti si bungsu.

"Emmm, belum sih," sahut Jeongwoo

"Ya sudah ayo kita ke dapur dan mengambil cookies untuk Uwo dan Uto. Biarkan kak Hyun istirahat dulu yah"

"Terima kasih banyak Chio, Jaehyuk," ucap Hyunsuk sambil tersenyum pada kedua adiknya.

"Tak masalah kak. Kakak pergi lah istirahat, nanti Chio panggil ketika makan malam,"

Hyunsuk hanya mengangguk sebagai balasan. Hyunsuk mengusak masing-masing rambut adik-adiknya. Setelahnya si sulung Choi itu pun bergerak menaiki tangga, menyapa singkat Yoshi yang berjalan ke bawah. Setelahnya ia masuk ke dalam kamar dan langsung menjatuhkan dirinya di sofa besar yang ada di dalam kamarnya, tepat menghadap ke arah koleksi action figurenya yang kerap kali menjadi bahan mainan adik-adik bungsunya.

Hyunsuk menghela napas, melepaskan dasi yang terasa mencekik lehernya. Setelahnya ia bergerak mengambil ipadnya guna mengecek beberapa laporan yang masuk berkaitan dengan perusahaan. Inilah kehidupan Hyunsuk sekarang. Mengurus perusahaan peninggalan mendiang sang ayah. Jika boleh jujur, Hyunsuk sebenarnya sama sekali tak memiliki minat dalam dunia bisnis. Sejak dulu, ia selalu mencintai musik. Semenjak mendengar suara merdu sang ibu tiap kali berusaha membuatnya terlelap dulu sekali, Hyunsuk langsung jatuh cinta pada musik.

Ia bahkan dulu pernah dengan bangga berteriak pada sang ayah bahwa ia akan menjadi seorang pencipta musik terkenal. Ia bahkan masih ingat kala itu sang ayah tertawa kencang, lantas mengendongnya dan berkata, "Sukkie ayah pasti bisa menjadi pencipta musik terkenal, ayah percaya itu"

My TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang