Mau di katakan apalagi~
Kita tak akan pernah satu~
Engkau disana, aku disini
Meski hatiku memilihmu~Yang dipojokan doang gak bisa nonton aa nde besok, cung?
Akooh 🙋😔😔😔Yadahlah kita baca special chapter aja.
Ngomong-ngomong, makasih banyak untuk anteudeul yang sudah mengutarakan keinginan dan ide-idenya untuk chapter ini.
Jadi, beginilah chapternya. Semoga kalian semua sukaaaak eyaaa....Ramaikan pokoknya, ini panjang banget 1400 kata ya Allah 😌
Selamat membaca.
.
.
.
Mali, Hechi, Nana, Nono dan Injun tengah bermain di ruang tengah rumah keluarga Johnny. Seisi rumah sudah mereka buat bak kapal pecah, tapi tenang itu bukan apa-apa. Karena ada hal lain yang mengganggu hati Mali dan Hechi hari ini.Papa John tiba-tiba pulang cepat. Dia sedang melanjutkan pekerjaannya di ruang kerja rumah mereka, sayangnya dia tidak sendiri, teman. Dia ditemani wanita cantik, tinggi, langsing, berambut hitam panjang, dengan kacamata, bibir merah tapi tidak kelihatan menor, nampak cantik dan manis. Oke mari kita persingkat dengan satu kata. Dia kelihatan perfect, untuk seorang wanita. Juga kelihatan baik. Melihat dari bagaimana cara dia menyapa Mali en de geng ketika baru datang. Tersenyum, melambai dan tampak ramah.
Sayangnya, celetukan Injun beberapa saat yang lalu membuat Mali merasa terganggu.
"Itu pacar papa kamu ya, Hechi?" Tanya Injun.
"Pacal itu apa?" Hechi yang tidak tau apa itu pacar balik bertanya.
Dengan sok misterius, Injun justru melambai-lambaikan tangan kecilnya. Meminta kelima bocah lain mendekat lalu berbisik. "Pacar itu, istri. Istri itu ibu kamu."
What?! Teori darimana itu wahayyy anak manusiaaa?
Mereka memendar. Injun melanjutkan. "Lihat, mama aku pacar papa aku. Jadi mama aku istri papa aku. Jadi pacar papaku, ibu aku." Dia menyilangkan tangannya di depan dada. Merasa bangga setelah menjelaskan teori tentang pacar menurut perspektif bocah.
Mali mengernyit. Mungkin dia satu-satunya orang yang paham dengan apa yang Injun bicarakan. Dia kemudian menyunggingkan senyum di bibirnya dan mengajak kelimanya kembali berbisik.
"Bsichhbsich... bsss... bsiCh..."
Mali tersenyum setelah membisikkan sesuatu pada mereka. "Oke." Kelimanya menjawab seraya mengacungkan jempol masing-masing. Oh, maafkan Hechi yang memilih mengacungkan jari tengah. Mungkin dia lupa jempol yang mana. Masih bocah, ehe.
.
.
.
"Ciak... nde punya kandang balu buat Ciak. Ciak pasti suka." Hechi berbicara pada anak ayam miliknya. Dia melangkah menuju ruang tengah dan meletakkan anak ayam itu di tempat yang tidak biasa."Bye... bye Ciak baik. Nanti nde jemput ya." Hechi berlalu. Melangkah pada Mali yang tengah berkumpul bersama, Injun, Nana dan Nono di teras rumah.
Wajah keempat bocah itu sudah belepotan. Injun sedang menepuk-nepuk wajah putihnya dengan bedak yang entah dari mana dia dapatkan. Nono sedang asik berkaca dengan cermin kecil. Melihat bibirnya yang beberapa menit lalu Mali pakaikan lipstik. Jangan lupakan Nana di sebelahnya yang sedang memainkan parfume. Entah sudah keberapa kali dia semprotkan. Ajun bahkan sampai berkokok berkali-kali karena parfume yang dipakai Nana. Mali? Bocah itu sibuk memakaikan lipstik pada Ajun, ayam jago kesayangannya.
"Udah a." Hechi datang, memberi laporan. Dia tersenyum bangga pada Mali, karena merasa berhasil menjalankan misinya.
"Oke nde, bagus." Mali memberikan jempol pada Hechi padahal tangannya sedang sibuk memakaikan lipstik pada Ajun.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)
FanfictionCeritanya kek ciki. Ringan, tapi bikin candu. Tapi jangan ngeremehin ciki. Manisnya bisa bikin kamu nagih tapi pedesnya bisa bikin kamu nangis. Udahlah baca aja.