43

754 91 20
                                    

Selamat hari senin.
Yang sibuk angkat tangan 🙋

Kita udah di bab 70 tau....
Kalian hebat bangeeet.
Aku bener-bener gak bisa berhenti bilang makasih dan bersyukur banget.

Terima kasih banyak 💞

Ada yang udah nungguin cerita kedua?

Yang biasnya Nana, mana? Coba kumpul sini duluuu 🙆

Say Hello dulu dong sama anak akuu, eh anak kalian, eh anak aku maksudnya xixi

Say Hello dulu dong sama anak akuu, eh anak kalian, eh anak aku maksudnya xixi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca 📖

.
.
.

"Emang boleh selucu itu haa? Emang boleh?" Dimas mencubit pipi Hechi gemas. 

"Aww! Sakiit om."

Saat ini, semua om tengah berkumpul di rumah Johnny. Membantu Johnny untuk mempersiapkan keberangkatan mereka besok pagi. Namun kedua anak itu bukannya membantu, mereka malah merecoki, mengenakan semua hal yang ada disana. Barang-barang yang harusnya di kemasi malah mereka pakai kembali. Dan saat ini Hechi tengah mengenakan kacamata hitam miliknya yang sudah sangat tidak pernah ia kenakan lagi.

Hidung kecilnya menonjol di balik kacamata itu, lucu sekali. Ah, kalo begini kan Dimas jadi tidak tega melepaskan mereka. Memang sih, mereka cuma pindah negara. Dimas bahkan bisa mengunjunginya kapan saja dia mau. Tapi kan, tetap saja. Mereka tetap berjarak. Dimas tidak suka. Dia pasti akan merindukan dua bocil itu.

"Bang. Bisa gak sih, mereka disini aja gak usah ikut sama lu?" Dimas tiba-tiba merengek. Dia menghentikan kegiatannya menata baju Hechi.

Sementara Johnny, hanya tersenyum menanggapi ucapan Dimas. Tidak mudah memang, meninggalkan hal-hal yang membuat kita terbiasa. Dia jadi teringat Dhiya lagi. Tentang bagaimana dia dulu mencoba baik-baik saja di awal kehilangan Dhiya.

"Kalo liburan mereka bisa main kesini, kan. Mereka gak pergi jauh kok. Bukan pergi selamanya juga."

Dimas mendengus. "Iya, sih. Tapi kan..."

Pletak!

Sesuatu tiba-tiba menghantam kening Dimas cukup keras.

"Bisa gak lu, jangan lebay. Jangan kayak bocah SD ya." Itu Tiway. Dia baru saja tiba dari kantor dan langsung kesini untuk menemani bocilnya sebelum mereka berangkat besok pagi. Tapi mendengar Dimas merengek sejak dia melangkah memasuki ruang utama, benar-benar membuatnya jengah.

"Cowok kok letoy." cibirnya lagi.

"Bukan letoy. Gue tuh berhati lembut." balas Dimas.

"Nih, minum dulu minum." Jamal datang membawakan lima gelas jus untuk mereka.

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang