26

831 97 7
                                    

Cieee apdet....
Aku lagi seneng habis lihat fancam sijeuni adu highnote di hatsas gipi dip det wkwkwk....

Cuuus!
.
.
.
Johnny menghentikan langkahnya sebelum dia memasuki dapur. Dia menyembunyikan badan besarnya dibalik tembok yang menjadi sekat antara ruang tengah dan dapur. Menatap dua anak manusia yang sedang berbisik-bisik disana. Sayangnya yang mereka sebut bisikan itu terlalu lantang hingga masih bisa Johnny dengar.

"Jangan sampai ketahuan papa ya nde." Ucap sang kakak di kuping adiknya.

"Oke a." Bocah itu mengacungkan ibu jarinya.

Mali dan Hechi bergerak pada meja makan. Menarik sebuah kursi dari sana. Bekerjasama membawanya mendekat menuju...

Kulkas.

Johnny masih diam memerhatikan. Sebetulnya apa yang mereka coba sembunyikan darinya?

Mali naik. Oh, lucu sekali. Mereka lupa urutannya. Harusnya mereka buka pintunya dulu, baru dekatkan kursinya sebelum mengambil sesuatu dari atas sana. Karena pintu masih tertutup Mali kembali turun. Mereka berdua menarik kursi itu menjauh, memberi jarak yang cukup agar pintu kulkas dapat terbuka. Setelahnya kursi itu kembali didekatkan. Mali  naik lagi dan tangan kecilnya berhasil meraih sekotak ice cream dari dalam freezer.

Johnny hampir terkekeh melihat mereka. Johnny kira, hal besar apa yang mereka coba sembunyikan. Harusnya Johnny ingat mereka adalah anak kecil. Hal hebat terbesar yang bisa mereka coba sembunyikan adalah makan ice cream diam-diam tanpa sepengetahuan ayahnya. Lucu sekali. Johnny benar-benar konyol.

"Yey! Dap-" Mali hampir saja berteriak kegirangan jika Hechi tidak mengingatkannya kembali, bahwa ini adalah misi rahasia.

"Shuuut! Nanti papa dengal." Hechi meletakkan telunjuk didepan bibirnya.

Mali mengikuti. "Shuut! Oke-oke."

Tolong ampuni Johnny yang tidak bisa menahan senyumnya. Mereka berbalik, hampir melihat Johnny yang sedang mengintip mereka disana. Untungnya Johnny cukup gesit untuk menghindar lebih dulu. Johnny mengusap dadanya setelah memastikan mereka tidak melihatnya.

"Aman." Dia bernafas lega. Herannya kenapa ini jadi terasa mendebarkan juga untuk Johnny? Sial. Johnny terbawa suasana.

Oke. Sekarang kembali ke mode ayah. Johnny menegakkan badannya. Lalu mengambil langkah percaya diri untuk mendekat pada mereka yang saat ini sudah duduk saling berhadapan di bawah meja makan setelah mengambil sepasang sendok untuk menikmati ice cream.

"Aa, nde dimana ya?" Johnny berjalan disamping meja makan. Berpura-pura tidak melihat mereka dibawah sana.

"Aa, nde mana ya? Padahal papa mau ajak makan ice cream bareng." Hechi hampir menjerit, mengatakan bahwa dia ada disana. Sebelum itu terjadi Mali menutup mulut Hechi. Bibirnya bergerak seolah berkata. "Shuut! nanti ketahuan papa."membuat Hechi mengangguk-anggukkan kepalanya.

Keduanya menghentikan kegiatan mereka menikmati es dingin itu. Sama-sama menahan nafas, karena bernafaspun rasanya seperti menabuh drum disaat seperti ini. Setelah dirasa tidak ada lagi jejak-jejak keberadaan Johnny, keduanya menghembuskan nafas lega. Hendak melanjutkan kegiatan mereka sebelum...

"Duar!" Johnny mengejutkan mereka. Sudah berada di bawah meja tiba-tiba. Keduanya terlonjak kaget. Hechi bahkan terpentok meja karena mencoba untuk berdiri, padahal ada meja makan diatasnya. Sedangkan Mali hampir melemparkan kotak ice creamnya.

Semoga dua bocah itu memaafkan tingkah bapaknya yang kekanakan. Aamiin ehee.

"Ketahuan...." Johnny meledek.

"Huaaa!" Hechi menangis. Jangan tanya ini salah siapa.

Johnny sih, huh!

"Wahaahaha...." Johnny terbahak saat melihat ekspresi terkejut keduanya. Johnny harusnya meminta maaf atau minimal bertanya apakah Hechi baik-baik saja. Tapi maaf, wajah mereka sulit diabaikan.

"Papa ih... ngagetin!" Protes Mali.

"Papa pelgi. Nde nggak mau main sama papa!" Seru Hechi. Tidak memedulikan denyut di puncak kepalanya, dia terus saja mendorong badan besar Johnny agar pergi dari sana.

"Ampun nde... papa minta maaf. Papa minta maaf." Johnny menarik Mali dan Hechi agar jatuh kedalam pelukannya.

"Papa minta maaf ya. Papa kan juga mau makan es krim bareng. Masa papa gak di ajak." Johnny merayu.

"Oke tapi ada syalatnya." Hechi berhenti menangis. Mengusap air matanya kasar.

"Oke. Apa itu?" Johnny sudah tersenyum sumringah menantikan syarat dari Hechi. Sedangkan Mali hanya mengamati, kali ini murni ide Hechi.

Hechi mendekat. Tangan kecilnya menempel di telinga lebar Johnny.

"Hah?" Johnny nampak tidak terima.

"Ya udah kalo gak mau, ayok a." Hechi hampir saja pergi setelah menarik Mali berdiri. Sayangnya tangan Johnny berhasil menghentikan mereka.

"Ya udah, ya udah ayo. Oke. Papa ngalah deh." Johnny berpura-pura sedih. Padahal dalam hati biasa saja.

Gampang gitu doang mah.

"Yes!" Hechi berseru setelah mendapatkan kemenangannya.

Ketiganya keluar dari balik meja. Johnny bergerak, membungkuk. Diikuti Hechi yang menaiki punggungnya di bagian depan dan Mali di belakang.

"Jyanii! Go!"

Kurang ajar memang bocil ini.

"Mooouuu...." Johnny bersuara, sembari merangkak dengan kedua tangan dan kakinya. Berpura-pura menjadi sapi.

Iya. Itu syarat yang diminta Hechi agar mau memaafkannya. Ya sudahlah daripada bocil ngambek. Inimah gak ada apa-apanya. Untung Johnny suka olahraga. Ehe.

.
.
.
Selesai.

Apaan nih?

Dikit aja yaa ehe... ini kan hari minggu. Agak gabut wkwkwk....
Semoga sukaaak.

See yaaa 💃

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang