Special Chapter For You || 3. vs

826 94 2
                                    

Hallo....

Jam 4 soree...

waktunya update gak sih? Hehe...

Jadi, ini episode ketiga Special Chapter For You

Ide ini dari

Terima kasih idenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih idenya.

Semoga sukaaak

Selamat membaca

.
.
.

Ceklek!

Mali dan Hechi baru saja melangkah ke ruang utama setelah memarkirkan motor mereka di garasi. Langkah keduanya sama-sama terhenti saat lampu ruangan tiba-tiba menyala. Ada Johnny yang selesai menyalakan saklar disana. Dia berdiri bersama tatapan tajam yang ia lontarkan untuk Mali dan Hechi seraya menyilangkan tangan di depan dada.

"Dari mana nak?" Tanyanya ramah. Sangat berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang nampak marah.

Mali dan Hechi sedikit terkejut. Pasalnya, ayahnya hari itu harusnya tidak pulang. Dia harusnya sedang di Thailand untuk melakukan perjalanan bisnis hingga sabtu ini. Dan ini baru hari rabu? Hechi langsung mengubah raut wajahnya menjadi ceria. Dia berlari mendekat dan memeluk lengan Johnny erat. Merayunya sembari bergelantungan disana.

"Papa, ih papa kok udah di rumah aja. Kok enggak bilang-bilang. Bawa oleh-oleh gak? Mana?" dia menengadahkan tangannya.

"Oleh-oleh. Nih oleh-oleh. Kenapa ini hm?" Johnny mencubit ujung hidung Hechi yang sedikit luka. Di lihat sedekat ini, dapat Johnny lihat ada luka lebam lain di wajahnya.

"Aw! Sakit atuuh pa!" Rengeknya seraya mengusap hidung yang di cubit ayahnya.

Mali ikut mendekat. Berjalan santai seperti biasa, meski dia tau dalam hatinya, setelah ini mereka akan di interogasi.

"Ini juga. Kenapa A? kok lebam gini? Berantem di sekolah?" Tanya Johnny sarkas.

Mali menghembuskan nafasnya berat. Tapi sebelum dia menjawab, Hechi menyerobot lebih dulu. "Itu pa, si Cungkring. Temen aa yang pernah kesini. Papa tau kan?"

Johnny menggeleng.

"Itu loh yang namanya Awan." Jelas Hechi lagi.

"Iya tau. Yang peringkat satu itu?" Kali ini Johnny ingat.

"Iya. Masa dia nantangin Aa. Cungkring gitu kan badannya, pa? Tapi weeh, sombongnya segede  buto ijo. Masa nantangin aa? Terus dia bilang kita cupu! Ya gak bisa gitu dong, pa. Masa anak bapak Jyani yang kekar ini di bilang cupu? Oh tidak bisa." Adunya.

Sayangnya, Johnny tidak cukup percaya. Hechi meskipun nakal, dia bukan orang yang mudah tersulut emosi. Selalu ada alasan jelas di balik semua tingkahnya.

"Iya a, gitu?"

Baru ingin menjawab, Hechi menyerobot lagi.

"Ya jelas gitu dong pa, masa papa gak percaya sama aku. Udah aku mau mandi dulu ya. Yuk, a. Bye bapak John. Selamat istirahat!" Bocah yang kini berusia 17 tahun itu melambai dari atas tangga setelah menggeret Mali untuk ikut bersamanya.

.
.
.

Bugh!

"Bjir. Muka tampan gue!" Seru Hechi ketika wajahnya berhasil dipukul oleh temannya.

"Rasain nih!"

Dugh!

Hechi berhasil menyerang balik dan membuat bocah itu tersungkur.

"Cupu! Bangun kalo mau lagi! Gue siap!"

Dan Bugh!

Bocah itu kembali menghantamkan pukulan ke tubuh Hechi. Membuat tubuhnya mundur beberapa langkah. Tubuh oleng itu tiba-tiba terjatuh di genggaman seseorang.

"Pegangin!" Si Tubuh cungkring itu memerintah. Lalu dua orang di belakang tubuh Hechi itu memeganginya, membuat Hechi harus berdiri tegap. Dan dengan ganasnya, tubuh peot itu memukuli Hechi. Menendangnya, memukulnya beberapa kali. Hingga setelah cukup puas, tubuh itu dibiarkan tergeletak dan terbaring di tanah.

Hechi menampakkan smirknya. Sebelum matanya terpejam dan pandangannya hilang, dia kembali berucap. "Cupu!" Gumamnya di sertai kekeh. Masih meremehkan meski nyawa hampir melayang.

Awan berhasil mendengarnya. Dia kembali berbalik dan melakukan satu hal lagi hanya untuk membuat mulut Hechi benar-benar bungkam.

Dugh!

Dan pandangannya kini benar-benar buram bersama mulut yang benar-benar bungkam.

.
.
.

Johnny sedang menyelesaikan beberapa file di laptopnya siang ini. Tangan dan matanya terus saja sibuk di depan benda persegi panjang itu sejak beberapa jam yang lalu, hingga sebuah panggilan mengalihkan atensinya.

"Hallo a." gumamnya setelah menggeser icon berwarna hijau pada layar ponselnya.

"Pa..." Suara Mali terdengar disana.

"Iya. Tumben aa telpon di jam sekolah?"

"Pa... aa minta maaf. Tapi, boleh papa ke rumah sakit sekarang? Hechi luka pa. Dia di rumah sakit sekarang!" Mali mencoba mengucapkan itu dengan tenang. Sialnya, suara bergetar itu bisa di tangkap dengan jelas oleh Johnny. Dia menghentikan gerak tangannya diatas laptop. Bangkit, mengambil jas, kunci mobil dan dompetnya di atas meja lalu bergegas keluar ruangan.

"Papa kesana sekarang!"

.
.
.

Habis berantem nih boss!

Habis berantem nih boss!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi, gimana bab ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi, gimana bab ini?

See ya....

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang