04. H-10: Hong Jisoo?

1K 113 1
                                    

Sudah dua hari semenjak terjadinya penolakan keluarga mantan kekasihnya. Kini Seungcheol menjalani hari-harinya begitu berbeda, tidak ada sapaan pagi yang masuk di notifikasi ponsel miliknya. Bahkan ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berdiam diri di kamar.

Bohong jika ia mengatakan baik-baik saja.

Lamunannya buyar ketika suara ketukan pintu terdengar pelan, "mas, ini mami..."

"Masuk aja, Mi. Pintunya gak dikunci" Ucap Seungcheol seraya berusaha mengembangkan senyumannya untuk menyambut kedatangan sang Ibu. Ia sedikit mengerutkan keningnya saat menatap kehadiran sang ayah yang ikut berjalan masuk, "Papi ngapain ikut juga?"

"Emang ada aturannya, Mas?"

"Ada lah! Ini kamar Mas!"

"Gak ada! Ini Rumah Papi!"

Nara memutar matanya lelah, "sh! Malah berantem, Mami ngajak Papi kesini kan untuk ngobrol bertiga. semenjak Mas lulus SMA, kita kan udah jarang ngobrol-ngobrol kaya gini"

Seokhwa maupun Seungcheol kini mulai bungkam. Seungcheol menoleh terkejut saat kedua orang tuanya terduduk menghimpit dirinya yang berada di tengah.

"Ini ada apasih, Mi? Mas udah gede tau, gak perlu gini-gini lagi" ucap Seungcheol disertai kekehan pelan miliknya.

Seokhwa menepuk pundak putranya, "sedewasa apapun mas, mas masih anak papi sama mami. Selama mas masih berstatus sebagai anak papi mami dan selalu seperti itu. Papi sama mami ikut sedih liat mas kaya gini"

"Mas berubah, mas gak secerah dulu, mas gak mau lama-lama diluar kamar. Papi tau mas sedih, tapi tolong bagi sedihnya mas sama papi mami, jangan ditanggung sendirian ya?"

Seungcheol hanya menundukan kepalanya, entah sejak kapan kedua matanya terasa panas. Air mata bahkan terasa memaksa untuk meloloskan dirinya.

"Mas, Mami tau mas masih kepikiran masalah kemarin. Tapi tolong jadiin semuanya pelajaran bukan beban. Kalau mas kaya gini terus, mami jadinya khawatir sama anak ganteng kesayangan mami"

Seungcheol tertawa pelan dengan air mata yang kini menetes tak tertahan.

"Maaf..."

"Lho kenapa minta maaf?"

"Maaf aja..."

"Mas gak salah, gak usah minta maaf"

Nara dan Seokhwa merengkuh tubuh Seungcheol yang berada diantara keduanya, pasangan tersebut hanya melemparkan senyum tipis saat sang putra hanya bisa terisak pelan.

"Keluarin aja mas, gapapa. Biar gak berat"

Seungcheol mengusap air matanya sesekali. Kini ia dihadapkan oleh rasa bimbang, haruskah ia mengumpat karena nasib buruk yang terjadi, ataukah ia harus bersyukur karena memiliki kedua orang tua yang selalu ada dan mendukungnya secara fisik ataupun emosional. Ia tentu memiliki nasib yang lebih baik dibandingkan sahabatnya yang harus tinggal sebatang kara karena ditinggalkan kedua orang tuanya sejak duduk di bangku SMA.

Benar, sudah empat hari ia tidak mendapat kabar apapun dari temannya tersebut. Ia mendongak lalu melepas pelukan dari kedua orang tuanya perlahan, ia meraih ponsel miliknya tergesa-gesa, membuat dua figur lain memandanginya dengan tatapan keheranan.

Pesannya masih terabaikan, namun kini ia menyadari, bukan karena sang lawan tak menggubrisnya, justru tak ada satupun pesan miliknya yang terkirim.

"Mi, kalau pesan kita sama sekali gak kekirim, itu tandanya apa ya?"

"Kamu ini, nanya malah sama yang lebih tua! Papi aja tau kalau pesan kita gak ada yang kekirim itu namanya di blokir! Berarti mas itu diblokir!"

Seungcheol terdiam berpikir.

"Masa Shua ngeblokir mas?"

"Ya bisa aja sih mas, Jeonghan mungkin cerita soal kemarin, jadinya Shua milih untuk blokir kamu" jelas Nara yang disetujui oleh suaminya.

"Tapi pesan mas gak kekirim dari tiga hari yang lalu. Itu kan sebelum kejadian itu, Mi. Lagian masa Shua ngeblokir mas, kalaupun Jeonghan cerita, seharusnya Shua sekarang lagi nenangin Mas"

"Yaudah susul aja mas ke apart barunya, mas kan bantuin Shua pindahan kemarin. Sekalian juga mas curhat sama Shua, Mami tau ada beberapa hal yang Mas gak bisa ungkapin sama Mami Papi tapi mungkin bisa kalau cerita sama Shua"

"Oke, mas izin ke apart Shua ya? Pi, mas pinjem mobil papi ya, lebih enak" Seungcheol mengecup pipi keduanya sebelum berjalan pergi meninggalkan ruang kamarnya.

"Mas sayang mami papi!!!"

Nara dan Seokhwa saling melemparkan tatapan bahagia, "anak kita..."

-

Seungcheol kini sudah tiba di basement parkir sebuah Apartment yang pernah dikunjunginya beberapa hari yang lalu. Ia menyukai wilayah tempat tinggal ini, sempat terpikir olehnya untuk menyewa unit apartment sebagai tempat tinggalnya bersaman Jeonghan nanti.

Tapi harapannya kini pupus, ia bahkan tidak mendapat restu untuk menikahi Jeonghan. Tunggu, mengapa ia kembali memikirkan tentang mantan kekasihnya?

Ditemani dengan lamunannya sepanjang ia berjalan kini ia menghentikan langkah kakinya di depan sebuah unit milik sang sahabat. Pintu ruangannya sedikit terbuka, mungkin Jisoo serta Mingyu tengah merapihkan beberapa barang sehingga membiarkan pintu itu terbuka untuk memudahkan akses keduanya berjalan keluar.

Ia mendorong pintu tersebut perlahan, sampai ia menatap beberapa bingkai foto yang terpajang di tempat tersebut bukanlah milik Hong Jisoo, tatapannya kini beralih menatap mingyu yang tengah bercumbu mesra dengan, JEON WONWOO?!

"Anjing..." kata yang lolos dari mulutnya berhasil membuat pasangan tersebut menoleh terkejut.

Mingyu segera menghampiri Seungcheol yang masih terdiam di posisinya, "lo ngapain disini?"

"Harusnya gue yang nanya gak sih? Lo. lagi. ngapain. disini.?" Tanya Seungcheol penuh penekanan.

"Bukan urusan lo, jadi mending lo pergi dari sini"

Seungcheol menarik tubuh Mingyu yang terlihat menghindari dirinya, "urusan Jisoo urusan gue juga. Lo tau itu sejak lo milih untuk pacarin Jisoo"

"Masalahnya gue udah gak ada urusan lagi sama temen lo, Choi Seungcheol!"

"Temen lo yang mutusin hubungan kita berdua! Dia yang pergi dari sini! Dia yang milih untuk tidur di cafenya sementara! Dia yang—"

"Makasih infonya..." Seungcheol melangkahkan kakinya untuk segera pergi meninggalkan apartment tersebut dan mencari keberadaan sahabatnya. Namun ia menghentikan langkah kakinya untuk sekedar kembali menatap Mingyu yang kini menaikan salah satu alisnya.

"Ada apa lag— Bangsat!" Umpat Mingyu saat menerima bogeman mentah dari Seungcheol yang tersenyum puas.

"Itu untuk Jisoo."

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang