20

914 103 20
                                    

Aku kangen banget sama aa, nde Ya Allah 😆
Kalian kangen juga gak sih?
Aku yang bikin ceritanya, aku yang kangen sama tengilnya mereka 😂😂😂

Oh iyaaa.
Sadar gak sih, Hechi sebenernya cadel dalam gambaranku. Belum bisa ngomong r jelas kayak aa Mali. Tapi dari kemarin aku bikin dialog r nya lancar banget ya wkwkwk

Am soriiih. Ini dia Hechi gemoy versi cadel yang sesungguhnya hehe...
Udah bener sekarang penulisan dialognya.
Selamat membaca.
.
.
.
"Doog Moning!" Hechi menyembul dari balik pintu seraya melambaikan tangannya pada Johnny yang tengah bersiap dengan jasnya.

"Good morning, sayaang." Johnny tersenyum, mendekat pada Hechi dan berjongkok.

"Papa hali ini nde ikut papa kelja, boleh?" Tanya Hechi, mata polosnya berbinar membuat Johnny tak kuasa untuk melarangnya.

"Boleh. Tapi hari ini nde enggak tekolah belalti?" Johnny mengikuti cara bicara Hechi yang masih cadel.

"Nde capek pah, kemalin kan habis lomba. Nde mau istilahat dulu." Ya Tuhan, tolong. Cara bicaranya saaangat menggemaskan.

"Oke, deh. Nanti papa telpon bu guru."

"Yeay!" Hechi bersorak senang, berjingkrak kecil di tempat.

"Makasih papa ganteng."

Cup!

Hechi berlari setelah mengecup pipi Johnny singkat. Meninggalkan Johnny yang meleyot karena ciuman Hechi yang tiba-tiba. Bibirnya tertalik lebar, hampir seperti Joker. Sesenang itu memang. Jelas saja, semakin besar Hechi semakin sulit untuk dicium, kecuali dia yang ingin. Pernah suatu hari Johnny ingin sekali mencium pipi Hechi karena gemas dan rindu. Tapi Hechi terus menolak. Tau apa yang dia katakan setiap kali ada orang yang ingin menciumnya?

"Gak mau, pipi nde mahal." Ya Allah. Suka bener dia.

Semahal, bayar buat ketemu Hechan gak sih, nde?

Johnny menuruni anak tangga. Ada Mali, Hechi dan Zeni yang tengah sarapan disana. Juga ada satu koper hijau yang sudah dikemas rapi. Hari ini Zeni akan pulang.

"Kamu pulang jam berapa, Zen?" Tanya Johnny.

"Habis kamu berangkat, aku langsung pergi kak." Jawab Zeni sekenanya.

"Hati-hati di jalan ya Zen."

"Siap, kak."

Johnny menarik satu kursi di meja makan. Mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga hilang setengah. Menatap Mali yang sedang asik menikmati ayam goreng tepungnya dan Hechi yang sedang memangku segelas susu untuk diteguk, nampak kesulitan karena itu bukan gelas kecil yang biasa dia pakai.

"Gelas kecil yang biasa Hechi pakai kemana sus?" Tanya Johnny.

Dia mungkin sibuk di kantor. Tapi bagaimanapun dia cukup tau apa yang menjadi kebiasaan anak-anaknya.

"Kemarin pecah pak. Kesenggol tangan saya waktu nyiapin makanan untuk acara lomba."

Johnny mengangguk, mengerti. "Nanti beli lagi ya sus."

"Baik pak."

"Aa hari ini mau ikut papa ke kantor sama nde atau mau sekolah?" Tawar Johnny.

"Aa sekolah aja, pah." Jawab Mali singkat.

"Aa betah di sekolah?" Tanya Johnny lagi. Kali ini dia mengigit sepotong roti yang sudah diolesi mentega.

"Bewtawh. Aa bwisa main sama temen-temen. Bwu gurunywa jwuga baik." Jawab Mali. Mulutnya penuh dengan nasi dan lauk.

"Oke."

"Pak Cahyo, nanti gak usah anter saya ke kantor ya nanti saya berangkat sendiri." Ucap Johnny pada supir pribadinya.

"Inggih, pak."
.
.
.
"Nde siap?" Tanya Johnny pada Hechi. Saat ini mereka sudah ada di dalam mobil untuk berangkat ke kantor, tapi sebelum itu Johnny akan mengantarkan Mali ke sekolah lebih dulu.

"Siap, komandan Jyani." Jawab Hechi, membara. Diaa berteriak seraya menggenggam seatbeltnya erat.

"A. A. Are you ready?" Kali ini Johnny bertanya dengan nada seperti dj. Pada Mali yang duduk di bangku belakang.

"Ready! Go!" Mali menjawab sembari mengacungkan tangannya keatas, seperti superman.

Dan mobil mewah itu keluar dari gerbang. Beriringan dengan mobil-mobil lain di jalanan yang lengang.

"Rapol. Ada rampu ralu lintas, komandan. Tanda merah, artinya berhenti." Ucap Mali saat melihat ada lampu merah di depan sana. Mereka bertiga sekarang sedang menjelma sebagai pilot da co-pilot yang mengendarai mobil.

"Siap. Kita akan segera melakukan tindakan. Rem sudah di tarik. Harap bersiap untuk berhenti." Johnny menyauti denga nada ala-ala Mali dan Hechi ketika bermain.

"Hitungan mundul, halap belsiap untuk lepas sandal." Ucap Hechi. Membuat Johnny yang sedang membuka sebotol air mineral kemudian terbahak. Untung belum diminum.

"Interupsi. Lepas landas, Co-pilot. Bukan lepas sandal." Johnny membenarkan.

Hechi tidak peduli. Dia memerhatikan angka diatas lampu lalulintas yang mulai menghitung mundur.

"5. 4. 3. 2. 1. Go!" Ucap Mali dan Hechi berbarengan.

Dan. BRUUUM!!!

Mobil Johnny kembali melaju. Dia berbelok di tikungan setelah melaju sejauh 10 meter. Kali ini keadaan jalanan lebih sepi daripada jalan utama tadi.

Johnny tiba-tiba melajukan mobilnya lebih kencang. Mali dan Hechi tersentak kaget, namun tertawa setelahnya.

"Pegangan everybody~"

Dan Johnny menginjak gas lebih kencang. Mali dan Hechi berteriak kegirangan.

"Waah... kenceng bangeet paah!" Teriak Mali.

"Waaah... seru pah seru." Teriak Hechi.

Johnny tersenyum puas. Ini adalah waktu berharga yang jarang sekali bisa dia beri untuk anak-anaknya. Tapi jika dia datang, Johnny akan berusaha untuk tidak menyia-nyiakannya sekalipun.

"Sampai, a." Johnny melepas seatbeltnya. Mobilnya sudah terparkir di halaman sekolah Mali. Dia keluar dan bergegas membuka pintu depan dan pintu belakang. Mali menyalimi sang ayah sebelum pamit dan berlalu dari balik gerbang setelah tersenyum lebar dan melambaikan tangan.

Johnny berbalik kembali masuk ke mobil bersama Hechi. "Sekarang ayok kita berangkat. Let's go." Ucap Johnny sebelum melajukan kembali mobilnya di jalanan.

"Legos!"
.
.
.
Ini pengobat rindu aja sih ehehe....

Ngomong-ngomong ada yang udah ketemu Cikcik, Ciak dan Ajun di Karyakarsa?

See yaa 💃

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang