Bagian 38: Musibah di Jalan

378 37 4
                                    




💫HAPPY READING💫





Sampai di kelas Afan segera melemparkan tas nya di meja nya, lalu menghampiri teman-temannya yang saat ini duduk di bangku Eby.

"Tumben berangkat sendiri" sindir Eby yang mendapatkan tatapan tajam dari Afan.

"Emang biasanya berangkat sama siapa?" tanya Nizam polos, karena memang sahabatnya satu ini belum mengetahui jika Afan sudah jadian dengan Sridevi.

"Pacarnya lah, Lo kira sama siapa?" Celetuk Eby tanpa rasa bersalah.

"Hah! Sejak kapan Lo punya pacar, fan." heboh Nizam saat mengetahui Afan sudah memiliki pacar.

"Kemarin" ucap Afan singkat.

"Siapa?" Tanya Afan dengan perasaan kepo.

"Tuh, orangnya" jawab Eby seraya menunjuk ke arah Sridevi yang baru masuk kelas.

melihat ada yang menunjuk srudevi hanya diam berjalan ke arah bangkunya.

"Sridevi?"

"Hmm" Afan berdeham pelan namun masih bisa didengar.

"Sejak kapan Lo pacaran sama Devi?" tanya Nizam.

Pertanyaan dari Nizam belum sempat ia jawab karena Tiba-tiba, ketua kelas, Kevin menerima pesan dari guru piket bahwa Bu melly tidak bisa hadir karena ada urusan mendadak. Suasana kelas langsung berubah riuh. "Jamkos!" seru kevin dengan penuh semangat.

Para siswa di kelas XI IPA 1 langsung bersorak gembira begitu mendengar kabar bahwa Bu Melly berhalangan hadir dan mereka mendapatkan jamkos.

Banyak siswa-siswi yang memanfaatkan jamkos dengan berbagai kegiatan, seperti Eby yang selalu membawa speaker portabel ke sekolah, segera menyalakan musik. Mereka mulai berdansa dan bernyanyi bersama, mengisi ruangan dengan suara keceriaan.

Ada siswa yang memutuskan untuk bermain kartu. Mereka tertawa lepas setiap kali ada yang kalah dan harus menerima hukuman yang lucu, seperti menirukan suara binatang atau di oleskan sedikit bedak putih di bagian wajah.

Ada juga yang memanfaatkan waktu jamkos ini untuk hal yang lebih kreatif. Beberapa siswa, termasuk Sridevi dan vio memutuskan untuk menggambar pemandangan alam.

Tak lama kemudian, bel tanda berakhirnya jam pelajaran berbunyi. Meskipun hanya satu jam kosong, namun penuh dengan keceriaan dan kreativitas. Jamkos itu menjadi salah satu momen yang tak terlupakan bagi kelas XI IPA 1, dimana mereka bisa bersantai, berkreasi, dan saling menghibur satu sama lain.

Jam istirahat berbunyi, siswa siswi berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya yang kosong, Sridevi berjalan ke arah bangku Afan.

"Ayo ke kantin" ajaknya.

"Lo aja, gue mau tidur" tolak Afan.

Sridevi terkejut mendengar jawaban Afan yang biasanya semangat kalau diajak ke kantin.

"Lo kenapa? Gue ada salah?" tanya Sridevi penasaran, karena melihat perubahan sikap Afan pada dirinya.

"Gak ada, Lo ke kantin aja sana, nanti pulang sekolah bareng gue" ucap Afan.

"Yaudah, gue ke kantin dulu"

"Hmm"

Jam pulang sekolah berbunyi, menandakan pembelajaran hari ini telah selesai, siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas dan segera menuju tempat parkir. Seperti halnya dengan Sridevi dan Afan, keduanya sedang berjalan ke arah parkiran, tempat dimana motor Afan berada.

"Pake" ucap Afan seraya memberikan helm.

Kini keduanya sudah menaiki motor, lalu melaju meninggalkan sekolah. Sepanjang perjalanan hanya tercipta keheningan, tak ada yang membuka suaranya terlebih dahulu, Jalanan kota yang ramai dengan suara klakson dan deru mesin itu menambahkan keheningan diantaranya. Saat melewati sebuah taman, Sridevi tiba-tiba menunjuk ke arah kios es krim. "Fan, kita berhenti sebentar, yuk! Gue haus, pengen es krim," pintanya.

Afan melirik jam di tangannya dan mengangguk. "Boleh, tapi sebentar aja" katanya sambil menepikan motor di dekat kios es krim.

Mereka memesan es krim dan duduk di bangku taman, menikmati momen santai. Setelah selesai, mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang. Jalanan yang semula ramai kini mulai lengang saat mereka melewati jalan-jalan kecil menuju kontrakan Sridevi.

Namun, tiba-tiba terdengar suara keras seperti letupan. Motor yang mereka kendarai mulai oleng. "Aduh, apa itu?" kata Sridevi panik sambil mencoba mengendalikan motor. Afan merasakan getaran aneh di bawahnya.

"Dev, kayaknya ban nya pecah!"

Afan dengan cepat menepikan motor ke pinggir jalan dan mematikan mesin. Keduanya turun untuk memeriksa. Ternyata benar, ban belakang motor mereka pecah dan kempes. "Ck, sial. Ban pecah di tengah jalan begini" keluh Afan sambil menggaruk kepala.

Afan mencoba berpikir cepat. "Kita harus cari bengkel terdekat" ucap Afan dan diangguki oleh Sridevi.

Mereka pun mulai mendorong motor dengan hati-hati. Matahari mulai tenggelam, dan suasana sekitar menjadi sedikit gelap. Meski lelah, mereka tetap bersemangat sambil terus bicara untuk mengurangi rasa capek.

Tak lama kemudian, mereka melihat tanda bengkel di kejauhan. "Itu dia, Fan! Akhirnya sampai juga," seru Sridevi dengan lega.

Mereka memasuki bengkel kecil itu, dan seorang mekanik tua menyambut mereka. "Ada yang bisa saya bantu" tanya Pak Bobby, pemilik bengkel.

"Ban motor kami pecah, Pak. Bisa dibetulkan?" jawab Afan .Pak Bobby melihat kondisi ban dan mengangguk.

"Bisa, bisa. Tunggu sebentar ya," katanya sambil mulai bekerja.

Sambil menunggu, keduanya duduk di bangku panjang, melihat keringat Afan yang bercucuran ia segera mengelap dengan tangannya.




Jangan lupa vote and komen
Terima kasih 🥰

Jangan lupa mampir di cerita ku yang ini, terima kasih banyak ♥️💐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa mampir di cerita ku yang ini, terima kasih banyak ♥️💐




24 Juni 2024

















CINTA DAN RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang