AK. HIR. NYA. AP. DET.
Maaf yaa anteeeedeuul (tante) nunggu Aa sama Nde nya kelamaan.
Nah sekarang. Selamat membaca!!!
Selamat menikmati kerusuhan papa John dan bocil kesayangan kita.
.
.
.
.
.
.
.
"Nde. Snelinya nggak ada."
Prang!
Bagai musik latar yang ada di film-film, suster Mali yang masih sibuk memindahkan pecahan kaca menjatuhkan tumpukan kaca dari serok hingga berbunyi keras. Menambah efek drama pada situasi yang tengah terjadi.
Hechi bergegas turun dari sofa. Merampas toples dari genggaman suster dan segera membuka toplesnya.
"Loh, kok nggak ada?" Tanya Hechi. Orang-orang disana saling melempar pandangan.
Mali menatap papa John dengan raut wajah bertanya. Mungkinkah papa John yang melepaskan Sneli dari toples? Apakah misi penyelamatan Sneli berhasil? Dan semuanya terjawab saat papa John ikut menatap Mali dan mengedipkan mata setelahnya.
"Kok Sneli nya nggak ada pah?" Hechi menatap papa John yang tengah melempar kode rahasia pada Mali. Membuatnya segera menghentikan pembicaraan tanpa kata itu dan mengalihkan pandangannya pada Hechi yang tengah bertanya dengan raut muka khawatir disana.
"Kok nggak ada, Sus?" bukannya menjawab, papa John melemparkan pertanyaan itu pada suster Hechi.
"Loh, nggak tau pak. Kan say-a-" ucapannya terputus ketika dia menangkap kode dari papa John. Untung saja suster bisa berpikir cepat, dia segera mencari ide untuk mengalihkan perhatian Hechi.
"Eh itu Nde, kayaknya Sneli di taman belakang deh, tadi katanya laper. Ayok kita cari yuk?" jelas suster sambil menggiring Hechi menuju taman belakang.
Papa John dan Mali pun ikut mengikuti mereka dari belakang.
"Tuh Nde, lihat. Snelinya ada kan? Snelinya lagi main nde. Udah nggak usah ditangkep." Ucap Mali menunjuk salah satu kupu-kupu yang tengah beterbangan di taman belakang. Papa John memang sengaja melepas Sneli di taman belakang. Meski tidak melepasnya keluar, paling tidak Sneli bisa hidup di alamnya. Papa John ingin menjelaskan pada Hechi bahwa Sneli adalah hewan yang lebih baik hidup di alam terbuka, dengan menunjukkan bagaimana ketika Sneli hidup ditaman sana. Tujuannya agar Hechi bisa memahami, jadi ini bukan hanya perkara melepaskan atau mengikhlaskan Sneli untuk dilepaskan, tapi Johnny juga ingin kedua anaknya paham tentang hakikat hidup setiap makhluk. Banyak yang indah, tapi tidak perlu selalu dimiliki.
"Iya nde, snelinya lagi main sambil nyari makan. Lihat tuh temennya nyamperin. Masa nde tega mau ngurung sneli di toples. Kan kasihan." Imbuh papa John.
"Tapi kan snelinya punya nde." Hechi masih kekeh.
"Iya snelinya punya nde, tapi nggak usah dimasukkin toples ya. Kasihan kan kalo sneli mainnya sendiri. Kan gak asik."
Hechi hanya diam masih menatap kupu-kupu yang beterbangan disana.
"Iya nde, emang nde mau kalo main sendiri nggak ada aa, gak ada Injun, gak ada Jemy, gak ada Nono? Sneli juga mainnya nggak mau sendiri nde." Kali ini Mali menjelaskan. Hechi nampak berpikir, menimbang apa yang dikatakan Mali. Benar juga, Hechi juga pasti akan sedih jika harus main sendirian saja. Meskipun dia diberi rumah besar, pasti rasanya tidak betah kalo tidak ada teman.
"Hm... ya udah ya udah. Biarin snelinya main."
Dan begitulah cerita Sneli yang berakhir bahagia dengan senyum lebar dari semua orang. Kecuali Hechi mungkin, hehe.
....
"Ku ambil buluh seba-"
"Tang!"
"Kupotong sama pan-"
"Jang!"
"Ku raut dan ku timang dengan be-"
"Benang!"
"Ku jadikan layang-"
"Layang."
"Ber-"
"Main."
"In"
"Berla-"
"Lari"
"Ri."
"Nde!"
Hechi menatap Mali.
"Nyanyinya yang bener dong, nde mah nyanyinya akhirnya doang."
Saat ini Mali, Hechi dan para suster tengah berada di ruang tengah. Dua bocah itu sedari tadi sibuk mewarnai buku bergambar sambil bernyanyi. Mali di kelas diajarkan lagu-lagu baru oleh guru di tk. Saat ini Mali menyenandungkan lagunya, dipimpin oleh para suster dan diikuti oleh Mali dan Hechi. Sayangnya Hechi hanya ikut bernyanyi di ujung lagu saja, membuat lagu itu jadi terdengar rusak di kuping Mali.
Tidak peduli pada Mali, dia kembali fokus pada kertas gambar di hadapannya. Kembali mengisi ruang-ruang kosong untuk diberi warna apa saja disana. Mali yang merasa diabaikan tiba-tiba berdiri, mendekati Hechi dan
"Aa!" Mali mendorong Hechi, membuat Hechi hampir terjengkang ke belakang. Tidak Mali. Kamu sudah membangunkan macan tidur.
Lihat saja, Hechi yang sudah tersulut emosi langsung berdiri, memukul kepala Mali yang kini tengah fokus lagi mewarnai.
"Aw!" Kini Mali yang menatap nyalang pada Hechi seraya memegang bagian kepalanya yang dipukul Hechi.
"Nde kenapa mukul Aa?" teriak Mali. Kenapa kedua bocil ini selalu berteriak. Bayangkan akan seperti apa mereka berbicara ketika sudah dewasa? Tapi tenang, mereka akan ada di circle yang isinya orang-orang bermulut toa semua. Masa depan mereka aman.
"Aa dorong Nde."
"Soalnya nde, nyanyinya gak bener."
"Tapi Aa rusakin gambar Nde!"
"Tapi Nde mukul Aa, sakit ih." Dan entah kerasukan apa, Mali yang biasanya cukup bersabar menghadapi tengilnya Hechi, kini mulai geram. Dia berdiri hendak membalas pukulan Hechi. Sebelum sebuah tangan menangkup dan menariknya.
"Halo." Ucap sang pemilik tangan besar itu disertai senyum sumringah.
"Om Tiway bawa es krim. Siapa mau?" lanjut pria itu. Sekarang sebelah tangannya mengacungkan plastik hitam berisi es krim yang baru saja dia beli saat perjalanan kerumah Johnny.
"Mau!"
"Mau!"
Semuanya langsung antusias. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa mereka melupakan perdebatan sengit mereka beberapa menit yang lalu.
"C'mon ikut Om. Kita makan di taman." Ucap Tiway. Dia meloncat-loncat kecil menuju taman diikuti dua bocil yang berlari di belakangnya.
"Mukoon!" ucap Hecho meniru Tiway.
"Hah apa nde? Mukon?" Hechi cengengesan. Tiway dan Mali ikut tertawa melihat Hechi.
.
.
.
.
Silahkan tinggalkan jejak.
Like!
Komen!
"Sampai jumpa lagi kakak-kakak cantik." Mali.
"Antee A, bukan kakak. Bye Anteee 😘" Hechi.
👋👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)
FanfictionCeritanya kek ciki. Ringan, tapi bikin candu. Tapi jangan ngeremehin ciki. Manisnya bisa bikin kamu nagih tapi pedesnya bisa bikin kamu nangis. Udahlah baca aja.