Pagi-pagi buta sekali, bahkan mentari belum menampakkan wujud sempurnanya rumah keluarga Choi sudah terlihat ramai dengan berbagai aktivitas. Seperti contohnya Jihoon yang bulak-balik membawa koper masuk ke dalam sebuah mini bus, Mashiho dan Asahi yang sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan, Hyunsuk yang berkutat di depan laptop untuk menyelesaikan beberapa tugas kantor dan juga sosok Yoshi, Junkyu, Jaehyuk dan Yedam yang masing-masing mengendong quarto kurcaci yang nampak terlelap nyaman dalam gendongan kakak-kakaknya.
Sesuai dengan rencana, Sabtu ini Hyunsuk dan adik-adiknya akan pergi mengunjungi rumah kakek dan nenek di daerah pedesaan. Masih terngiang dalam benak Hyunsuk seberapa bahagianya suara sang nenek kala tiga hari yang lalu Hyunsuk mengatakan akan berkunjung bersama adik-adiknya. Ia memang sudah lama tak mengunjungi orang tua dari ayahnya tersebut. Selain karena kesibukannya, faktor jarak yang jauh pun menjadi alasan Hyunsuk tak dapat sering-sering mengunjungi kakek dan neneknya itu. Apalagi quarto kurcaci dulu masih sangat kecil-kecil sehingga pasti akan sangat rewel jika di ajak untuk pergi sejauh itu.
Kakek dan neneknya itu memang memutuskan ingin tinggal di pedesaan meski memiliki sejumlah mansion mewah di perkotaan semenjak kakek menurunkan semua urusan perusahaan kepada sang ayah—yang kini diurus oleh Hyunsuk—. Katanya, mereka ingin menikmati waktu senja berdua di tempat yang tenang dan jauh dari ramainya perkotaan. Meski begitu, sang kakek tetap memegang beberapa persen dari saham perusahaan Hyunsuk sehingga terkadang beliau harus datang ke Seoul jika ada rapat pemegang saham.
"Hoam, Kak Hyun harus sekali berangkat sepagi ini? Lihat, quarto kurcaci saja masih mengantuk begini meski sudah mandi" ucap Junkyu sambil membenarkan posisi Doyoung yang melorot dalam gendongannya.
Hyunsuk yang masih fokus pada laptopnya mendongak, ia tersenyum kecil, "Kau sendiri pun terlihat mengantuk Junkyu-ya" ucap Hyunsuk
"Itulah, aku masih ingin bermanja-manja dengan kasurku" rengek Junkyu sambil mengerucutkan bibirnya
Hyunsuk tertawa pelan, ia menutup laptopnya lalu memasukkannya ke dalam tas sebelum bangkit dan mengkode Junkyu untuk memberikan Doyoung ke dalam gendongannya yang langsung dilakukan oleh Junkyu, "Rumah kakek dan nenek kan jauh sekali, jika kita tak berangkat pagi-pagi sekali mungkin kita akan sampai siang menjelang sore hari" jelas Hyunsuk
"Kak Hyun, kak Kyu, sarapannya sudah jadi. Ayo sarapan dulu," ucap Asahi sebelum berlalu pergi, ia harus memberitahu saudara-saudaranya yang lain.
"Ayo sarapan dulu, kau bisa tidur kembali ketika perjalanan" ucap Hyunsuk sambil melangkah menuju meja makan yang di ekori oleh Junkyu.
"Dobby-ya, sarapan dulu yuk. Nanti boleh tidur lagi" ucap Hyunsuk sambil mengecupi setiap inchi wajah Doyoung yang menyebabkan anak itu terusik.
"Ngantuk Kak Hyun," rengek Doyoung sambil mendusel di perpotongan leher Hyunsuk.
"Sarapan dulu yah, nanti kalau tidak sarapan sakit loh. Habis itu minum obat anti mabuk perjalanan" ucap Hyunsuk sambil dengan perlahan menurunkan Doyoung untuk duduk di kursi yang mau tak mau membuat anak itu sedikit terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Treasure
FanfictionJika ada yang bertanya pada Junghwan apa harta paling berharga yang ia miliki. Maka anak dengan pipi gembul itu akan menjawab dengan lantang, "Kakak-kakakku". Karena bagi Junghwan, tak ada harta karun yang lebih berharga di bandingkan keluarganya.