23

1K 106 2
                                        

Aku baru baca part sebelumnya. Ternyata emang dikit banget ya, padahal nulisnya udah berasa seminggu 😌

So, semoga kalian puas dengan chapter yang ini.

Ini 2000 kata lebih ya, panjang banget. Awas aja sih kalo masih protes

Selamat membaca.

Let's get it down~

.

.

.

Spoiler Alert!

Mali, Hechi dan para suster sedang bermain di taman pagi ini. Seperti biasanya, diwaktu pagi menjelang siang ini anak-anak akan ramai berkumpul untuk menikmati waktu santai sembari jajan makanan ringan dari para penjual makanan keliling.

Mali, Hechi, Injun, Nono dan Nana tengah berkumpul bersama. Ditemani sepotong es krim cup coklat dan vanilla di tangan masing-masing, ketiga bocah itu fokus menatap Mali dan Hechi yang tengah pamer baju baru mereka.

Tidak ingin mengganggu, para suster memberi jarak. Memilih menikmati semangkuk bakso urat selagi menjaga dan mengawasi mereka bermain. Bakso urat langganan mereka, hampir setiap hari. Sebetulnya bukan karena baksonya enak. Jujurly, bakso abang sukirman yang keliling malam-malam jauh lebih enak daripada bakso ini. Hanya saja, bakso yang ini penjualnya tampan. Nama penjual baksonya, mang Winwin. Gitu orang-orang manggil mereka, karena mang Winwin ini suka ngedip-ngedipin mata, katanya. Harusnya sih wink ya, tapi karena terlalu ribet diucapkan, jadilah mang Winwin.

Suster Hechi menyeruput kuah bakso terakhirnya dengan nikmat sedangkan suster Mali baru saja hendak beranjak untuk buang air besar ke toilet umum sebelum seorang anak kecil berteriak.

"Susteeel! Aa sama nde dibawa om-om!"

Kedua suster itu mendadak bringas. Mules di perut hilang. Keduanya meletakkan uang seratus ribu dibawah mangku, lalu tiba-tiba berjongkok. Mereka melepaskan rok mereka, menarik celana dalam yang ternyata berubah menjadi jeans panjang semata kaki. Mereka berlari, kencang seperti pelari marathon jarak 2000 meter. Dan salah satu diantaranya berhasil mendapatkan foto plat mobil yang membawa Mali dan Hechi pergi.

.

.

.

Sementara itu di dalam mobil, Mali dan Hechi tengah duduk di bangku belakang. Diapit oleh dua orang pria sedangkan di kursi depan ada pria lain yang mengemudi.

"Om ini siapa?" Hechi bertanya. Wajahnya terus berputar-putar untuk bisa menatap kedua orang asing tersebut.

Karena tidak mendapat jawaban, bocah umur 5 tahun itu menatap kakaknya dan kembali bertanya. "Om ini siapa, a?"

Mali dengan santai mengedikkan bahu. "Enggak tau de."

Lalu salah satu diantara kedua pria itu menjawab. "Om temen papa, sayang. Kalian diem ya, papa minta om jemput kalian. Nanti kita ketemu papa, oke?"

Mali melirik curiga pada yang berbicara. "Hah? Temen papa? Tapi kok om jelek? Aku taunya temen papa ganteng semua om." Celetuk Mali.

Pria itu menarik nafas dalam, menghembuskannya perlahan. Menahan amarah. Sedangkan pria lain di sisinya berusaha menahan tawa.

Hechi tiba-tiba bangun, bergerak mendekat pada pangkuan pria disebelahnya. Dia menatap pria itu lekat. Mengusap kulit wajahnya yang coklat kehitaman dengan kumis tebal dan kacamata minus. Jangan lupakan janggut gondrongnya yang nampak menjijikan.

"Ini apa om?" tanya Hechi. Dia menarik janggut panjang itu, membuat sang pemilik merintih kesakitan.

"Akh! Lepas." Pria itu mencoba menarik tangan Hechi dari janggutnya. Tapi genggaman itu telalu kuat. Dia menyerah, memilih untuk menjawab pertanyaan Hechi agar dia segera melepaskan janggut kesayangannya.

PAPA & BOYS (Johnny, Mark, Haechan NCT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang