24

803 98 20
                                    

Acaranya gak jadi 😌
Yadahlah, main sama aa nde aja.
.
.
.

"Aku ultamen cosmos!"
"Aku ultraman Dyna!" Mali dan Hechi berseru. Mereka berdiri diatas sofa seraya mengacungkan tangan ala-ala super hero. Menghadap pada Dimas dan Jamal yang saat ini berperan sebagai monster jahat yang akan mereka lawan.

"Aa! Nde! Makan dulu let's go!" Johnny memanggil dari meja makan.

"Iya pah sebentar, aa sedang dikepung monster." Mali berteriak. Dia telah mengeluarkan pedang plastik yang sudah pasti sakit jika di tebaskan ke perut Jamal.
"Iya pah sebentaaal, nde juga di kepung monsteel." Hechi membeo.

"Jam, Dim. Makan dulu ayok." Kali ini Johnny menawari orang dewasanya. Berharap Jamal dan Dimas mengerti kode dari Johnny agar segera menghentikan permainan mereka pagi ini.

"Oke. Oke. Kita lanjut nanti mainnya. Monster butuh asupan energi dulu huaaaa." Ucap Jamal yang diakhiri raungan menakutkan seperti monster bergigi taring.

"Ah Jamal enggak seru!" Mali merajuk. Dia menyilangkan tangannya di depan dada. Hechi melirik Mali disampingnya. Mata polosnya menangkap sesuatu.

Boleh juga nih Mali.

Dan Hechi pun mengikuti Mali. Menyilangkan tangannya di dada, lalu berucap. "Ah Dimas mah gak selu." Jangan lupakan bibir kecilnya yang manyun minta di ikat.

Huh. Gemes. Ku unyel-unyel juga nih nde. 😁

Jamal pura-pura tersulut. Dia mendekat pada Mali dan menggendongnya. "Apa? Jamal? Bilang sekali lagi. Monster ini murkaaaa!" Jamal menggelitiki Mali.

Dimas juga tidak kalah geramnya dipanggil dengan sebutan Dimas tanpa om oleh si gemes Hechi. Memangnya meraka teman? Hello, Dimas sudah makan puluhan tahun lebih dulu daripada Hechi. Dimas mengejar Hechi yang sudah kabur sebelum Dimas menyadari kalimatnya.

"Tolong pah, tolong." Hechi meminta pertolongan pada Johnny. Bersembunyi di balik kaki tingginya.

Johnny meraih Hechi dalam gendongan lengan kiri dan menyerang Dimas dengan tangan kanannya. "Serangan bola api." Ucap Johnny seraya menghentakkan tangannya pada Dimas. Dan Dimas pura-pura terjatuh dan kalah.

Padahal mereka belum briefing, tapi drama lancar alhamdulillah.

"Udah. Om Dimasnya udah jatuh, sekarang kita sarapan dulu." Johnny meletakkan Hechi di samping kursinya. Jamal ikut mendekat sambil menggendong Mali. Mali dia dudukkan di sebelah Hechi. Sedangkan Jamal dan Dimas duduk berhadapan dengan mereka.

"Kemarin aa sama nde habis pergi sama siapa?" Johnny bertanya basa-basi untuk mencairkan suasana di meja makan. Tangannya terulur memberikan secentong nasi pada Mali dan Hechi. Sejak kejadian kemarin dia belum mengobrol lagi dengan ana-anaknya. Anaknya itu benar-benar tertidur hingga pagi ini. Hanya Hechi yang sesekali merintih kesakitan ditengah tidurnya, mungkin  karena tubuhnya yang terombang-ambing selama tertidur kemarin.

"Oh iya. Om Agus sama om Budi a!" Hechi berseru. Dia kembali mengingat para pria yang bermain dengan mereka kemarin.

"Kemarin aa sama nde diculik." Ucap Mali enteng. Semuanya menatap tidak percaya pada Mali.

"Aa tau kemarin aa diculik?" Kali ini Dimas yang bertanya, memastikan.

"Taulah. Aa kan pinter. Tapi aa pura-pura gak tau aja biar nde gak takut." Ucap Mali santai. Dia mengambil ayam goreng serundeng dan memasukkannya ke dalam mulut.

Johnny menyunggingkan senyumnya. "Terus aa gak takut?"

"Enggak, kan aa tau papa bakal dateng nyari aa sama nde." Kalimat itu membuat ketiga orang dewasa disana bernpas lega.

Mereka tau Mali ini baik dan dewasa. Tapi mereka tidak pernah tau bahwa Mali juga begitu cerdas dan dapat diandalkan.

"Kemalin aa sama nde main belantem sama om Bagas sama om Agus." Hechi melanjutkan ceritanya. Semua orang menyimak sambil menikmati sarapan mereka.

"Oh iya, terus siapa yang menang?" Tanya Johnny lagi. Ayah dua anak itu benar-benar antusias mendengarkan cerita sang anak.

"Aa sama nde lah." Bangga Hechi. Dia meletakkan sendoknya, lalu turun dari kursi.

"Aa giniin omnya, a sini a bantu nde." Hechi mengajak Mali untuk reka ulang adegan, herannya Mali menurut.

"Gini, nde pegang lehelnya kuat-kuat. Telus omnya takut deh." Hechi memperagakan. Dia menarik leher Mali dengan kedua tangannya,hampir mencekiknya. Untung saja Mali mengaduh dan segera menjauh.

"Ih nde mah, kok nyekek aa nya beneran? Aa sakit tau?" Protes Mali.

"Ups! Soli." Hechi terkekeh sambil menutup tawanya dengan tangan kecilnya. Dia kembali menaiki kursi, melanjutkan sarapan paginya.

Johnny, Jamal dan Dimas terkekeh. Ini yang dia rindukan. Perdebatan kecil mereka. Meski kadang kasihan pada Mali, tapi Johnny senang bisa melihat perdebatan mereka lagi. Karena itu artinya, mereka baik-baik saja. Karena itu artinya mereka aman, dan bersama Johnny disana.
.
.
.
Kalo aku bikin cerita lain setelah ini tamat, kalian mau cerita genre apa?
Oh iya, kalian suka happy ending atau sad ending?
Sad ending lebih berkesan dan sulit dilupakan gak sih?😂

See ya....💃

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang