17. Blues: Permulaan [bagian 2]

912 95 5
                                    

"Kak Seokmin..." lirihnya pelan saat menangkap figur tak asing itu.

"Lepasin kak!" Teriak Jeonghan berusaha melepaskan cengkraman Seokmin yang berusaha menariknya keluar.

Mendengar lirihan milik Jisoo membuat Seungcheol mulai mendekat kearah lainnya dengan rasa emosi yang mendominasi, "Lo pergi dari sini sekarang!" Bentak Seungcheol kearah pria yang tidak lain adalah Seokmin.

Jeonghan kini berhenti melawan cengkraman kuat milik Seokmin. Bentakan milik Seungcheol membuat Jeonghan tersadar akan suatu hal yang hampir ia lupakan,

Lee Seokmin adalah trauma terbesar sahabatnya, Hong Jisoo.

"Gue gak bakal pergi kalau Han masih ada di sini. Dan ini tempat umum, lo gak berhak ngusir orang lain di tempat umum"

Seungcheol mengacak rambutnya kasar, ia mengalihkan pandangannya ke arah mantan kekasihnya, "Han, please..."

Jeonghan sedikit terkejut saat pria itu justru memerintahkan dirinya untuk pergi bersama Seokmin demi Jisoo. Semudah itu Seungcheol melupakannya? Semudah itu Seungcheol menghapus kenangan mereka?

Tapi tentu saja ia tidak bisa bertindak egois saat ini. Jisoo benar-benar ketakutan melihat figur Seokmin, ia harus membuat Seokmin pergi menjauh dari hadapan sahabatnya itu.

Jeonghan meraih lengan Seokmin pelan, "Ayo kak kita pergi, dan tolong jangan pernah muncul di hadapan Shua lagi..." ucapnya lirih

Melihat Jeonghan pergi bersama dengan Seokmin tentu saja membuat Seungcheol merasakan sakit hati yang begitu mendalam. Ia bahkan belum mengetahui pasti apa hubungan diantara keduanya.

Seungcheol kembali memutar tubuhnya lalu menghampiri Jisoo yang masih bergetar ketakutan. Didekapnya tubuh tersebut, tangannya mengusap punggung Jisoo perlahan.

"Gapapa, semuanya baik-baik aja. Kak Cheol ada disini"

Sementara itu, pemandangan keduanya yang tengah berpelukan tak luput dari pandangan Seokmin serta Jeonghan yang berada di dalam mobil. Tentu saja Jeonghan merasakan api cemburu mulai membakarnya perlahan, ia tidak pernah melihat mantan kekasihnya itu melakukan pelukan yang sangat intim bersama Jisoo.

Ketika keduanya masih menjalin hubungan, ia tak pernah merasakan rasa cemburu pada hubungan Seungcheol serta Jisoo karena ia meyakini bahwa mereka hanyalah sebatas teman.

Tapi jika melihatnya saat ini, Seungcheol bisa saja jatuh pada pesona sahabatnya itu. Dan itu bukan kesalahan, karena hubungan keduanya sudah berakhir.

"Emang kaya gitu gaya persahabatan kalian?" Tanya Seokmin dengan sedikit menambahkan nada ejekan.

Jeonghan hanya terdiam.

"Gak aneh kalau tiba-tiba Seungcheol jadian sama Jisoo" lanjut Seokmin

"Gak usah ikut campur urusan orang lain." Tegas Jeonghan lalu memalingkan pandangannya.

Sementara di dalam Cafe, Seungcheol segera membantu Jisoo untuk terduduk dan menghapus air matanya perlahan. Seungcheol terduduk disampingnya sembari menggenggam tangan pasangannya tersebut erat. Tatapannya terus terkunci pada wajah sendu milik Jisoo yang masih berusaha menghentikan tangisnya.

"Maaf kak, Shua gak nyangka bakal ketemu kak Seokmin lagi"

Hening tidak ada pembicaraan apapun lagi diantara keduanya. Jisoo yang sudah menghentikan tangisnya segera membuka suara, "kak, Han bener-bener sedih karena hari itu. Dia takut..."

"Kak, apapun yang udah terjadi, kita bertiga tetep sahabat kan? Kita gak bisa terus ngebuat jarak sama Han"

Seungcheol hanya terdiam tak menggubris perkataan milik Jisoo. Ia meraih sesuatu dari saku pakaiannya lalu menatap lawan bicaranya dalam, "gimana kalau ternyata Kak Cheol jatuh sekali lagi untuk Han?" Ujarnya seraya membuka kotak kecil yang baru ia keluarkan.

Jisoo hanya terdiam membeku, kotak tersebut berisikan dua buah cincin dengan namanya yang tertoreh di salah satu cincin.

"K-kak—"

Seungcheol memasang cincin tersebut di jari manis milik Jisoo secara perlahan, "Jangan biarin kak cheol jatuh lagi untuk Jeonghan. Buat Kak Cheol sadar kalau kak Cheol harus jatuh untuk Choi Jisoo"

Seungcheol menepuk puncak kepala Jisoo lalu tersenyum tipis. Jisoo mengambil cincin yang tersisa lalu memasangkannya pada jari manis milik Seungcheol lalu mengangguk pelan.

Sejujurnya ia tidak bisa berjanji untuk hal itu. Karena bagaimanapun juga, Choi Seungcheol sudah jatuh terlalu dalam untuk Yoon Jeonghan.

Tiba di kediaman keluarga Choi, Seungcheol kini mulai terbiasa untuk menggenggam tangan milik Jisoo selama keduanya berjalan bersamaan. Ia meraih kunci rumahnya lalu menatap pintu di hadapannya heran.

"Kenapa?" Tanya Jisoo menyadari bahwa Seungcheol terlihat kebingungan.

"Kok pintunya gak dikunci?"

Keduanya membuka pintu utama rumah tersebut lalu segera melepas genggaman tangan keduanya saat figur Nara serta Seokhwa tengah berdiri menatap tajam ke arah keduanya.

"Mas, ini maksudnya apa?" Tanya Nara menunjuk ke arah koper serta kotak berisikan barang-barang miliknya dan Jisoo.

"Mami sama papi kok udah pulang? Bukannya 2 hari lagi?" Tanya Seungcheol kikuk.

"Jangan alihin pembicaraan, jelasin ini maksudnya apa"

Jisoo sudah membuka mulutnya untuk berbicara, namun nara menaikan telunjuknya mengisyaratkan bahwa ia tidak membutuhkan penjelasan Jisoo.

"Mas?" Tanya Nara

Seungcheol menarik nafasnya pelan, "Massamashuamutusinuntuknikahjadihariinikitajugamutusinuntukpindahkeapartment" selesai dengan dialognya Seungcheol segera memejamkan matanya erat.

Hening.

Ia membuka matanya ragu, "mami gak nampar mas?"

"AW!" Kini tamparan mengenai wajahnya. "Mami kenapa nampar mas?!"

"Mas yang minta!"

"Mas gak minta! Mas cuman nanya!"

"Yaudah! Anggap itu sebagai hukuman karena mas nikah diem-diem tanpa persetujuan mami papi"

Nara mendekat ke arah Jisoo yang hanya terdiam canggung dibalik tubuh Putranya, nara mengelus kedua pipi milik Jisoo lalu tersenyum, "Anak mami nambah satu..."

"Mi, Pi, maaf..."

Seokhwa menggelengkan kepalanya lalu menghampiri Jisoo untuk menepuk pundaknya, "gapapa, gak ada yang salah"

"Kenapa?" Tanya Seokhwa kearah putranya yang terdiam membisu.

"Kenapa mutusin untuk nikah? Sama Shua..."

Seungcheol mulai membuka suaranya, menjelaskan awal mula pikiran bodoh itu tercetus. Menjelaskan tentang keduanya yang saling diuntungkan dalam pernikahan tersebut.

"Pak!!!" Teriak Nara memanggil sang tukang kebun.

"Kenapa mi?!" Tanya Seokhwa panik.

"Sebelum mas pindah, kita harus foto untuk kenang-kenangan!"

"Pak tolong ya? Shua sini berdiri sebelah mas, kalian ditengah, papi berdiri sebelah mas, mami sebelah shua"

Jisoo tertawa geli melihat betapa girangnya Nara saat ini, begitupun dengan Seungcheol yang terhibur dengan kedua orang tuanya.

"1... 2... 3..."

Jisoo membulatkan matanya saat Seungcheol mengecup pipinya di hitungan ketiga.

"1... 2... 3..."

Seungcheol merapatkan jarak diantara kepala keduanya. Keduanya saling bersandar dengan senyuman yang terlihat merekah.

Ini menjadi permulaan dari kisah panjang keduanya.

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang