Happy birthday
Suara motor Afan berdengung mengeluarkan gema yang cukup keras, begitu juga motor merah dari lawannya terlihat perbedaan warna yang sangat kontras dari keduanya mereka hanya tinggal menunggu aba-aba untuk menarik gas itu dari melaju sekencang-kencangnya.
"SATU, DUA, TIGA!!!" Seorang perempuan menyibat bendera yang ada di genggamannya ke atas, sedetik kemudian, deruman keras dari pengendara motor besar berlomba lomba untuk memenuhi area yang ramai oleh orang-orang itu.
Teriakan saling beradu, bermaksud untuk menyemangati jagoan mereka yang tengah memacu motor tersebut.
"AFAN!!!"
"AFAN AYANG GUE!!!"
"AFAN, WOII!!! SEMANGAT"
Cowok di dalam helm merah itu semakin memacu motornya dengan cepat hingga membalap banyak motor di depannya, Afan paling mencolok, jadi jagoan orang banyak karena dilihat dari seberapa seringnya cowok itu memenangkan pertandingan.
Afan sangat menyukai balap motor bahkan mobilnya ini sudah sangat mendarah daging semua orang tidak bisa melarangnya, Eby sekalipun sudah beberapa kali memperingati namun cowok itu bersih keras dan kembali memalukan.
Motor hitam kesayangan Afan ikut bekerja sama, motor itu dengan cepat melesat tak terelakkan membuat semua orang yang melihat Afan tidak bila lagi meragukan kehalian cowok itu.
Afan tersenyum kecil ketika motornya akan mencapai garis finish. Semua bersorak Sorai ketika malam ini pertandingan kembali di menangkan oleh seorang Afan. Beberapa motor yang baru sampai di garis berdecih, merasa bosen melihat cowok bernetra mata coklat itu selalu sampai terlebih dahulu.
Afan menatap cowok yang ada di atas motor merah. Di hampirinya laki-laki itu dengan tersenyum miring " See? Gue lagi yang menang"
"kemenangan Lo cuma keberuntungan"
" Bahkan gue udah nggak bisa ngitung berapa kali gue menang. Jadi itu yang namanya keberuntungan? Afan tertawa pelan lalu meninggalkan Algha yang hanya diam mengepalkan tangannya kesal.
"Selamat bro!!" Eby menepuk pundak Afan kencang ketika cowok itu tengah meminum sebotol air mineral.
"Keselek bego!" Afan terbatuk pelan.
"Sorry"
...000...
Motor milik Afan itu sudah memasuki pekarangan rumahnya hari sudah telat sang surya sudah berganti tugas dengan rembulan sudah pukul 11.00 malam.
Dengan langkah lesuh, Afan memasuki rumah, berdoa dalam hati agar dirinya tidak di marahi oleh sang bunda karena pulang telat.
"Bagus, pulang telat, ngagk ada salam juga, lanjutkan ya, Fan".
Afan terdiam seketika. Niat awalnya hanya ingin menaiki tangga itu pun seketika terhenti. Dia seolah berubah menjadi patung batu sehingga tidak mampu menggerakkan Bahakan untuk berkedip sekalipun.
"Dari mana saja kamu, kenapa pesan dan panggilan bunda tidak ada yang terjawab satupun sejak jam 2 siang? Mama mau dengar alasan yang logis" Sinis Anita yang sudah menyilangkan tangannya di depan dada. Menatap tajam Afan yang akhirnya berbalik badan menatapnya.
"Afan habis balapan ma" Ucap Afan jujur.
"APA!!!. , Mama udah bilang kan, mama gak suka kalau kamu ikut balap-balapan yang gak jelas itu" Marah Anita pada Afan.
"Maaf ma" Ucap Afan merasa bersalah.
"Udah sana masuk kamar, mama pusing" Usir Anita dengan wajah sinis.
Afan pergi menuju kamarnya, menaiki tangga dengan buru-buru. Sampai di kamar dia langsung merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya.
Dia mengeluarkan ponselnya dari saku jaket, dan melihat apakah ada pesan masuk apa tidak, ternyata tidak ada sama sekali.
Afan membersihkan tubuhnya di kamar mandi, lalu dia keluar kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang menutupi bagian bawahnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN RAHASIA
Teen FictionKenalin gue Devi, tujuan gue hidup itu hanya ingin bertemu dengan Abang gue yang selama ini tinggal di Jakarta, ya gue dengan Abang terpisahkan sejak kecil. Orang tua kami berpisah sejak kami masih kecil, Abang dibawa oleh papa ke Jakarta, sedangkan...