Setelah menghabiskan banyak waktu untuk berkeliling mencari Jisoo, Seungcheol kini menyerah. Ia langkahkan kakinya gontai memasuki apartmentnya. Ruangan yang biasa diisi kehangatan keduanya kini terasa begitu hampa.
Potret keduanya yang terpajang di dinding membuat hatinya semakin merasakan sakit yang begitu dalam.
Bahkan saat ini kepalanya terasa begitu berat membuat tubuhnya terjatuh diatas lantai bertepatan dengan langkah terakhirnya. Ruangan sepi itu terisi dengan suara nyaring yang dihasilkan dari jatuhnya barang-barang di atas meja.
Seungcheol hanya bersandar pada meja tersebut saat tatapannya memudar. Dapat ia lihat pintu kamarnya terbuka menampilkan wajah manis milik Jisoo yang kini berubah menjadi khawatir saat berpapasan dengan netra miliknya.
Begitu besar rasa bersalah serta rindu pada pasangannya, hingga saat ini Seungcheol membayangkan kehadiran Jisoo di ruangan tersebut. Jika Jisoo berada di tempat ini sekarang,
Akankah ia khawatir saat melihat keadaannya?
Masihkah ia mencintai Choi Seungcheol?
Seungcheol terdiam membeku ketika pipinya merasakan sentuhan lembut figur yang kini sudah terduduk di hadapannya. Apakah bayangan dapat dirasakan?
"Kak..."
Seungcheol dapat merasakan poninya disingkirkan agar telapak tangan lembut itu bisa merasakan suhu tubuhnya melalui kening. Jisoonya benar benar nyata, ia hadir di hadapannya dengan tatapan yang sama serta tingkah laku yang sama.
Jisoo melihat keadaan Seungcheol dengan pakaiannya yang terlihat lusuh sementara wajahnya terlihat begitu sayu dengan sorotan mata indahnya yang begitu menyedihkan.
Jisoo menggenggam lengan milik Seungcheol lalu tersenyum tipis, "kak Cheol gak demam, tapi shua rasa kak Cheol kecapean. Inget? Kak Cheol sendiri yang marahin shua untuk istirahat waktu itu, sekarang kak Cheol sendiri yang gak peduli sama tubuh kak Cheol"
"Ini udah jam 2 pagi, dan Kak Cheol baru pulang? Baru pulang disaat kak Cheol bilang ke Shua untuk selalu ada dirumah setelah jam 9"
Seungcheol menatap figur di depannya sayu, "beda..."
"Kak Cheol gak masuk rumah sakit"
Jisoo mendengus pelan, "tapi sama-sama bikin khawatir?!"
"Masih khawatir?" Tanya Seungcheol lirih. Jisoo kini hanya mengangguk pelan dan dikejutkan oleh pergerakan Seungcheol yang menarik lengannya begitu cepat hingga membuat keduanya berakhir dalam sebuah pelukan.
Pelukan yang terasa begitu erat.
Seungcheol menenggelamkan wajahnya di bahu milik Jisoo. Jisoo hanya menepuk punggungnya berusaha menenangkan.
"Maaf...."
"Shua maaf..."
"Kak cheol gatau soal Gunho hari itu, kak cheol nolak panggilan shua hari itu, kak cheol ninggalin shua di sekolah hari itu. Seandainya kita pulang lebih dulu, mungkin Shua ada disaat-saat terakhir bunda. Kak Cheol ngelanggar janji Kak Cheol ke bunda, kak cheol gagal jagain Shua..."
Jisoo mengusap punggung milik kekasihnya itu, lalu melepaskan pelukannya berusaha menatap Seungcheol lalu menghapus air mata pria tersebut.
"Sebelumnya Shua bingung harus sedih atau marah, jadi shua pergi ke tempat bunda. Shua ingin ikut bunda..."
Seungcheol menggelengkan kepalanya pelan, menolak pemikiran tersebut.
"Tapi shua egois kalau shua milih untuk ninggalin kak cheol. Shua bisa maafin Kak Seokmin karena kak Seokmin tunangan Han. Tapi kenapa semua kebaikan yang kak cheol lakuin di SMA harus shua lupain karena satu hari itu? Kenapa hari itu gak bisa dilupain sedangkan banyak hal baik yang kak cheol lakuin saat ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Merimi? [CheolSoo]
Fanfiction"Gagal nikah ya kak? Sama..." "Kalau gitu kita nikah aja." Kalau kriteria suami idaman bagi banyak orang itu mapan, setia, penyayang. Itu gak berlaku buat calon mertua dari Choi Seungcheol. Lamaran pria yang memenuhi semua kriteria itu justru ditola...