Sejak dulu, Mashiho sangat menyukai kegiatan masak-memasak. Ia ingat setiap hari selalu membantu sang ibu untuk memasak, meski kala itu Mashiho hanya di berikan tugas memotong sayuran dengan pisau mainan miliknya tapi Mashiho sangat bahagia. Ia bahagia bisa menghabiskan waktu bersama ibu sambil mendengarkan senandung yang keluar dari bilah bibir sang ibu.
"Chio, suka memasak?" Pertanyaan dari masa lalu menelusup masuk ke dalam kepala Mashiho.
Ia ingat Mashiho kecil menganggukan kepalanya dengan semangat yang membuat sang ibu terkekeh gemas, "Io suka masak sama bubu"
"Kenapa Chio suka memasak? Padahalkan lebih enak makan"
"Emmm, karena Io suka menghabiskan waktu bersama bubu. Tapi, Io juga suka makan kok. Kata yayah kalau mau tinggi seperti kak Hoon harus banyak makan"
"Hahaha, anak ibu memang pintar" ucap ibu sambil mengusap sayang rambut Mashiho kala itu.
Sekarang, itu semua hanya tinggal kenangan yang tersisa di sudut kepala Mashiho. Ia sudah tak dapat menemukan presensi sang ibu yang sibuk hilir mudik guna mempersiapkan makanan untuk keluarga besarnya. Tak ada senandung merdu yang beradu dengan berisiknya alat-alat masak. Tak ada sosok yang selalu mengajak Mashiho untuk masak bersama.
Kini, di dapur besar rumahnya hanya ada Mashiho seorang bersama kenangan tentang sang ibu. Mashiho menghela napasnya, entah mengapa hari ini ia begitu melankolis. Pria mungil itu pun bergerak membuka rak-rak berisikan alat-alat untuk membuat kue. Hari ini ia akan membuat kue untuk merayakan hari ulang tahun sang ibu.
Dari kejauhan dapat ia dengar suara berisik dari quarto kurcaci yang sepertinya tengah bermain perang-perangan. Ah, adik-adiknya itu pasti akan senang sekali ketika kue buatan Mashiho telah jadi. Apalagi Haruto, anak itu sangat mencintai segala macam makanan manis.
Ketika Mashiho berbalik guna menaruh bahan-bahan di atas pantry, pria itu sedikit terkejut kala menemukan quarto kurcaci yang sudah berdiri di belakangnya. Ke-empatnya nampak memandang Mashiho dengan mata berbinar.
"Kalian membuat kak Chio kaget," ucap Mashiho sambil menaruh semua bahan di atas pantry, "Ada apa?" Tanyanya kemudian sambil mensejajarkan tingginya dengan ke empat buntalan mengemaskan itu.
"Kak Chio mau membuat kue yah?" Tanya Doyoung
Mashiho menganggukan kepalanya, "Iya, ini hari yang spesial"
"Tapi adek nda sedang ulang tahun," sahut Junghwan polos.
"Kami juga" koor Haruto dan Jeongwoo kompak.
Mashiho terkekeh, "Ini hari ulang tahun ibu" sahutnya yang membuat quarto kurcaci berjingkrak-jingkrak kegirangan.
"Benarkah kak Chio? Hari ini ulang tahun ibu?" Tanya Jeongwoo antusias.
"Iya benar, makannya kakak mau membuat kue ulang tahun spesial untuk ibu"
"Uto mau bantu!" Pekik Haruto sambil mengacungkan tangannya tinggi-tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Treasure
FanfictionJika ada yang bertanya pada Junghwan apa harta paling berharga yang ia miliki. Maka anak dengan pipi gembul itu akan menjawab dengan lantang, "Kakak-kakakku". Karena bagi Junghwan, tak ada harta karun yang lebih berharga di bandingkan keluarganya.