27

805 91 3
                                    

Mau up momen Mali Hechi waktu bulan puasa, tp kita belum masuk ramadhan jugaaa 😌

Ngomong-ngomong ada yang kangeeen?
Langsung aja. Kembali merusuh bareng bocil kehidupan.
Let's gooooo!
My stupid heart- eh maksudnya...
Selamat membaca 😀

.
.
.
"Minggil! Minggil! Minggil a!" Tangan Hechi melambai-lambai. Saat ini dia dan Mali sedang mengendarai mobil mainan baru. Dua mobil sport merah yang di kirimkan oleh nenek dan kakeknya dari korea.

"Aa udah minggir, nde. Ini kan luas."

Berantem lagi! Berantem lagi! Gak rusuh gak asik, brow!

"Tapi- tapi tadi nde mau lewat sana. Telus aanya malah kesana. Jadinya kan sempit." Hechi mengerucutkan bibirnya.

"Makannya, nde harusnya lewat sana. Biar gak tabrakan sama aa, ndeeeee. Ngerti?"

"Enggak ngerti, wle."

Ngajak berantem lu Hechi.

Mali berdiri, hendak menjelaskan lebih lanjut agar Hechi mengerti. Tapi sayangnya mobil Hechi sudah melaju cepat, masuk ke ruang kerja Johnny.

"Ndee!" Mali mengejar Hechi dengan mobilnya.

Diruangan kerja itu Hechi sudah turun dari mobilnya. Asik merecoki Johnny yang tengah sibuk dengan laptopnya disana. Melihat itu, amarah Mali reda. Dia turun dari mobil ikut mendekat pada Hechi dan Johnny.

"Papa ini handphone ya pa?" Hechi mengambil handphone milik ayahnya.

"Iya. Itu handphone buat nelpon. Buat wa-an, buat instagraman, buat-"

"Kok, aa tau?" Johnny memotong ucapan Mali.

"Iya. Aa tau, kan sering lihat papa."

Bocah yang satu ini sekali lagi saya tegaskan, dia cerdas, pintar dan pengamat yang baik. Karena itu jangan main-main meskipun dia masih kecil.

"Terus apa lagi yang aa tau?" Johnny menguji. Penasaran dengan seberapa banyak pengetahuan Mali.

"Banyak. Aa males jelasin."

Dang!

Bak Adudu dalam serial Boboboi, mulut Johnny terbuka lebar. Sepertinya Mali sudah lebih bertumbuh lagi daripada kemarin. Hal baru lainnya yang Johnny tau hari ini, Mali sudah bisa mengekspresikan diri. Dia bisa dengan tegas mengatakan tidak pada hal yang tidak ingin dia lakukan.

Oke bagus. Tapi Johnny akan coba lagi.

"Aa tau cara telpon papa pake handphone?" Tanya Johnny lagi. Kali ini sembari mengacungkan handphonenya yang sudah diabaikan Hechi sejak beberapa menit yang lalu. Karena bocah itu telah sibuk lagi dengan mobilnya. Belajar parkir hingga berakhir menabrak-nabrakkan mobil barunya pada lemari buku Johnny yang teletak disamping pintu.

"Tau. Aa bisa telpon papa pake panggilan biasa, bisa pake wa juga. Aa juga tau caranya kirim pesan lewat wa, atau kirim DM di instagram kalo aa tau username akun papa." Mali terus berbicara sembari mengamati deretan foto yang tersusun diatas meja kerja ayahnya. Disana ada foto Johnny, sang mama dan juga dirinya. Mungkin saat itu Mali masih berusia setahun? Entahlah, tapi perut mama terlihat buncit. Sudah ada baby Hechi didalam sana.

'Waaah... hebat juga anak ini.' Seru Johnny dalam hati.

Mungkin untuk jaman sekarang wajar saja anak-anak bisa menggunakan handphone. Tapi bagi Johnny itu hebat. Karena Johnny tidak pernah sekalipun mengajari Mali tentang handphone. Dia bahkan tidak pernah meminjamkan barang sebentarpun benda itu pada Mali maupun Hechi. Dia tidak ingin anaknya terjebak dalam benda persegi itu dan meninggalkan kehidupan mereka yang seharusnya.

"Darimana aa ta-"

Bruk!

"Aah!"

Johnny menghentikan rasa penasarannya saat sesuatu terjatuh.

Tenang saja. Itu memang Hechi si biang onar. Kini dia sedang merengek karena gagal parkir dan berakhir kejatuhan buku dari rak buku ayahnya setelah dia tabrak berkali-kali.

Johnny mendekat, melihat keadaan Hechi. Dia menghela nafasnya sambil berkacak pinggang.

"Iya. Iya. Lain kali nde hati-hati papa." Hechi menggerutu seraya mengusap kepalanya yang tertimpa buku. Mengomeli dirinya lebih dulu sebelum dia berakhir diomeli Johnny. Johnny yang hendak marah akhirnya tersenyum. Dia berjongkok mengusap puncak kepala Hechi.

"Masih sakit?" Tanya Hechi.

"Hem'em." Hechi mengangguk dengan mata berkaca-kaca dan bibir bergetar.

Cup!

"Udah. Udah papa cium, harusnya sembuh." Ucap Johnny setelah mengusap puncak kepala anaknya.

"Huaaaa!" Alih-alih tersenyum bocah itu malah menangis. Air mata yang sejak tadi ditahannya bercucuran melewati pipi tembamnya yang kemerahan. Johnny menggendongnya.

"Kok nde nangis?" Dia menepuk-nepuk punggung Hechi pelan. Menimangnya kesana-kemari.

Sementara itu tangis Hechi masih belum reda. Dia justru semakin sesenggukan. Mali yang ada disana pun ikut bingung melihatnya.

Berpikir bahwa kebingungannya mungkin akan berlangsung cukup lama, Mali bergegas menuju dapur. Mengambil ice cream dalam ukuran kotak mini dan kembali menonton Hechi yang masih menangis dalam pelukan Johnny.

"Nde kenapa hm? Bilang sama papa, nde kenapa." Untungnya kesabaran Johnny cukup tebal untuk menghadapi Hechi.

Tidak menjawab. Hechi hanya menggeleng dan mengeratkan pelukannya pada sang ayah.

"Kalo nde gak bilang, papa gak ngerti nde kenapa. Papa peluk gini aja gak papa?" Johnny bertanya lagi, kali ini sembari menatap mata Hechi yang masih berkaca-kaca.

Hechi mengangguk. Dia kembali menyandarkan kepalanya di bahu Johnny. Menikmati rasa tenang yang dia cari setelah rasa gundah yang tiba-tiba muncul dan hinggap dihatinya begitu lama.

Kamu tau? Hati kita itu aneh. Tidak hanya anak kecil pun orang dewasa. Kita kadang merasa gundah dan khawatir. Barangkali kamu belum temukan obatnya hingga hari ini, coba peluk orang yang buat kamu nyaman. Ibu, ayah, atau saudara. Masalah kita mungkin tidak selesai. Tapi gundah kita sedikit berkurang karena ada rasa nyaman dan ketenangan. Rasa aman yang membuat kamu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Udah pah, nde mau main sama aa." Hechi menegakkan badannya.

"Yakin?" Tanya Johnny ragu. Hechi mengangguk. Dia meminta diturunkan dan segera berlari menuju Mali yang sedang menikmati es krim dalam damai.

"Nde! Itu kan punya aa." Protes Mali saat es digenggamannya direbut begitu saja oleh Hechi.

"Aa kok makan sendilian? Kata papa, kita itu halus bagi-bagi."

Dan... begitulah semuanya kembali pada drama mereka lagi.
.
.
.
Eh?
Udah hehe...
Mungkin kamu bakal ngira ini sepele. Nyatanya aku memang kemas begitu. Tapi disini, ingin aku sampaikan bahwa, meski terlihat sepele masalah hati itu urgent. Kamu harus segera menemukan obatnya sebelum penyakitnya menjalar ke yang lain.
So.
Seee yaa 💃

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang