25

907 96 11
                                    

Ada yang nunggu double update? Ehe, iya. Biasanya kalo aku up dikit, aku bakal nulis lagi buat up lagi. Kenapa gak sekalian? Aku nyari ide yang fresh lagi.
So, selamat membaca.
Ini udah panjang loh ya, 1000 kata lebih.
Harus rame pokoknya.
.
.
.
"Om wingwing, hallo!" Hechi menyapa tukang bakso langganan mereka dengan ceria. Sudah seperti adik dan kakak, keduanya memang sangat akrab. Entah kenapa, sejak pertama kali bertemupun Hechi tidak merasa canggung dan langsung menempel pada Winwin.

Sebetulnya ini rahasia sih, tapi Hechi memang mudah dekat dengan pria-pria tampan dan manis seperti Winwin. Apalagi Winwin ini ramah dan lembut, sangat keibuan. Dahlah, tambah betah si Hechi nemplokin bang Winwin.

"Om Winwin nde, bukan Wingwing." Si paling ralat, Mali mengoreksi.

Winwin menggendong Hechi meski tangannya sibuk menuangkan kuah bakso pada beberapa mangkuk.

"Om Wingwing tambah ganteng." Celetuk Hechi membuat Winwin terkekeh. Tangan kecil Hechi memainkan wajah Winwin. Mengusapnya lembut, seolah ada rindu dan sayang yang menjadi satu pada orang asing disana. Sesekali dia mengusap pipi Wiwin gemas, atau mengusap alisnya yang indah sebelum kembali lagi ke pipinya yang mulus meski sering di terpa kepulan asap bakso, dan mencuri sebuah cubitan kecil disana.

"Makasih nde." Ucap Winwin tersipu. Kata orang kalo anak kecil yang muji kita good looking boleh baper, soalnya biasanya mereka tulus gak sekedar boong doang. Jadi Winwin membiarkan pipinya merona karena pujian Hechi kali ini.

Mali yang berdiri dibawah sana menatap Hechi geram.

Kenapa sih Hechi nempel-nempel ke om Winwin terus tiap ketemu? Kan mereka mau main bareng di taman. Bukan nemplokin om Winwin. Kalo gini kan Mali jadi main sendirian.

"Nde... ayok turun. Om Winwinnya lagi kerja." Mali menarik-narik kaki Hechi yang menggantung di pinggang Winwin.

"Nanti aja, nde mau main sama om Wingwing. Aa main aja sendiri." Ucap Hechi. Kali ini sembari melipat-lipat daun telinga Winwin yang lunak.

"Hmm." Mali cemberut. Menghentakkan kakinya pada rumput tak bersalah tempat dia berdiri. Tangannya tidak lupa ia kepalkan disamping badan. Dia marah pada Hechi, tapi dia enggan bergeming dari sana.

Lagian, kenapa sih nde lebih suka main sama om sayap itu. Kan Mali jadi kesal.

"Nde! Ayok ih, masa aa main sendirian." Mali belum menyerah mengajak Hechi pergi dari sana.

"Itu ada Injun, ada Nana, ada Nono juga. Tuh, aa gak lihat tuh?" Hechi menunjuk ketiga bocah yang sedang asik bersepeda mengelilingi taman. Heboh sekali. Mereka bahkan sudah menghias sepeda mereka dengan balon-balon. Entah dalam rangka apa.

"Mereka tapi main sepeda. Udah ah aa mau pulang aja sama suster, mau ambil sepeda. Nde jangan ikut ya." Mali mengancam. Dia bersiap untuk berbalik, tapi sebelum itu mari kita tunggu reaksi Hechi.

"Om Wingwing. Tulunin nde dong. Nde mau sepedaan dulu."

Yes! Mali menang!

Winwin menurunkan Hechi dari gendongannya. "Oke, sebelum main om Winwin mau cium dulu dong?" Winwin menunjuk-nunjuk pipinya minta dicium.

Tanpa pikir panjang, Hechi mendekat dan...

Cup!

Mencium pipi Winwin lalu berlari pada Mali dan suster yang sudah menunggu di seberang jalan. Oke. Winwin akan bahagia seharian karena berhasil mendapatkan kecupan dari bocah manis itu. Terima kasih pada Hechi.
.
.
.
Kring! Kring! Kring!

"Kling!kling!kling! Ada sepeda. Spedaku loda dua. Ku dapat dali ayah kalna lajin beldo'a." Hechi dan Mali sudah kembali. Membawa sepeda masing-masing. Sepeda roda dua dengan tambahan dua roda lain di belakangnya. Sepeda roda empat maksudnya, ehe. Maklumin aja lah ya. Karena kalo dibilang sepeda roda empat, bocil kematian ini akan protes dan mengatakan "sepeda loda dua lah. Lihat bannya aja ada dua yang besal." Jadi ban kecil gak boleh dihitung pemirsa, tolong jaga martabat dua bocil kita ini.

"Suster, emang liriknya karena rajin berdo'a?" Mali bertanya pada susternya karena merasa ada yang aneh dengan lagu Hechi.

"Karena rajin bekerja kok, a." Jawab suster.

"Tuh nde, karena rajin bekerja. Bukan karena rajin berdo'a liriknya." Si paling teliti dan si paling sesuka hati ngubah ciptaan orang berdebat lagi. Silahkan tutup kuping kalian.

"Gapapa, kan nde yang nyanyi." Hechi bodo amat.

Dia melajukan sepedanya cepat menuju tiga orang temannya yang masih bermain sepeda disana. Meninggalkan Mali sendirian.

"Hallo." Hechi menyapa mereka. Tidak lupa membunyikan bel sepedanya. Gak pamer gak asik, brou.

"Hallo." Mali ikut menyapa setelah sampai dan ikut memarkirkan sepedanya disamping milik Hechi.

"Kok kamu sepedanya roda empat sih Hechi? Belum bisa pake roda dua ya?" Injun bertanya. Boleh saja. Melihat kemampuan Injun, Nono dan Nana yang sudah bisa menggunakan sepeda roda dua padahal mereka seumuran, pertanyaan itu wajar. Tapi disini apakah Hechi yang salah? Hey! Mereka masih 5 tahun. Bukannya wajar masih menggunakan roda tambahan saat bersepeda? Bahkan Mali pun masih menggunakan roda tambahan. Tentu bukan salah Hechi. Ini salah mereka yang belajar sepedanya kecepetan.

"Iya, gapapa. Aa sama nde masih belajar soalnya." Mali membela. Itu jawaban yang sangat bijak dan realistis untuk anak usia 6 tahun. Bisa saja dia mengelak dan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga harga dirinya. Tapi ya sudahlah. Itulah Mali. Si bocah baik hati. (Bacanya jangan pake nada tekotok si Ani wanita yang baik hati ya.)

"Balapan yuk!" Nono mengalihkan pembicaraan. Daripada berdebat, bocah ini memang lebih suka action yang menantang.

"Ayok!"
"Ayok!"
"Ayok lah!"

Tak ada yang yang gentar, semuanya menyanggupi. Sebenernya sih ini bibit-bibit anak-anak jalanan yekan? Harusnya sih jangan, tapi karena mereka bocah. Tidak mungkin dilarang kan? Gak lucu lah.

"Siap. Go!" Seru Injun. Eh bambang, bukannya hitung mundur dulu baru go? Ini kenapa langsung go? 5 orang lainnya tentu saja belum siap. Injun melaju lebih dulu sendirian tapi tenang saja, mereka tidak akan kalah. Nono bergegas mengayuh sepedanya. Diikuti Mali di belakang. Dan si paling tidak mau kalah, menyusul dengan roda empat dibelakangnya. Nana? Bocah itu sepertinya hidup dengan semboyan 'alon-alon asal kelakon' sejak dini. Judulnya sih balapan, tapi seolah tidak merasa tertantang, dia hanya mengayuh sepedanya santai. Yang penting sampai lah ya.

Mereka sudah melewati belokan besar diujung jalan sebelum sedikit lagi melewati garis finish. Kali ini dipimpin Mali, lalu Nono. Dan ada yang berhasil menyalip dengan rusuh yaitu Hechi. Tapi sayang pemirsa, tiba-tiba sepeda Hechi oleng di tikungan. Oh ayok lah! Haruskah Hechi lagi yang sial? Please, no!

Daaan....

Bruk!

"Nde menang yeay!" Hechi berhasil mencapai garis finish pertama. Sedangkan orang-orang disana menghentikan sepeda mereka untuk melihat seseorang yang sudah terjatuh disana.

Nana ternyata. What Nana? Kok bisa? Padahal Nana udah yang paling hati-hati. Mungkin Nana lupa berdo'a. Untungnya tidak ada lecet apapun. Bocah itu justru mengambil kesempatan dengan cerdik saat orang-orang iba menatapnya. Dia kembali menaiki sepeda dan segera mengayuhnya cepat. Kura-kura itu berubah menjadi kelinci dalam sekejap.

Lalu...

"Yeay! Nana juara 2." Nana berseru gembira.
.
.
.
Ihiiy... Happy ending. Si Nana diam-diam perencana jugah ternyatah 😄

Mau tau doong, bocil kesukaan kalian disini siapaaa?

Mali, Hechi, Nana, Nono, Injun? Boleh sebut lebih dari satu.

See yaa 💃

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang