42. Bonus Chapter: B-day [2]

439 34 9
                                    

- b o n u s c h a p t e r -
Special Seungcheol Birthday

Seungcheol merendahkan tingginya membiarkan Jian putra keduanya memasangkan sebuah perhiasan berbentuk telinga kucing di kepalanya. Jian tertawa pelan membuat hati sang ayah menghangat, "Miaw miaw!" Teriak putranya itu.

Seungcheol meletakan jari telunjukanya, "Sst, Kak Ji lagi tidur..." Ucapnya sedikit melirik ke arah sang putra sulung yang mulai bergerak perlahan dan membuka matanya.

Seungcheol mendengus pelan, "Papa suruh papi tidurin Jian sekarang Seungji bangun." Rengeknya lalu berbaring di atas lantai seakan menyerah dengan tugasnya.

Jian bangkit lalu berlari dan berbaring di samping tubuh sang kakak, "Dongeng!"

Mata sang ayah mulai berbinar, "Janji sama papi sehabis dongeng, kalian tidur."

Keduanya mengangguk bersamaan, Seungcheol bangkit dari posisinya dan terduduk di sisi ranjang, "Papi harus ceritain apa ya..." Ia meraih beberapa buku dongeng di atas nakas yang berada di dekatnya.

"Kalau papa yang cerita?" 

Ketiganya menoleh bersamaan pada sosok Jisoo yang memasuki kamar tersebut dengan senyuman lembut miliknya. Kedua putranya mengangguk bersamaan dengan begitu antusias.

Jisoo berbaring disamping tubuh Seungji sementara Seungcheol bersandar di samping putranya yang lain. Keempatnya tampak seperti keluarga kecil yang saling menyebarkan kehangatan satu sama lain.

"Ceritain soal Papi!"

Jisoo tergelak pelan mendengar seruan putranya, "Cerita soal papi? papa punya banyak cerita tentang papi..."

Seungcheol sedikit melirik dan mengembangkan senyuman tipisnya. "Seungji mau denger cerita tentang papi! Papi pasti nyebelin ya pa?" Seungcheol menekuk keningnya tak setuju.

Jisoo tertawa kembali, "Papi..."

"Setelah bunda pergi, Oma. Dunia papa hancur, tanpa suara, sunyi. Jadi setiap papa pejamin mata, dunia papa hilang." Tutur Jisoo dengan senyuman yang masih melekat di wajahnya. Seungcheol menggenggam lengan milik pasangannya itu lalu mengusapnya lembut.

Merasakan usapan pada lengannya Jisoo kembali membuka matanya, Seungcheol terduduk di sampingnya lalu mengusap air matanya lembut. 

"Tapi Papi selalu ada setiap Papa hancur."

Seungcheol hanya terdiam mendengarkan setiap penuturan Jisoo yang menatapnya lembut seraya mengusap surai putra-putranya.

"Di hari pertama Papa ketemu Papi, Papa bahagia untuk pertama kalinya setelah sekian lama."

Seungcheol, pria itu memiringkan kepalanya perlahan, "Jangan terlalu maju, nanti kena air hujan, emang mau bajunya basah-basah? Sekarang dingin tau..."

Tak ada jawaban yang Jisoo berikan. Ia justru hanya menatap Seungcheol dengan ekspresi yang tak terbaca, netranya pun beralih pada genggaman Seungcheol pada pergelangan tangannya. Menyadari kemana larinya atensi sang adik kelas, Seungcheol mulai melepaskan genggamannya.

"Eh, Sorry..."

"Di hari kedua Papa ketemu Papi, Papa bisa rasain detak jantung papa untuk pertama kalinya"

Jisoo mengangguk lalu menghampirinya, "kak maaf, tapi tadi beneran Shua yang salah. Shua yang ada disitu mungkin ngeganggu orang lain, jadi-"

"Jadi?"

"Jadi seharusnya Jeonghan sama Kakak gak perlu belain Shua sampai kaya gini. Shua minta maaf ya, kak Seungcheol jadi harus dipanggil gara gara masalah ini"

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang