Setelah menunaikan shalat Maghrib dan membaca Alquran, Sridevi langsung bersiap-siap di depan meja rias, tapi bukan untuk memoles wajahnya hanya sekedar Merapikan sedikit penampilannya, Sridevi memang tak terlalu suka menggunakan make up, jadi hanya pelembap dan liptin yang menghias wajah nya saat ini, tanpa bedak, eye shadow ataupun yang lainnya. Sangat natural, walaupun begitu tetap saja terlihat cantik dengan cara nya sendiri.
Tadi siang Afan mengajaknya pergi ke pasar malam, banyak pedagang makanan, tempat bermain dan jangan lupakan lampu warna-warni yang menghias setiap penjuru pasar malam. Ah, membayangkan nya saja membuat Sridevi semakin tak sabar.
Tapi ngomong-ngomong, kenapa Afan belum datang juga? Padahal tadi katanya sudah dekat. Apakah dia baik-baik saja? Tiba-tiba Sridevi merasa khawatir, tapi rasa khawatirnya tak bertahan lama, ketika mendengar suara deru motor di luar sana.
"Itu pasti Afan" Sridevi bergumam.
Dengan cepat Sridevi keluar dari kamarnya menuju pintu kontrakan, dia membukanya dengan pelan, di sana Sridevi melihat Afan yang sudah menunggunya.
"Ekhemm... Sorry kalo nunggu lama" Ujar Sridevi tiba-tiba.
"Gue baru nyampe"
"Udah siap?" Tanya Afan
"Udah"
Afan sendiri sudah menaiki motor ninja, setelah berhasil duduk dengan khidmat, lantas Afan menjulurkan tangan kirinya untuk membantu Sridevi menaiki motornya, gadis itu tidak menolak, setelah Sridevi sudah berhasil duduk dengan manis di belakang Afan, lantas lelaki itu menoleh ke arah Sridevi untuk sekedar menyuruh nya untuk berpegangan ke pinggangnya.
Bulan bersinar di langit malam ditemani taburan bintang menghiasi gelapnya malam menggantikan matahari yang sudah terbenam dan menemani kedua anak manusia menyusuri setapak jalan demi sampai tujuan.
"Dingin?" Tanya Afan, karena memang malam ini angin berhembus sedikit kencang dari biasannya.
"Sedikit" Jawab Sridevi, hawa dingin yang dirinya rasakan teralihkan oleh riuhnya malam, lampu-lampu pada malam hari memang tampak memukau di tambah oleh sinar bulan menambah kecantikan kota ini.
Saat sudah sampai di tempat yang dituju, Afan langsung membantu Sridevi melepaskan helm dan merapikan rambutnya.
"Lo kenapa kok pipinya merah" Tawa Afan.
"Lo ya ngeselin banget sih" Sridevi memukul tangan Afan dan membuat tawanya seketika pecah.
"Kita bakal happy happy di pasar malam" Afan berjalan memasuki area pasar malam.
"Kita mau kemana?" Tanya Sridevi memandangi sekitar pasar malam.
"Kita makan aja dulu" Afan berhenti di sebuah warung bakso.
"Pesen apa mas mbak" Tanya pedagang itu.
"Bakso 2, ws jeruk 2"
"Baik ditunggu"
"Lo mau main apa habis ini?" Tanya Afan.
"Gatau juga gue ngikut Lo aja"
Pesanan pun datang, mereka langsung makan tanpa bicara hanya ada dentingan sendok, setelah selesai makan, Afan langsung membayar dan pergi menuju wahana permainan.
"Kita masuk ke itu yuk" Ajak Afan.
"Gass"
Setelah membeli tiket mereka langsung masuk ke dalam rumah hantu.
"Lo takut gak?" Tanya Afan.
"Biasa aja" Ujar Sridevi enteng.
Mereka pun berjalan menelusuri rumah hantu, Sridevi sebenarnya agak takut namun gengsi untuk memberi tahu.
"Ehh apaantuh kok ga ada kepalanya" Ujar Sridevi bersembunyi di balik badan Afan.
"Katanya nggak takut" Afan terkekeh, Sridevi memukul lengan Afan dan menggandeng tangan Afan selama di rumah hantu.
"Anjirrr serem juga" Ucap Sridevi tanpa melepas gandengan tangan nya.
"Tangan gue halus banget ya sampai gamau di lepas gitu" Afan terkekeh.
"Paan sih Lo" Sridevi langsung melepaskan gandengan tangan nya.
Sekarang, Afan dan Sridevi sedang ada di atas bianglala. Dilihat dari ketinggian biang lala, itu sangat indah, warna-warni lampu ini sangat membuar hati gembira.
Sridevi yang memaksa Afan agar naik bianglala, sebelumnya Afan tidak mau, tapi Sridevi terus-menerus memaksa hingga akhirnya Afan hanya bisa menuruti saja.
"Afan, gabus banget!!" Ucap Sridevi sambil m lihat kebawah.
Afan tersenyum. "Iya bagus, kaya senyum Lo" Ucap Afan membuat Sridevi langsung di buat terbang olehnya.
"Gombal" Ujar Sridevi.
"Bukan gombal, emang kenyataan" Ucap Afan.
"Terserah Lo fan, lama-lama nyebelin ya" Ujar Sridevi sambil menabok lengan Afan dengan pelan.
Dan tiba-tiba bianglala yang di tempati Afan dan Sridevi sedikit bergoyang.
"Aaaaa afannnn!!!" Teriak spontan Sridevi, setelah itu dirinya berpelukan dengan Afan saking takutnya. Pasalnya bianglala yang ditempati oleh Afan dan Sridevi akan segera sampai pucuknya.
"Maka nya diem, Lo sih banyak tingkah"
Sridevi tidak menjawab ucapan Afan, karena dirinya masih takut.
"Udah enggak usah takut, ada gue" Kata Afan menenangkan Sridevi sembari mengelus pucuk rambut Sridevi.
"Eummm Dev, gue mau ngomong sama Lo" Ucap Afan sedikit tegang.
"Ngomong tinggal ngomong" Jawab Sridevi enteng.
"Tipe Lo kek gimana, Dev?" Tanya Afan terkesan kepo.
"Intinya bukan kek Lo" Jawaban dari Devi membuat hati mungilnya terasa sakit.
"Alasannya?" Tanya Afan lagi.
"Memangnya Lo butuh alasan, Fan?"
"Tentu cantik" Ucapan Afan tidak membuat Devi salting, malahan ingin sekali Devi tendang kaki cowok yang berada di depannya ini, sungguh dirinya kesal sekali.
"Lo berandalan, suka mabuk-mabuk, ngerokok, main cewek di club" Sridevi menjelaskan pada Afan.
"Gue bisa berubah asal Lo mau jadi pacar gue, gimana?" Ucap Afan seraya mencubit pipi Sridevi.
"OGAH!, Ga minat gue jadi pacar Lo"
"Yakin nih, ga bakal nyesel?
"Yakin"
"Emangnya Lo udah punya pacar Dev?" Tanya Afan kepo.
"Gak ada"
"Terus kenapa gue ajak Lo pacaran gak mau" Tanya Afan.
"Kan gue udah jawab tadi, karena Lo berandalan, gue gak suka cowok yang kek gitu" Jawab Sridevi tegas.
"Gue bisa berubah gak jadi berandalan lagi, asalkan Lo mau terima gue"
"Emang Lo suka sama gue?" Tanya Sridevi balik.
Afan mengangguk. " Guesayang, gue cinta sama Lo" Ucap Afan tegas.
"Lo tetep gak mau jadi pacar gue Dev?" Tanya Afan lagi
Gimana nih part kali ini? Semoga suka ya, jangan lupa vote and komen. Terimakasih untuk kalian yang sudah mau menyempatkan membaca cerita ini.
22 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN RAHASIA
Novela JuvenilKenalin gue Devi, tujuan gue hidup itu hanya ingin bertemu dengan Abang gue yang selama ini tinggal di Jakarta, ya gue dengan Abang terpisahkan sejak kecil. Orang tua kami berpisah sejak kami masih kecil, Abang dibawa oleh papa ke Jakarta, sedangkan...