Sembilan

1.4K 136 5
                                    

Mali mengerjapkan matanya. Dia melenguh, tenggorokannya terasa sakit. Pandangannya menguar menatap sekeliling. Ada papa John yang masih tertidur lelap di sofa.
"Pa...."

Mungkin kebiasaan sebagai boss yang super sibuk dan kondisinya sebagai orangtua tunggal yang harus siap menjaga anaknya kapan saja, papa John langsung terbangun mendengar erangan Mali.

Dengan sedikit tergesa, papa John menghampiri Mali dan segera menggendong anak sulungnya.
"Aa ada yang sakit?" Tanya papa John.

Mali mengangguk. "Hm em, tenggorokan Aa sakit pah." Ucapnya dengan suara serak seraya mengusap tenggorokannya yang terasa perih sekaligus gatal.

"Mau minum, pinter? Papah ambilin air putih ya?" Mali mengangguk.

Papa John melangkah mendekati nakas. Tidak lupa mendorong stand infus yang terhubung dengan tangan Mali. Menuangkan sedikit air pada gelas kosong yang disediakan Tiway semalam disana. Mali meneguknya, hanya sedikit. Mungkin karena kondisi tenggorokannya atau juga karena rasa air yang cenderung pahit saat sakit.

"Nde mana, pah?"

"Nde sekolah. Semalaman Nde nemenin Aa bobo disini." Jawab papa John. Dia kembali meletakkan gelas kosong itu diatas nakas setelah menandas habis air yang disisakan Mali.

"Aa mau sekolah juga." Mali menggaruk rambutnya, seluruh badannya terasa gatal dan berkeringat, mungkin karena tidak mandi sejak kemarin malam.

"Iya, nanti Papah anter Aa sekolah kalo udah sembuh, oke? Sekarang biar sembuh Aa makan dulu,ya?" Mali mengangguk. Untungnya dia tidak seperti Hechi yang jika sakit sulit diatur dan banyak maunya. Papa John  membawa Mali duduk di sofa, mendudukkan Mali di pangkuannya . Setelah dilihat nyaman, papa John mengambil nampan berisi sarapan yang sudah diletakkan suster sejak pagi beserta obat yang harus Mali minum pagi ini.

Dengan telaten Johnny menyuapi Mali, hingga disuapan ke empat dia mulai menolak, merasa sudah kenyang. Tidak kuat lagi menghabiskan nasi yang terasa pahit itu di mulutnya. Papa John hendak membujuk Mali agar mau menerima suapannya sekali lagi sebelum sebuah notifikasi pesan dengan bunyi berbeda muncul di layar ponselnya.

Tiway
"Bang, anak lu udah berani cium anak gadis orang."

Johnny melotot, membulatkan matanya. "Kenapa  pah?" Tanya Mali yang keheranan melihat perubahan ekspresi pada wajah ayahnya yang tiba-tiba.

"Sebentar sayang," ucap papa John. Lalu dengan segera, dua anak itu mengetikkan balasan pesan untuk Tiway.

Johnny
"Anak gue yang mana?"

Tiway
"Hechi nyium bibir Arini bang. Arini woy. Anak bu Susi, tetangga loh, bang. Temannya Mali. Di bibir lo bang, BIBIR!"

Dan raut wajah Johnny kini merah padam setelah melihat kata bibir yang sengaja Tiway capslock untuk memanas-manasinya.

Tiba-tiba satu-satunya orang yang paling mungkin untuk disalahkan, muncul dalam benak Johnny. JAMAL.
.
.
.
.
.
.
Yeay! Aa Nde baliiik!
Maaf ya nunggu lama... kemarin ante yang satu ini habis ada perjalanan ke luar kota dan baru sempet nulis lagi.

Segini dulu ya, rencananya mau double update hari ini, tapi lihat sikon nanti malem ya antedeul....

Jangan lupa like dan komennya buat keluarga papa John.

Oh iya, Nde in real life lagi sakiit tolong bantu do'anya  yaa biar Aa Nde, mereka semua sehat selalu.

Aku juga pilek dikit nih, emang sehati banget sama Nde 😊😊
Jaga kesehatan ya antedeeeul....

Babay....👋👋👋👋

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang