Lihat kebunku. Penuh dengan bunga~
Ada yang trauma sama lagu ini?
.
.
.
Pagi itu, masih menjadi pagi yang hangat untuk Johnny. Dia ingat bagaiman dia tertawa begitu keras ketika Hechi dengan mulut penuh meminta tambahan telur dadar dipiringnya."Papa nde mau telol."
Dan dengan gesit tengan Johnny segera mengambilkan telor itu, meletakkannya diatas piring Hechi. "Siap bos. Meluncuuur!"
Johnny juga masih ingat bagaimana bocah itu selalu memuji dengan manis setiap kali dia mendapatkan apapun yang dia inginkan. "Makasih papa guanteng."
Johnny terkekeh.
Juga Mali yang selalu begitu romantis, membawakan segelas susu untuk Johnny setiap pagi. Meski selama dia memindahkan susu itu dari meja dapur -setelah dibuatkan oleh suster- menuju ke tangan Johnny, susu itu selalu hilang seperempat karena diseruputnya sepanjang perjalan delivery.
Johnny selalu suka pagi-pagi hangatnya. Tidak pernah dia merasa sekalipun bahwa itu adalah sebuah kekacauan yang disebabkan oleh anak-anaknya. Meskipun diantara semua pagi itu kadang piring terjatuh, gelas tersenggol, atau sendok-sendok saling beradu keras.
Bagi Johnny itu adalah hal romantis. Pagi-pagi indah yang selalu ingin Johnny rasakan.
Tapi hari itu, setelah pagi yang indah itu, Jamal mengirimkan sebuah pesan padanya.
"Bang, gue ijin bawa anak-anak ketemu mamanya. Mereka bilang ini rahasia. Tapi gue gak mau pergi tanpa ijin lu."Johnny sempat menimang sebetulnya. Juga sempat ragu untuk memberi ijin. Tapi bagaimanapun dia tidak ingin egois. Mereka punya hak untuk menemui mamanya kapanpun mereka mau. Justru harusnya Johnny bersyukur bukan? Karena ternyata, mereka tidak pernah sekalipun melupakan sosok mama yang pernah hadir dalam hidup mereka. Meski Johnny tau, bahwa sosok itu kian buram dalam ingatan mereka. Terutama Hechi.
"Oke. Gue nyusul setelah pekerjaan selesai." Mungkin begitu balasan Johnny waktu itu.
Karena faktanya, meskipun pekerjaannya belum usai, dia memilih untuk pergi. Menemui Jamal yang tengah bersama Mali dan Hechi. Atau minimal, mengawasi mereka dalam diam jika mereka tidak ingin Johnny ganggu.
Saat itu Johnny bergegas. Johnny berhasil mengikuti mobil Jamal sejak persimpangan dekat kantornya.
Dia terus mengikuti dan mengawasi mereka dari belakang. Entah kenapa, ada yang salah dengan hatinya hari ini. Terus gelisah dan tidak ada rasa tenang barang sedetikpun.
Johnny hendak berbalik saat memastikan mereka baik-baik saja sesaat sebelum sampai di pemakaman. Namun niatnya urung, ketika didepan sana mobil Jamal mulai limbung setelah berpapasan dengan sebuah truk besar. Johnny melajukan kecepatan mobilnya. Berharap bisa mengejar Jamal dan segera membawa kedua anaknya berbalik arah. Tapi terlambat. Yang terjadi di hadapannya kini justru mobil Jamal berbalik beberapa kali sebelum terengok dipinggir jalan.
Johnny segera keluar dari mobilnya. Dia menghubungi Tiway dengan gelisah dan tangan gemetar. Tidak ada lagi Johnny yang tangguh dan kuat. Seluruh tubuhnya hampir membeku, melihat mobil yang ditumpangi anaknya berbalik dan terjungkal.
"CEPET! ANAK GUE SEKARAT GOBLOK!" Dia melempar handphone itu sembarangan setelah memutus panggilannya secara sepihak.
"Jamal! Jamal bangun woy!" Johnny berteriak seraya menggedor-gedor pintu kemudi. Tidak ada respon. Johnny simpulkan, Jamal telah kehilangan kesadarannya.
Dia beralih pada pintu disebelahnya. Ada dua anaknya. Ya Tuhan. Miris sekali. Dua bocah itu nampak tersenyum dengan mata terpejam padahal darah sudah bercucuran dari kening dan hidung mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)
FanficCeritanya kek ciki. Ringan, tapi bikin candu. Tapi jangan ngeremehin ciki. Manisnya bisa bikin kamu nagih tapi pedesnya bisa bikin kamu nangis. Udahlah baca aja.