05. H-10: Hai, Kak Cheol

1K 111 2
                                    

Seungcheol kini setengah berlari memasuki cafe yang sudah biasa ia kunjungi. Tentu saja kehadirannya menjadi pusat atensi para pengunjung cafe. Netranya menangkap seseorang yang berjalan gugup menghindari dirinya.

"Hao..."

Ya, Minghao.

Terlihat bahwa pria tersebut merutuki dirinya sendiri untuk beberapa saat sebelum ia kembali melebarkan senyumannya, "halo, kak! Mau pesen apa? Sekarang kita ada menu baru loh, menunya itu chicken mo—"

"Shua dimana?"

"Hah? Eh? Eum—"

Aura mengerikan milik Choi Seungcheol berhasil membuat Minghao kembali merutuki dirinya, "kak beneran deh, gak usah nyariin kak Soo, kak Soo—"

"Oh, jadi dimana Shua?"

"EH?! Kak— aduh, gimana ya"

Minghao memainkan jemari miliknya, "sebenernya Hao juga gatau kak Soo dimana..."

"Kok gue gak yakin?"

Seungcheol melipat kedua tangannya lalu mencondongkan tubuhnya ke arah sang pemilik cafe, "Xu Minghao dimana Hong Jisoo sekarang?"

"D-di apart Hao" Minghao segera menutup mulutnya terkejut. Seungcheol tersenyum menang, "oke, kak Cheol pamit ya"

Minghao memiringkan kepalanya, eh? Lawan bicaranya mendadak berubah menjadi ramah seperti biasanya. "Kak, beneran deh, jangan susulin Kak Soo. Hao udah janji gak bakal ngasih tau apapun tentang Kak Soo ke Kak Cheol sama Kak Han."

"Kenapa?"

"Kak Soo takut ngerusak momen bahagia Kak Cheol sama Kak Han, harusnya kan kalian berdua lagi seneng-senengnya. Kak Soo gamau bikin temen-temennya sedih karena tau masalahnya, jadi Kak Cheol mending pulang aja kerumah. Pura-pura gatau kalau Hao keceplosan dimana Kak Soo sekarang"

"Tapi di sisi lain, Hao ngerasa Kak Soo emang lagi butuh dukungan Kak Cheol. Kak Soo jadi susah makan, bawaannya nangis terus. Hao takut Kak Soo kenapa-napa"

Seungcheol hanya membuang nafasnya gusar, "gak usah panik, kak cheol bakal nyusul shua sekarang. Lagian momennya emang udah rusak, lamarannya gagal."

Minghao hanya mengangguk pelan, "oh, gagal..."

Seungcheol cukup merasa aneh dengan reaksi tersebut tapi wajah lawan bicaranya setelah itu, membuat rasa anehnya menghilang total.

"HAH?! GAGAL?! KOK BISA?! KAK KENAPA—"

Seungcheol menutup mulut Minghao lalu tersenyum ke arah beberapa pengunjung, "bisa diem gak? Kak cheol malu banget ini. Makanya sekarang kak Cheol mau ketemu Shua oke? Kita saling butuh sekarang"

Seungcheol melepas lengannya lalu meninggalkan Hao dengan pikiran bodohnya,

Sama-sama gagal nikah, kenapa gak nikah bareng aja?

Suara bel yang terdengar berkali-kali cukup membuat Jisoo malas. Ia berjalan gontai lalu membuka pintu di hadapannya, "Maaf tapi Hao—"

"Eh?"

"Hai, kak Cheol..." Sapa Jisoo memaksakan senyumnya.

Seungcheol tersenyum getir, bagaimana bisa temannya yang periang jadi terlihat begitu menyedihkan. Keadaannya jauh berbeda dengan dirinya, rambutnya terlihat lusuh, matanya membengkak, kantung matanya terlihat begitu jelas. Rasanya ia ingin kembali menghampiri Kim Mingyu untuk menambahkan 10 bogeman mentah di wajahnya. Pria brengsek, seharusnya Seungcheol tidak membiarkan Jisoo menjalin asmara dengan pria jangkung tak berperasaan itu.

"Sorry, tapi kenapa shua gak cerita?" Seungcheol mendekat untuk memeluk erat Jisoo yang hanya terdiam seribu bahasa.

"Shua gak mau bikin orang lain ikut sedih"

Sentuhan lembut yang ia terima berhasil membuat rasa sakit yang tertahan dalam dirinya keluar secara perlahan, "Shua salah apa kak? Kenapa harus kaya gini? Kenapa shua harus liat mingyu sama wonwoo dua minggu sebelum pernikahan? Kenapa shua gak peka? Seharusnya shua tau mereka lebih dari sebatas temen dan rekan kerja" Jisoo meremat punggung milik Seungcheol bersamaan dengan rasa sakit yang semakin terasa.

"Shua gak salah apa-apa, makanya semesta ingin shua tau soal hubungan Mingyu di belakang. Semesta gamau, orang sebaik Shua berakhir sama cowok brengsek kaya Kim Mingyu"

"Tapi sakit kak..."

"Iya..."

Jisoo menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Seungcheol, ada rasa ketenangan yang kembali muncul setelah sekian lama menghilang. "Seharusnya Shua juga sadar, kalau di keadaan kaya gini, yang Shua butuh cuman Kak Cheol sama Hann-ie"

Seungcheol sedikit merasakan nyeri saat mendengar nama yang sedang ia hindari untuk saat ini.

"Tapi kak Cheol gak usah terlalu khawatir" Jisoo melepaskan pelukan keduanya hanya untuk menatap Seungcheol nanar, "Shua udah baik-baik aja sekarang. Kak Cheol jangan bikin Hann-ie khawatir juga ya? Daripada khawatir sama Shua, mending Kak Cheol sama Han nikmatin bahagia kalian dulu, Shua ikut seneng kalau kalian berdua seneng"

Seungcheol menggelengkan kepalanya pelan, "Semua itu gak ada, Shua. Kamu gak baik-baik aja sekarang. Bahkan Kak Cheol gak janji untuk gak bikin Han khawatir. Shua, kamu gak bisa dihubungin beberapa hari terakhir, Han pasti udah khawatir."

"Tapi Shua gamau ngerusak—"

"Udah rusak sedari awal, Shua. Lamarannya batal, tante Yoon nolak lamarannya"

Jisoo merasakan nafasnya tercekat, ia menatap Seungcheol iba. "Kak, maaf shua gatau..."

"Itu alesan kak cheol ada disini. Kamu gak bisa dihubungin, Shua. Setiap Kak Cheol kasih kabar, Gak ada satupun pesan yang kekirim. Jangan kaya gini lagi ya? Kak Cheol janji sama bunda untuk jagain Shua"

Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Seungcheol membuat Jisoo sedikit meringis. Memori akan Mingyu kembali berlarian di dalam kepalanya, "aku sama Jisoo cuman sekedar menuhin janji Papa sama mendiang Papa Jisoo, gak ada yang lebih."

"Kak, soal janji itu. Kak Cheol ngelakuin itu demi Shua atau Bunda"

"Shua. Kak Cheol berusaha untuk selalu ada buat shua, jauh sebelum bunda nitip Shua untuk Kak Cheol jaga. Kenapa, hm?"

Yang termuda hanya menggelengkan kepalanya pelan. Namun memori yang terus berputar di pikirannya membuat ia kembali mengeluarkan isakan pelan seraya meremat surainya.

"Shua..."

"Kak, Shua pusing..."

Seungcheol menahan tubuh ringkih dihadapannya untuk menghindari hal-hal buruk yang mungkin terjadi, "kita ke dokter ya?"

Seungcheol kini memunggungi Jisoo serta sedikit menurunkan tinggi tubuhnya, Jisoo yang mengerti hal itupun segera memeluk leher milik Seungcheol erat.

Sudah terlewati beberapa langkah, kini Seungcheol dapat merasakan pelukan di leher miliknya terlepas perlahan.

"Kim mingyu sialan."

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang