13

1.2K 123 10
                                    

Hallo hai...🤗
Aku...
Mau...
Ngucapin...
Makasih banyak buat yang selalu vote dan komen.
Respon kalian sangat berarti.😘😘😘😘
Yang sampe hari ini cuma nikmati ceritanya aja, ayo dong vote dan komen juga...
Biar kita ramein cerita aa sama nde.
Udah ah langsung aja cus.🤗
.
.
.
Pagi itu, pintu rumah Johnny diketuk tidak sabaran oleh sekelompok orang. Suara ramai terdengar memanggil namanya bersamaan.

Johnny bergegas membuka pintu rumah, diikuti Mali yang tengah membawa mainan mobil truk kesayangannya. Dan Hechi yang mengekori Mali dengan dua t-rex kecil kesukaannya yang gagal menaiki truk Mali karena Mali mengikuti Johnny.

"Hallo!" Sapa orang-orang bersamaan setelah pintu dibuka lebar oleh Johnny. Mali dan Hechi sedikit berjengit karena terkejut.

Disana ada Dimas, Tiway, Jamal, dan teman-teman sekampus Johnny dulu, Toni, Yuda -sahabat Tiway yang keturunan Jepang juga teman kantor Johnny-, dan Juna -tetangga Johnny, kakaknya Nana.

"Wah, ada acara apa rame gini?"tanya Johnny. Namun tanpa permisi, keenam bujangan itu masuk begitu saja ke rumah Johnny.

"Kita mau bikin acara 17an buat bocil kompleks di rumah lu ya bang." Ujar Tiway. Percayalah itu bukan kalimat yang membutuhkan persetujun Johnny. Lagipula bagaimana mungkin Johnny menolak, mereka sudah terlanjur masuk. Johnny menutup pintu dan ikut masuk setelahnya. Sedangkan Hechi dan Mali sudah berada dalam gendongan Toni dan Yuda.

"Biar rame bang, bocil disini kan banyak. Masa iya 17an sepi-sepi bae, iya gak nde?" Kali ini Jamal yang menimpali. Matanya mengedip sebelah pada Hechi yang berlalu lebih dulu bersama Toni.

"Mali, om Yuda bawa oleh-oleh buat Mali." Ujar Yuda. Dia mengangkat dua paper bag yang sejak tadi menggantung di tangan kanannya.

"Mau Om mau." Mali berteriak kegirangan.

Sementara Hechi yang dalam gendongan Toni tidak berhenti tertawa sejak tadi karena Toni menggelitikinya.

"Om geli om."

"Panggil Om kakak dulu, baru om berhenti." Ucap Toni. Iya, sejak tadi Toni ingin dipanggil kakak oleh Hechi. Tapi tentu saja Hechi menolak.

Masih dengan gelaknya Hechi menjawab, "Hahaha enggak mau om, kan om tua."

Jamal, Dimas, Juna, Johnny dan Tiway yang mendengar obrolan mereka otomatis tertawa. Hechi ini memang kalo ngomong gak bisa disaring.

"Ya udah, om gelitikin terus sampe nde nyerah."

"Ampun om ampun, nde nyerah." Ucap Hechi. Matanya sudah berair karena tawa sedari tadi. Toni menurunkan Hechi. Menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Sekarang panggil kakak."

"Enggak mau wle, om tua." Ledek Hechi. Dia menjulurkan lidahnya dan segera berlari sebelum Tony menangkapnya kembali.

Saat itu rumah Johnny terasa ramai dan hangat. Para suster yang sibuk menyiapkan minumanpun bahkan ikut senang mendengar keceriaan Hechi dan Mali.

"Ini satu buat aa, satu buat nde, oke?"ucap Yuda setelah menyerahkan dua paper bag besar pada Mali. Mali tersenyum sumringah. Sembari menggenggam dua paper bag besar dia kemudian berlari pada Hechi sembari berteriak.

"Nde! Dapet hadiah dari om Yuda ganteng."

Dan ditengah pelariannya dari kejaran Toni, Hechi berteriak lantang. "Makasih kak Yuda ganteng."

Teriakan itu berhasil membuat Toni semakin panas. Bisa-bisanya bocil itu menggodanya. Bilang kakak ke Toni tidak mau tapi manggil Yuda pake kakak ditambah ganteng pula.

"Haaah.... om kejar kamu nde."

"Akh!!! Tolong pa tolong." Hechi bersembunyi dibalik tubuh besar papanya.

"Ambil pedang di kursi nde, lawan om Toninya."

"Baik pa."
Hechi segera menyambat sebilah pedang mainan diatas kursi dan bergegas mengarahkannya pada Toni. Menusuk-nusukkannya pelan pada perut Toni yang sedikit buncit.

"Akh! Om kalah, ampun nde ampun."
Toni memeluk perutnya erat seraya terjatuh, pura-pura kesakitan dan kalah.

"Makannya jangan macam-macam kau penjahat. Yeay! Kita menang a, kita menang." Hechi mengacungkan pedangnya tanda kemenangan. Mali yang sejak tadi menyaksikanpun kini berlari dan memeluk Hechi. Riuh itu terus berlanjut hingga suara Dimas menginterupsi.

"Oke woy duduk dulu, biar gue bagi timnya sesuai kategori lomba." Kali ini Dimas berteriak. Semuanya duduk di ruang tengah mengikuti perintah Dimas.

"Aa sama nde ke kursi dulu ya, buka hadiah dari om Yudanya sama suster. Papa sama om-om mau diskusi dulu oke." Ujar Johnny pada Mali dan Hechi.

Seolah sudah direncanakan keduanya menjawab kompak sembari menegakkan badan dan memberi hormat. "Baik komandan, laksanakan." Keduanya pun kemudian berbalik dan berjalan beriringan bagai pasukan pramuka.

"Bang Toni lu pegang lomba makan kerupuk. Bang Yuda lu pegang lomba mindahin batu. Juna lu atur lomba niup balon. Jamal urus lomba buat ibu-ibu bareng bang Tiway. Gue penanggung jawab hadiah dan pebagian hadiah." Jelas Dimas.

"Gue apa?" Tanya Johnny. Dia belum kebagian tugas.

"Lu jadi sponsornya aja, kita belum ada duit buat hadiah lombanya bang." Celetuk Dimas seadanya dengan cengiran tak bersalah. Johnny menatapnya julid.

"Bang, lu ikutan lomba juga nanti sama emak-emak. Soalnya konsep lombanya buat bocil sama ortunya." Celetuk Jamal.

"Anjir lu pada." Protes Johnny. Teman-temannya ini memang pandai dalam urusan mengerjai Johnny.

"Pah, tidak boleh berkata kasar." Ucap Mali ditengah kegiatannya membuka kado dari mm Yuda. Mali itu cerdas, dia selalu menyimak apa saja yang orang lain katakan. Tidak terkecuali kata kasar. Dia memahaminya dan mengerti bahwa beberapa kata memang tidak perlu diikuti. Entah didikan siapa tapi sepertinya Mali memang bocah yang dewasa. Bahkan ketika Johnny tidak dirumah, dia punya cara sendiri untuk membuat Hechi patuh padanya sebagai kakak.

"Papa kan bilang anjir bukan kasar." Hechi menimpali. Makhluk polos itu sibuk membuka kado yang dibungkus rapi dengan kertas sedang matanya menatap Mali.

"Anjir itu artinya kasar nde." Jelas Mali. Tentu saja Hechi harus tau hal itu, supaya dia tidak asal bicara. Apalagi pada yang lebih tua.

"Oh anjir itu kasar ya a." Hechi mengangguk-anggukkan kepalanya.

Hechi melirik Juna yang sejak tadi duduk disebelahnya. Bocah itu menatap wajah Juna, mengusapnya. Menyusuri wajah tampan Juna yang dihiasi oleh kumis tipis dan beberapa jerawat. Juna tersenyum manis seperti peliharaan yang tengah disayang oleh pemiliknya. Sebelum mood Juna seketika berubah, karena celetukan polos Hechi yang tiba-tiba.

"Ka Juna, muka ka Juna anjir."

"Nde!"
Dan semua orang disana melotot padanya.
.
.
.
Wihiiii akhirnya upload.
Gimana episode kali ini?
Seru gak?
Lanjut gak nih?
Ditunggu like dan komennya.
Gak ada komen, lanjutannya makin molor hehe...
Komen kalian tuh penyemangat banget.
Udah ah, jangan lupa sayang aa nde.
See yaaa 💃

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang