Air mata Jisoo terus jatuh saat menyadari jika rasa sakit dilehernya tidak lagi sebanding dengan rasa sakit di bawah sana, rasa sakit ketika darah itu mengalir perlahan dari dalam perutnya.
Ia terus memohon untuk menyelamatkan anak di dalam perutnya.
Sementara Seungcheol, ia terus berjalan cepat mengejar laju ranjang rumah sakit itu seraya menggenggam erat lengan Jisoo memberikannya kekuatan.
"Tahan ya? Sebentar lagi..." ucapnya terbata-bata.
Kini Jisoo dipenuhi oleh luka maupun darah, mata yang membengkak, dan juga terdapat beberapa lebam yang berada di beberapa bagian tubuhnya, lehernya memperlihatkan bekas kemerahan dan ia yakin bahwa itu ialah bekas cekikan seseorang.
perlahan ranjang itu berjalan masuk menuju sebuah ruangan membuat jemarinya terlepas dari tangan pasangannya.
Seungcheol terdiam menatap pintu yang kini tertutup rapat di hadapannya.
Beberapa waktu berlalu, ia masih setia berdiri berharap seseorang keluar dari ruangan itu dan memberikan sebuah kabar baik pada dirinya.
Jeonghan serta Seokmin yang terduduk di kursi tunggu kini ikut bangkit akibat kedatangan seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.
Seungcheol menatap sang dokter penuh harap,
Seungcheol merasakan ada yang tidak beres karena keheningan menyelimuti ruangan itu.
"Saya turut berduka cita. Janinnya…."
Pertahanan pria itu hancur berkeping-keping. Rasanya ia ingin menangis histeris di tempat tersebut, namun mengingat bahwa Jisoo mungkin membutuhkan sandaran kekuatan, ia hanya mengangguk pelan dan menoleh kedalam ruangan kekasihnya.
"Saya boleh masuk?"
Sang dokter hanya mengangguk, mempersilahkan pendamping pasiennya itu memasuki ruangan.
Seungcheol menatap tubuh lemah yang kini kehilangan kesadarannya akibat tertidur pulas di ranjang pasien.
Seungcheol hanya terdiam membeku, pikirannya cukup dipenuhi oleh memori buruk yang terjadi pada sore itu. Bahkan kini ia harus menahan rasa sedihnya dihadapan Jisoo yang tertidur lelap dengan mata sembab miliknya.
Ia mendekat ke arah pasangannya itu, menggenggam lengannya erat serta segera mengecup keningnya.
"Semesta terlalu jahat untuk shua..."
Mata yang terpejam itu kini membuka perlahan, Seungcheol hanya menunggingkan senyuman tipisnya lalu mengecup lengan yang berada di genggamannya, "its okay, tidur lagi..."
Seungcheol mengangkat tangannya perlahan lalu mengusap leher milik Jisoo lembut, tangannya yang lain terkepal kuat. Saat ini ia berpikir bahwa kata pembunuh tidak terlalu buruk untuk dirinya.
"Mas gak takut untuk ngebunuh orang yang ngelakuin ini semua."
Ia bangkit dari posisinya lalu bersiap untuk meninggalkan ruangan tersebut, namun lengan yang berada di dalam genggamannya itu, menahan tautan keduanya.
"Jangan...." Jisoo kembali membuka matanya pelan, "jangan tinggalin, Shua.."
Seungcheol memejamkan matanya menahan genangan air mata yang sudah menumpuk dibaliknya. Jisoo menarik tautan keduanya perlahan, membuat Seungcheol kembali mendekat ke arahnya.
Seungcheol menurunkan tinggi tubuhnya. "Jangan tinggalin Shua, Shua gak mau sendirian disini, Shua butuh Mas..."
"Shua udah kehilangan Bayi, Shua gamau kehilangan Mas juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Merimi? [CheolSoo]
Fanfiction"Gagal nikah ya kak? Sama..." "Kalau gitu kita nikah aja." Kalau kriteria suami idaman bagi banyak orang itu mapan, setia, penyayang. Itu gak berlaku buat calon mertua dari Choi Seungcheol. Lamaran pria yang memenuhi semua kriteria itu justru ditola...