Jihoon menghela napasnya sesaat setelah kepalanya mendongak dari laptop. Si tertua kedua itu memandang lurus pada seonggok buntalan yang tengah duduk sambil mengayunkan kaki-kaki mungilnya dan tersenyum lebar ke arahnya. Pada akhirnya pria dengan wajah kusut itu bangkit berdiri, membawa beberapa lembar kertas dari meja kerjanya juga setumpuk stabilo yang biasanya ia gunakan untuk menandakan data-data penting di kertas.
"Jeongwoo-ya, tidak bosan menunggu kakak bekerja?"
Iya, buntalan yang selama satu jam ini terus memperhatikan Jihoon tak lain dan tak bukan adalah Jeongwoo. Sebenarnya ini hari Sabtu, tandanya Jihoon tak perlu membuang tenaga untuk pergi ke kantor. Namun secara mendadak ia mendapatkan panggilan dari bosnya yang mengharuskannya untuk pergi ke kantor.
Masalahnya adalah di rumah hanya ada dirinya dan Jeongwoo saja. Kakak beserta adik-adiknya pergi keluar sedari pagi. Jihoon terlalu malas untuk ikut, pun Jeongwoo yang mendadak lengket padanya dan tetap ingin tinggal di rumah bersamanya. Jadi mau tak mau Jihoon harus membawa serta Jeongwoo ke kantornya. Tak mungkin bukan ia meninggalkan buntalan penuh energi itu di rumah? Bisa-bisa rumahnya terbakar sampai jadi abu.
Kembali lagi dengan si kecil Choi Jeongwoo, anak itu mengelengkan kepalanya pelan, "Tidak bosan, kak Hoon keren sekali deh ketika bekerja. Matanya jadi tajam dan galak hehehe"
"Loh memangnya Uwo tidak takut melihat kakak yang galak?" Tanya Jihoon
"Takut, tapi karena keren jadi tidak apa-apa"
Mendengar itu Jihoon terkekeh pelan, ia mengusap hidungnya dengan ibu jari sambil menaikan sebelah alisnya, "Kakaknya siapa dulu dong?" Tanyanya
"KAKAKNYA UWO!" pekik Jeongwoo sambil melompat kecil di tempat duduknya dan merentangkan kedua tangannya, "Kakaknya kak Ochi, Kak Kyu, Kak Chio, Kak Jeyuk, Kak Asa, Kak Damie, Kak Dobby, kak Uto dan adek Hwanie juga!" Lanjutnya sambil menunjukkan 9 jarinya pada Jihoon.
"Pintar sekali sih adik kakak," ucap Jihoon sambil mengacak rambut Jeongwoo, "Sambil menunggu kakak, Uwo gambar-gambar di sini yah agar tidak bosan. Maaf karena kakak tidak punya pensil warna atau krayon jadi pakai stabilo dulu yah"
"Pakai satabilo juga tidak apa-apa kok kak"
"Stabilo yang benar Uwo," koreksi Jihoon sambil mencubit pipi Jeongwoo, "Nanti kita makan di luar yah kalau pekerjaan kakak sudah selesai"
"Siap kapten!"
Setelahnya Jeongwoo nampak fokus mengambar di kertas kosong yang Jihoon berikan. Pria itu pun pada akhirnya kembali ke meja kerjanya, menatap Jeongwoo sejenak sebelum kembali fokus pada pekerjaannya. Jarang-jarang bukan ia memiliki waktu untuk bersama dengan Jeongwoo. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya dan menciptakan kenangan bersama yang menyenangkan dengan sang adik.
-
Dua jam kemudian, Jihoon selesai dengan urusan pekerjannya. Pria itu merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku sebelum kembali fokus pada Jeongwoo yang ternyata sudah tertidur pulas. Melihat itu Jihoon tersenyum, adiknya pasti lelah juga karena harus menunggu Jihoon bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Treasure
FanfictionJika ada yang bertanya pada Junghwan apa harta paling berharga yang ia miliki. Maka anak dengan pipi gembul itu akan menjawab dengan lantang, "Kakak-kakakku". Karena bagi Junghwan, tak ada harta karun yang lebih berharga di bandingkan keluarganya.