Berhari-hari telah berlalu, keberadaan Wonwoo masih menjadi misteri diantara keempatnya. Mereka masih memiliki akal sehat untuk sekedar menunggu kehadirannya di lingkungan luar, namun nihil, sosok itu seperti hilang tanpa meninggalkan jejak.
Dan kini Seungcheol merasa bahwa kesehatan Jisoo jauh lebih penting dibandingkan mencari keberadaan Wonwoo. Pasangannya itu terus mengeluhkan badannya yang semakin terasa lemah setiap harinya. Hal itu tentu disadari oleh Seungcheol yang kini tengah terduduk menyuapi pasien vip nya.
"Udah kak..."
"Suapan terakhir"
"Daritadi gitu terus"
"Biar cepet sembuh"
Kini Jisoo mengunci mulutnya benar-benar menolak suapan makanan yang dibuat oleh Seungcheol.
Seungcheol meletakan kembali sendoknya, "beneran gamau ke rumah sakit? Kak Cheol izin aja untuk hari ini ya? Atau manggil mami untuk jagain Shua?"
Jisoo hanya menggelengkan kepalanya, "gak perlu kak, percaya deh"
Sejujurnya Seungcheol sedikit merasa keberatan untuk meninggalkan Jisoo sendirian di apartment keduanya. Tapi tentu saja ia harus memenuhi kewajibannya yang sebagai pencari nafkah. Ditambah saat ini banyak pekerjaan yang harus dilakukan olehnya.
"Oke, tapi janji hubungin kak Cheol kalau ada sesuatu. Jaga diri dan jangan kemana-mana"
Jisoo hanya mengangguk disertai senyuman manisnya.
"Hati-hati kak..." Jisoo mengecup pipi milik suaminya itu. Kecupan yang kini dibalaskan oleh kecupan milik Seungcheol di keningnya.
"Kak Cheol berangkat ya!"
Seungcheol semakin merasa keberatan saat Jisoo justru mengangguk-anggukan kepalanya gemas.
Senyuman di wajahnya luntur ketika terdengar suara pintu yang tertutup menandakan bahwa pasangannya itu telah pergi meninggalkan tempat tinggal mereka. Jisoo membuka laci nakas di sampingnya, mengambil dua buah alat tes untuk memastikan bahwa yang ia lihat di malam hari bukanlah kekeliruan.
Ia bangkit lalu berlari kecil memasuki kamar mandi. Melakukan setiap prosesnya dengan penuh rasa was was. Setelah menyudahi kegiatannya, netranya mulai menumpuk air mata yang begitu sulit diartikan.
Entah ia bahagia, entah ia bersedih, namun kehadiran kehidupan lain di dalam tubuhnya berhasil membuat air mata lolos membasahi wajahnya.
Mengapa malaikat kecilnya harus hadir disaat ia ragu akan kehidupannya. Kenapa ia hadir di tengah-tengah masalah yang kini dihadapinya.
10 hari sejak keduanya berhubungan, ini adalah hari pertama ia meyakini bahwa tubuhnya tengah mengandung buah cintanya bersama Seungcheol.
Dan mengapa disaat ia seharusnya berbahagia, nomor tak dikenal itu terus menghujaninya dengan beberapa pesan.
—
Siang ini, Seungcheol terduduk di salah satu cafe seraya menunggu waktu istirahatnya habis. Ia mendongak ketika pintu cafe terbuka menampilkan kehadiran seseorang yang langsung datang menghampirinya.
"Hai..."
Seungcheol hanya tersenyum tipis membalas sapaan mantan kekasihnya itu.
Tentu, kesehatan Jisoo adalah prioritasnya. Tapi itu bukan berarti ia berhenti mencari tahu tentang keterlibatan Wonwoo di hari itu.
"Seokmin?" Tanya Seungcheol mempertanyakan kehadiran pria itu.
"Kita gak pergi bareng, kak Seokmin dari apartment langsung kesini. Lebih cepet dibanding harus ngejemput Han dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Merimi? [CheolSoo]
Fiksi Penggemar"Gagal nikah ya kak? Sama..." "Kalau gitu kita nikah aja." Kalau kriteria suami idaman bagi banyak orang itu mapan, setia, penyayang. Itu gak berlaku buat calon mertua dari Choi Seungcheol. Lamaran pria yang memenuhi semua kriteria itu justru ditola...