31

666 91 0
                                    

Akhir-akhir ini aku merasa kurang puas dengan diri sendiri. Tentang banyak hal. Salah satunya cerita ini. Aku sedih tapi juga senang. Karena artinya, aku bertumbuh. Aku mulai serakah pada banyak hal. Aku juga mulai memperhatikan sebuah kualitas diatas sekedar kuantitas. Aku semakin tergerak untuk melakukan yang lebih dan memberikan yang jauh lebih baik.

Terima kasih pada kalian semua. Berkat kalian, aku bisa merasakan banyak hal. Struggle, intropeksi, dan perbaikan.

Ini bukan cerita pertama yang ku tulis. Mungkin kalian ngelihatnya ini cuma cerita sederhana. Tapi jujur banyak hal yang aku temui selama aku menulis ini. Termasuk salah satunya, diri aku yang baru. Aku berhasil menumbuhkan ambisku yang sempat mati.
Semoga kedepannya, kita sama-sama lebih baik. Dalam hal apapun yang menjadi target kita.

So, sejauh ini, aku benar-benar berterima kasih banyak.
Sangat amat terima kasih banyak.

Jadi ini chapter kedua yang aku up hari ini. Kenapa? Karena itu tadi. Aku merasa kurang puas pada apa yang aku berikan sebelumnya. Aku ingin memberi lebih dan yang jauh lebih baik.

Semoga ini cukup baik untuk kalian nikmati. Terima kasih telah berproses bersama.

Selamat membaca.
.
.
.
"Dingin paaa, dingin! Brrrr!"

"Bentar, sebentar lagi selesai. Kita pake sabun dulu." Johnny mengusap seluruh permukaan badan Hechi dengan sabun. Anak itu nampak sedikit menggigil karena suhu udara yang lebih dingin pagi itu.

"Ah udah pa. Nde kedinginan." Dia merengek.

"Bental sayang, bental. Keteknya mana ketek."

"Ahahaha.... haha...." Hechi tertawa geli saat Johnny menggelitiknya.

"Merem-merem papa siram!" Bocah itu mengangguk. Dia memejamkan matanya erat dan air mengguyur tubuhnya, membersihkan sisa-sisa kotoran bersama air sabun yang mengalir.

Pagi ini meski suhunya dingin tapi rumah itu dilingkupi kehangatan.

"Yeay udah." Kegiatan mandi mereka akhiri dengan Johnny yang menarik satu handuk kecil. Mengusap Hechi kecil dengan handuknya. Dari ujung kepala, sedikit mengusaknya agar basah dirambutnya cepat kering. Hingga ujung kakinya. Handuk itu kemudian dililitkan ke badan mungil Hechi. Dan dalam satu hentakan, badan itu melayang di udara. Johnny angkat bak pesawat terbang menuju kembali ke kamar.

"Wusssssh!"

Melewati pintu kamar, ada Mali disana. Dia tengah sibuk mengancingkan kemejanya. Woaaw, pagi ini pakaian aa nampak lebih formal dari hari biasanya. Mali jadi kelihatan... hm... keren. Tapi gemes.

"Wiih aa udah bisa pakai kemeja sendiri." canda Johnny. Sementara fokus tangannya masih pada Hechi yang tengah dipakaikan celana dalam. Bocah itu sudah disibukkan dengan lego ditangannya. Hechi menatap Mali sekilas, lalu tatapnya beralih lagi pada Johnny.

"Papa, nde mau pake baju kayak aa." Pintanya. Tangan kecilnya bergerak menunjuk Mali yang sudah berada di kancing terakhir.

"Lii...ma. selesai." Seru Mali setelah mengancingkan seluruhnya. Dia kemudian bergegas menuju meja. Meja rias yang sengaja Johnny buat lebih pendek untuk Mali dan Hechi. Ada dua kursi kecil juga. Sementara mejanya dipenuhi oleh beberapa hal untuk keperluan pribadi Mali dan Hechi seperti, parfum, sunscreen, lipbalm, minyak kayu putih, lilin aroma dan sisanya hanya mainan mereka yang tergeletak begitu saja karena sang pemilik lebih suka meletakkannya sembarangan.

"Boleh. Sebentar papa ambilin bajunya." Johnny beranjak. Mendekat pada sebuah lemari dengan cat biru. Membukanya. Matanya menelisik. Mencari baju yang cocok untuk Hechi kenakan pagi ini. Ada sebuah kemeja biru digantung dengan hanger disana. Kemeja kembar yang Johnny belikan untuk Mali dan Hechi beberapa tahun lalu saat dia melakukan perjalanan bisnis ke Bali.

"Ini dia." Seru Johnny. Dia mengangkat kemeja yang dipilihnya, ditunjukkan kepada Hechi. Hechi nampak puas dengan pilihannya. Bocah itu bergerak pada kakaknya. Duduk bersampingan, mengambil sebuah sisir lalu mengikuti sang kakak menyisir rambutnya.

Tangan-tangan kecil itu nampak kewalahan menyisir rambut mereka sendiri. Membuat Johnny terkikik beberapa kali karena tarikan sisirnya yang meleset.

"Selesai." Mali lebih dulu berdiri setelah meletakkan sisirnya kembali diatas meja rias.

"Sele-sai." Hechi mengikuti. Mereka sama-sama bergerak kearah stand mirror dan melakukan beberapa gaya disana. Sok keren.

Gemes banget ya Allah. Aaakh!

Johnny kembali setelah sama-sama bersiap di kamarnya. Sudah mengenakkan setelan yang rapi juga.
"Sudah siap anak-anak?" Tanyanya.

"Siap, bos." Seru Mali.

"Legos!"
Dah taulah, yang terakhir Hechi.

"Papa, aa boleh ajak Ajun?"

Whatt? Udah keren gini mau ajak ayam? Gak salah sih, tapi...

"Lain kali aja ajak Ajunnya ya a. Kita foto bertiga dulu, oke?"

"Oke, pa."
.
.
.

See ya....💃

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang