"Uwo ayo segera berangkat, nanti Kak Hyun terlambat ke kantor"
"Uto sini pakai sepatu dulu!" ucap Asahi sambil mengejar Haruto yang memutari meja ruang tamu.
"Dobby kemana?"
"Itu Dobby di sebelahmu Choi Junkyu" ucap Yoshi tak habis pikir.
Junkyu langsung saja menoleh, menemukan Choi Doyoung yang duduk tenang sambil menatapnya tak percaya seolah-olah si tertua dari quarto kurcaci itu baru saja mendengarkan konspirasi mencengangkan mengenai bokong yang ternyata ada dua dan bukan satu.
Junkyu menepuk jidatnya pelan, "Ya ampun maaf, habisnya Dobby kecil sekali" ucap Junkyu
"Bukankah jadinya akan seram jika Dobby berbadan besar di usianya saat ini?" tanya Jaehyuk yang membuat Junkyu terdiam. Mungkin sedang berpikir, mungkin juga terlalu malu menangapi Jaehyuk yang ada benarnya juga.
Ya, begitulah setidaknya cuplikan kehebohan keluarga Choi di Senin pagi. Ada dua tersulung yang tengah kelimpungan hendak pergi ke kantor masing-masing, dan sisanya tengah bersiap-siap hendak pergi ke Sekolah masing-masing. Terkecuali Junkyu dan Yoshi yang memiliki kelas siang nanti. Ah, juga si bungsu yang sedari tadi berjongkok sambil berpangku tangan menatap kekacauan di hadapannya dengan bibir mengerucut.
"Semua sudah siap kan? Ayo kita berangkat sekarang. Junkyu, Yoshi pastikan kalian pergi setelah bibi Kwon datang. Jangan sampai Hwanie sendirian di Rumah"
"Baik kak Hyun," koor keduanya kompak
Hyunsuk tersenyum, mengacak surai kedua adiknya yang masih kusut karena belum mandi, "Hati-hati yah, Hwanie kak Hyun pergi dulu. Uto, Uwo, Dobby, ayo kak Hyun yang antar"
"ASIIIKKK DI ANTAR KAK HYUN!" Pekik Haruto, Jeongwoo dan Doyoung berbarengan
"Mashi, Hyukie, Sahi, dan Damie berangkat sama kak Hoon yah," ucap Jihoon sesaat setelah membenarkan letak dasinya.
"Dah adek," ucap Haruto sambil mengacak surai Junghwan
"Nanti kak Uwo belikan adek camilan yah," sahut Jeongwoo sambil mengandeng tangan kakak kembarannya.
"Tunggu kak Dobby pulang yah, nanti kita main sama-sama," ucap Doyoung sambil mencubit gemas pipi gembil Junghwan.
"Dah, kakak-kakak" sahut Junghwan lemas sambil melambaikan tangannya pada kakak-kakaknya yang melangkah keluar dari pintu depan.
"Aku mau lanjut tidur dulu," ucap Junkyu sambil menguap dan melangkahkan kakinya menuju anak-anak tangga.
Ah, rasanya Junkyu malas meniti tiap-tiap anak tangga itu dan ingin teleportasi saja jika ia bisa. Sebenarnya Junkyu pernah menyarankan pada Kak Hyun untuk membuat lift di rumahnya itu namun kakak sulungnya itu berkata, "Kan sudah ada tangga, hitung-hitung olahraga Kyu. Kau kan jarang olahraga"
Yoshi yang melihat kembarannya itu hanya mengelengkan kepalanya tak habis pikir. Sebelum pria itu menoleh dan menemukan Junghwan yang masih berdiam diri di posisinya. Sebenarnnya, Yoshi sudah menyadari ada yang berbeda dari si adik bungsu beberapa waktu belakangan ini. Anak itu akan tiba-tiba menjadi murung ketika waktu sarapan selesai dan setelahnya akan berjongkok di sana dengan ekspresi sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Treasure
Hayran KurguJika ada yang bertanya pada Junghwan apa harta paling berharga yang ia miliki. Maka anak dengan pipi gembul itu akan menjawab dengan lantang, "Kakak-kakakku". Karena bagi Junghwan, tak ada harta karun yang lebih berharga di bandingkan keluarganya.