14

1.2K 109 16
                                    

Hechi terpaku. Memandangi makhluk putih bersih yang sedikit lebih kecil darinya. Dua makhluk menggemaskan yang beberapa menit lalu memasuki rumahnya bersama orangtua mereka.

"Jadi, siapa nama anak lu Kun?" Johnny berujar. Dia ikut melirik makluk kecil yang sedikit lebih tinggi daripada bocah satunya.

"Namanya Leonardo DiCaprio." Jawab Kuncoro. Kuncoro merupakan teman Johnny di kampung halaman dulu. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama ketika muda. Dan pasalnya, hari ini Kuncoro memang sengaja berkunjung ke rumah Johnny. Selain untuk bertamu dia juga telah menyusuri area perumahan sekitar rumah Johnny bersama agen property. Rencananya seminggu lagi keluarga Kuncoro akan pindah kesana karena urusan bisnis.

"Panggil aja Lele biar gampang. Papanya emang keroyalan. Saking ngefansnya sama itu artis anaknya malah jadi korban." Ujar Priska, istri Kun.

"Kamu mending kak, papanya cuma tergila-gila sama artis. Suamiku lebih gila lagi. Tergila-gilanya sama langit. Masa anakku dikasih nama Cumulunimbus. Gimana tuh manggilnya. Kesel aku." Kali ini perempuan lain menimpali. Raut wajahnya masih nampak kesal setiap kali menceritakan kelakuan suaminya padahal itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu.

"Nama anak lu siapa emang, Ta? Johnny bertanya pada pria di sebelahnya. Tirta buana. Sahabat karibnya yang keyurunan Indonesia-Thailand. Tinggi. Tampan, cerdas dan bertalenta. Istrinya sangat cantik. Maklum dia mantan anggota 'buaya' bersama Johnny saat kuliah dulu. Jika Johnny mendapatkan mama Mali yang seusia. Target Tirta ini adik tingkat yang lucu-lucu menggemaskan.

"Kasih tau tuh nama anak kamu." Tika, istri Tirta bersungut sebal.

"Namanya I Made Cumulonimbus Nabil Gumelar."

Ya. Cantika, istrinya adalah keturunan asli bali. Karena itu nama anak mereka wajib ada unsur balinya.

"Gak jelas banget kan, sumpah. Aku benci banget. Bapaknya kejeniusan."

Bapak-bapak itu terkekeh.

"Pah, nama dia siapa?" Hechi menunjuk anak Tirta. Bocahnya menatap Hechi penasaran.

"Panggil aja dedek Icung sayang." Tika menjawab.

"Tuh, ampe gue singkat jadi segemoy itu biar anak gue gampang mainnya, gampang di panggil temen-temennya." Lanjut Tika.

"Udah dong sayang. Masa kamu kesel terus sih sama aku setiap kali bahas nama Icung." Tirta membujuk istrinya. Menarik bahu istrinya mendekat.

"Ya lagian, pake Cumulunimbus segala. Kan ribet ngomongnya."

"Ya kan nama dia gak cuma Cumulunimbus sayang, kamu bisa manggil dia Nabil atau yang lain."

"Gak mau gak keren."

"Ya udah makannya aku tambahin Cumulunimbus biar keren."

"Ya enggak git-"

Johnny dan Kuncoro menggaruk kepala mereka bersamaan. Bingung dengan perdebatan yang entah kapan akan selesai itu.

"Aaw! Aw! Takiit, aw!" Perdebatan mereka berakhir saat teriakan Icung tiba-tiba mendominasi. Mereka semua menatap ke arah Icung yang tengah memegangi tangan Hechi yang mencubit pipi Icung dan menariknya. Disana juga ada Mali yang mencoba melerai kedua bocah itu.

"Nde, nyubitnya jangan kenceng-kenceng. Kasihan dedek bayinya." Ujar Mali. Dia mencoba melepaskan tangan Hechi dari pipi Icung. Namun tidak bisa, Hechi tetap kekeh. Tarikan Mali justru membuat pipi Icung semakin tertarik. Dan akhirnya Icung menangis.

"Huaa...."

"Hu... sayang... sayang sini sama mama. Adek Comulunimbus pipinya di tarik kakak Hechi ya?" Tika bergerak, meraih Icung dan membawanya dalam gendongan.

"Nde kan. Adek bayinya jadi nangis." Mali memarahi Hechi. Yang dimarahi tidak peduli. Dia justru beralih pada bayi lain disebelahnya. Bayi itu hanya diam melihat semua yang terjadi di depannya.

"Dede Lele. Hallo dede Lele." Hechi mendekat pada Lele. Mengusap-usap wajahnya. Meski tampak gemas kali ini Hechi tidak mencubit pipi Lele. Hanya mengusapi seluruh wajah dan rambutnya, sambil terus menatapnya. Mencari perhatian pada bayi itu. Mungkin Hechi belajar dari pengalaman, takut bayi yang satu ini juga ikut menangis jika dia cubit.

"Tiyex naik mobil" Lele berucap terbata-bata. Tangan kecilnya meletakkan dinosaurus kecil diatas mobil truk mainan milik Mali.

"Adek ayo turun. Kakak Mali punya permen." Mali mengangkat tinggi permen yang baru saja diambilnya dari meja untuk Icung. Dia mencoba membujuk Icung yang kini tangisnya sudah reda meski masih dalam gendongan ibunya.

Tika menurunkan anaknya. Membiarkan anaknya kembali bermain. Sedangkan dia dan orangtua lainnya kembali duduk dan berbincang di sofa.

"Ini buat adek Icung." Kali ini Mali menyodorkan segelas susu. Susu coklat kesukaannya dia berikan untuk Icung.

"Pipi adek sakit ya?" Mali bertanya. Icung mengangguk. Tangan Mali mengusap pipi Icung lembut.

"Maafin kakak Hechi ya. Adek lucu, jadi kakak Hechi gemes sama adek. Adek mau maafin kakak Hechi kan? Mau kan dek, kan?"

"I-ya. Maafin." Lirihnya. Icung mengangguk.

"Makasih ya adek." Mali tersenyum dan memeluk Icung gemas.

"Tauyus... Mau Tauyus." Icung menunjuk Hechi dan Lele yang masih memainkan dinosaurus mereka.

"Adek mau main dinosaurus itu?" Tanya Mali. Icung mengangguk.

"Ya udah ayok, kita kesana. Ayok kakak gendong."

Mali beranjak. Menarik tangan Icung dan mencoba menggendong badan Icung dengan tubuh kecilnya hingga dia menggeram tertahan karena menahan berat Icung.

Gerakan Mali berhasil menarik atensi para orangtua. Tak lama setelahnya Tika bergegas mendekat seraya berucap.

"Enggak perlu digendong sayang. Dedek Icung bisa jalan."

Dan.

Gedebuk!

Apatuh?!

.
.
.
Yeay! Akhirnya lele sama icung muncul.
Lanjut gak nih?
Like komen nya ya.
Makasih banget yang udah like dan komen di bab-bab sebelum.ya. sayang kalian anteeu....😍😍😍
See yaaa 💃

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang