24. Blues: Kiss

956 81 3
                                    

"Kak, bangun ini udah jam sepuluh." Jisoo mendekat ke arah Seungcheol yang masih berbaring dan memejamkan matanya erat.

Seungcheol masih enggan membuka matanya, "Nanti aja, inikan weekend. Santai aja, kak Cheol capek kerja seminggu ini"

Jisoo mendengus pelan lalu meraih kedua tangan milik Seungcheol dan berusaha menariknya untuk terbangun dari posisi berbaring. "Bangun kak, libur ataupun enggak kita harus bangun pagi. Lagian gak usah ngeluh kaya gitu, diluar sana masih banyak orang yang butuh kerjaan"

Seungcheol hanya berdehem pelan, Jisoo masih berusaha menarik tubuh kekar itu supaya terbangun.

"Kak!! Bangun!! KAK!" Ia sedikit berteriak saat Seungcheol justru menarik tubuhnya sekuat tenaga mengakibatkannya terjatuh diatas tubuh kekar itu.

Seungcheol hanya tersenyum tipis lalu memeluk tubuh tersebut erat, "udah tidur lagi aja. Lagian kita gak ada kegiatan..."

"Ada kak! Setidaknya sarapan dulu! Shua udah siapin sarapan buat kak cheol makan..."

Seungcheol menggelengkan kepalanya pelan, "gamau..."

Jisoo mengerutkan keningnya, "gamau apa?"

"Gamau makan..."

"Terus?"

"Maunya makan Shua..."

Jisoo membulatkan matanya terkejut, begitupun dengan Seungcheol yang langsung membuka matanya seketika. Ia melepaskan pelukannya pada Jisoo dan langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.

Jisoo mendorong tubuh Seungcheol lalu segera bangkit dari posisinya, "KAK JANGAN ANEH-ANEH YA!" teriaknya seraya berlari meninggalkan ruangan tersebut.

Seungcheol ikut terbangun lalu mengejar larinya Jisoo. "Shua! Kak Cheol bercanda doang, beneran tadi kelepasan"

Jisoo memicingkan matanya, "Yaudah ayo sarapan, gak usah dibahas!!"

"Kenapa? Malu ya ngebayanginnya?" Tanya Seungcheol dengan nada menggoda.

Jisoo membelalakan matanya, "Engga! Mana ada Shua ngebayangin yang kaya gitu?! Udah jangan dibahas!!"

"Tuh kan malu..."

Seungcheol berjalan mendekati Jisoo yang hanya terdiam mematung di tempatnya, "emangnya kenapa sih? Lagian kan udah nikah juga, emang shua gak mau?"

"M-mau apaan sih kak?! Shua mau makan aja, minggir!"

Seungcheol terkekeh lalu menangkap tubuh itu untuk menghentikan langkahnya. Ia mengangkat tubuh ringan milik Jisoo untuk dijatuhkannya di atas sofa.

Jisoo menahan nafas miliknya saat merasakan tubuh Seungcheol yang kini sudah menindih tubuhnya, jemarinya mengenyampingkan poni Jisoo yang menghalangi wajah manis di hadapannya itu.

Seungcheol menangkup rahang milik Jisoo lalu mendekatkan wajahnya perlahan. Jisoo yang melihat pergerakan itu hanya bisa menutup matanya rapat.

Jisoo membuka matanya cepat lalu mendorong tubuh Seungcheol untuk menjauh darinya hingga terjatuh membentur lantai, "ARGH, SHUA!" Teriak Seungcheol kesakitan.

"Kak, Shua reflek, gak sengaja"

"AAA, MAMI!!!!" Jisoo berteriak saat Seungcheol menarik tangannya hingga tubuhnya ikut terjatuh menubruk tubuh milik Seungcheol.

Jisoo mulai tertawa seraya memohon ampun ketika Seungcheol mulai menggelitik tubuhnya. Keduanya tertawa bersamaan lalu berhenti perlahan saat seungcheol menghentikan kegiatannya.

Senyum keduanya belum menghilang, Seungcheol yang kini berada di posisi atas mulai mengecup bibir ranum milik Jisoo.

"Kak..."

"Hmm?"

Seungcheol kini kembali meraup bibir ranum itu, tidak hanya sekedar kecupan yang ia berikan. Ia terus melumat bibir mungil milik Jisoo, membuat yang termuda hanyut dalam permainannya.

Seungcheol melepaskan tautannya, ia sedikit menjauhkan wajahnya lalu tersenyum sebelum kembali meraup nikmatnya.

Pertemuan dua buah keluarga kembali terjadi di kediaman keluarga Yoon. Namun kali ini Hanna terus melebarkan senyuman miliknya.

Seokmin serta keluarganya sudah menyampaikan maksud serta tujuan mereka mendatangi kediaman keluarga Yoon. Alasan yang tidak lain dan tidak bukan ialah niatannya untuk melamar Yoon Jeonghan.

"Mama setuju, Han juga pasti setuju secara Seokmin ini anak baik, dan pasti orang yang terbaik untuk Han"

"Ma, mama gak bisa maksa kehendak kaya gitu. Yang perlu kita dengerin itu pendapat Han! Dia yang dilamar disini, keputusan dia jauh lebih penting."

"Pa! Keputusan mama ini udah yang terbaik!"

Jeonghan menghembuskan nafasnya kasar, "udah! Jangan gara-gara Han, mama papa jadi berantem kaya gini di depan orang lain! Makasih Pa udah ngehargain keputusan Han, tapi Mama bener sekarang, Han terima lamarannya"

Suara batuk terkejut kini terdengar, sang pelaku hanya membulatkan matanya tak percaya. Selesai bertukar cincin, Jeonghan bangkit dari tempat duduknya lalu menarik lengan Seokmin pelan untuk mengajaknya pergi dari tempat tersebut.

"Mau kemana?" Tanya Seokmin

"Kemana aja asal jangan dirumah"

Jeonghan memijat keningnya, lalu memasuki mobil milik seokmin bertepatan dengan Seokmin yang membuka pintu mobil itu untuknya. Seokmin ikut memasuki mobilnya lalu menoleh ke arah Jeonghan yang masih menutup mulutnya.

Semenjak keduanya bertemu secara tidak sengaja beberapa hari yang lalu, Jeonghan kini mulai kehilangan mata bengkak miliknya menandakan bahwa ia sudah berhenti menangisi pria bernama Choi Seungcheol itu.

"Lagi ada masalah sama Seungcheol?" Tanya Seokmin

Jeonghan terkekeh pelan, "sedari awal juga emang udah ada masalah sih kak. Kalau gak ada masalah juga, Han gak bakal disini sama Kak Seokmin"

"Iya tau, tapi sebelumnya lo masih sering nangisin dia, sampai hari itu lo tiba-tiba ngatain Seungcheol. Ada yang gak beres, Han. Kenapa? Lo bahkan sampai nerima lamaran dari seorang Lee Seokmin"

Jeonghan memainkan ujung pakaiannya, "Han benci fakta kalau Kak Cheol mau ngelepas Han sepenuhnya. Han benci fakta kalau sekarang kita gak punya hubungan apapun lagi. Han benci waktu tau kalau kak Cheol masih punya perasaan yang sama untuk Han"

"Kalau perasaan itu masih ada, kenapa kita harus kaya gini..."

Seokmin menghentikan mobilnya seketika membuat figur yang berada di sisinya menatapnya penuh tanya. Pria itu menoleh perlahan membiarkan keduanya terlarut dalam tatapan tersebut.

Seokmin membebaskan dirinya dari lilitan seatbelt lalu sedikit bangkit untuk mendekat ke arah figur sampingnya. Ia meraih dagu milik Jeonghan yang kini mulai menutup matanya perlahan, keduanya saling mendekatkan wajah sehingga bibir ranum itu bertemu. Jeonghan maupun Seokmin begitu tenggelam dalam peristiwa tersebut. Tangan besar sang dominan kini berakhir pada tengkuk milik lawannya, menariknya pelan membiarkan mereka memperdalam ciumannya. Begitupun dengan lengan Jeonghan yang kini berakhir meremat pelan surai milik Seokmin.

Seokmin kini benar-benar merutuki Seungcheol yang dengan mudahnya menyakiti hati seseorang. Dan Seokmin bersumpah akan membuat pria itu tau persis bagaimana rasanya disakiti.

Dunia mungkin terus berpihak padanya dalam waktu yang lama, dan suatu saat kehancuran pria itu datang, Seokmin adalah orang yang berharap bahwa pria itu pantas mendapatkan hal yang lebih buruk dibandingkan itu semua.

Hehe, biasanya up setiap hari ya☹
Udah mulai banyak tugas soalnya, jadi update sebisanya aja...

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang