Seorang bayi berusia 6 bulan tengah merangkak di atas kasurnya. Sementara sang mama tengah sibuk memasangkan dasi pada bayi besarnya.
"Kamu tuh kapan sih bisa pakai dasi sendiri John. Malu tuh, Mali aja udah bisa merangkak sendiri." Johnny terkekeh.
"Aku gak bakalan bisa pake dasi selama ada kamu disamping aku sayang." Rayu Johnny. Tangannya menoel dagu istrinya nakal.
"Oh jadi, akunya harus pergi dulu biar kamu mau belajar pake dasi sendiri." Cibir sang istri.
"Ya gak gitu dong." Johnny menarik pinggang istrinya mendekat. "Emang kamu gak suka deket-deket aku kayak gini?"
wanita itu menghembuskan napasnya, pasrah dengan kelakuan suaminya ini.
"Udah ah, sana berangkat."
"Oke, habis yang satu ini."
Cup!
"John!" istrinya memukul dada Johnny manja, Johnny terkekeh.
"Ya udah aku berangkat. Kamu sama Mali hati-hati ya."
"Iya. Kamu juga ya."
"Hm'em." manja Johnny.
"Sekali lagi deh."
"Eh-"
Cup!
Ya. Mali pernah menjadi anak kecil yang memanggil nama mama saat dia menangis. Pernah menjadi bayi yang memanggil nama mama ketika ia bangun tidur. Anak kecil pada umumnya yang memanggil mama saat dia lapar, sakit, marah dan kesal. Sebelum nama mama itu kemudian hiatus dan berganti dengan papa sepenuhnya. Sebelum wajah mama itu kemudian hanya tinggal sepotong ingatan yang kian samar dalam ingatan Mali.
Tapi Mali pernah menjadi anak dengan kasih sayang yang sempurna dari orangtuanya.
Sedangkan Hechi. Meski tidak pernah berada dalam didikan mama, dia adalah anak yang sangat diinginkan mama. Selalu dimanjakan walaupun masih dalam kandungan. Selalu dinantikan hadirnya dengan senyuman. Selalu mama iringi tendangannya, dan tidurnya dengan nyanyian syukur yang tiada habisnya. Hingga kemudian dia lahir dan menjadi mahkluk kecil yang paling dirindukan dan dicintai.
Sepertinya papa John memang menikahi seorang malaikat. Lihat, bahkan di nafas terakhirnyapun dia tersenyum pada Johnny.
"Aku titip dua malaikat kecil kita ya sayang. Aku sayang kalian."
Dan itulah kalimat cinta terakhir dari hembusan paling berharga seorang malaikat tak bersayap sebelum dia menutup mata dan kembali pada syurganya. Usapan tangannya yang lembut dipipi Johnny meluruh begitu saja.
Johnny mungkin brengsek, tapi dia tidak pernah menyangka Tuhan akan menghukumnya seperti ini. Sakit didadanya kini bagaikan ada orang yang menghantamkan seribu tombak pada jantungnya. Hanya padanya. Hanya dia yang mampu merasakan sesaknya. Sesak hingga dia merasa begitu terhimpit dan tidak ingin bernapas lagi. Sebelum disaat yang sama Tuhan kembali menyadarkan dia bahwa ada makhluk kecil yang harus dia jaga. Kemudian Tuhan membalik hatinya, meski masih dengan sesak yang sama.
Dia meraih tubuh kecil itu. Tubuh kecil yang seketika menangis setelah sang ayah mengecupnya lembut. Tubuh kecil yang seolah mengerti kesedihan ayahnya dan mengajaknya untuk berbagi duka dan sesak yang sama.
"Hechi. Kamu dengar nak? Mama sayang kita." Lirihnya. Derai air mata masih terus mengalir tanpa permisi dan tak mau berhenti. "Oeek! Oeeek!"
"Ayo hidup dengan baik sampai Tuhan memanggil kita untuk bertemu mama kembali."
.
.
.
.
So, this is the final chapter of special chapter.Really thank you for 2.3k view, you guys so amazing.
So, what do you think 'bout this special chapter guys?
Mau gak sih kalo aku tambahin special chapternya?
Atau kalian lebih menikmati kisah mereka yang biasanya?
Let me know.
See ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)
FanficCeritanya kek ciki. Ringan, tapi bikin candu. Tapi jangan ngeremehin ciki. Manisnya bisa bikin kamu nagih tapi pedesnya bisa bikin kamu nangis. Udahlah baca aja.