31. Blues: Argumen

782 84 6
                                    

Seungcheol menatap tajam ke arah beberapa orang yang berbicara tentang kekasihnya. Tangannya terkepal kuat, nafasnya tak beraturan, "lo semua diem ya anjing! Ini semua ranah pribadi orang lain, gak usah sok tau urusan orang lain!" Bentak Seungcheol.

Seungcheol menatap Junhui yang sedikit gemetar ketakutan, "siapa yang nayangin itu?" Suaranya terdengar begitu menusuk menandakan bahwa pria itu tengah didominasi oleh rasa amarah.

"K-kita gatau..."

Bersiap untuk melangkah menghampiri Junhui, ia justru menoleh menatap Jeonghan yang kini membuka suaranya.

"Jadi?" Tanya Jeonghan kepada sahabatnya yang sedari tadi terus melamun.

"Jadi apa?" Jisoo kembali melempar pertanyaan tersebut membuat Jeonghan hanya mendecih pelan.

"Ya semua yang ada di layar tadi, tolong jelasin semuanya. Jangan pura-pura tuli, sekarang semua orang lagi ngomongin masalah kita!"

Seungcheol mengusap wajahnya gusar, "Han! Kita bahas itu ditempat lain. Itu masalah kita berempat. Sekarang jauh lebih penting untuk tau siapa yang nayangin foto itu! Dia bahkan ngebuntutin Shua!"

Air muka milik Jeonghan kini mulai berubah. Matanya memerah bersiap mengeluarkan air mata yang sudah menumpuk. Namun tetesan air mata itu bukan mengartikan kesedihannya, saat ini ia terlalu kecewa pada sahabatnya.

"Stop belain Shua! Shua bukan korban disini!"

"Han, kenapa kita jadi masalahin ini?! Yang paling berhak untuk marah ataupun kecewa disini itu Kak Cheol, dan biarin kita bahas masalah ini di tempat lain!"

"Kenapa? Kenapa cuman Kak Cheol yang berhak marah atau kecewa?! ini juga ada sangkut pautnya sama Han! Disana ada–"

"Ada apa?" Suara serak milik Jisoo berhasil membuat perdebatan keduanya terhenti. Jisoo menatap Jeonghan dengan mata sayunya, "ada Kak Seokmin? Atau ada Kak Seungcheol?"

"Han merasa berhak marah karena ada foto Shua ciuman sama Tunangan Han, atau karena Shua bahagia sama Mantan Han?!"

Pertanyaan tersebut berhasil membuat Jeonghan bungkam seribu bahasa.

"Shua... stop. Tolong jangan memperburuk suasana."

Jisoo menepis tangan milik suaminya itu lalu berjalan menghampiri Jeonghan, "atau justru Han yang ngerencanain ini semua?"

Semua orang terkesiap saat suara tamparan terdengar jelas. Jeonghan mulai bernafas gusar, bekas tangannya terlihat memerah di pipi putih pucat milik Jisoo.

Sorot mata keduanya saling melemparkan tatapan kecewa. Jisoo kini memilih untuk melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu dengan cepat. Menghiraukan seruan milik Seungcheol yang mungkin tengah melangkah mengejarnya.

Sorakan terdengar mencemooh Jisoo yang kini terus berjalan pergi mencoba mengabaikan hal tersebut. Sementara Jeonghan ia hanya terdiam di ruangan itu dan tersenyum tipis saat beberapa orang menghampirinya sekedar memberinya semangat.

Seungcheol mempercepat langkahnya saat melihat kekasihnya melewati mobil mereka. Ia tak ingin keduanya kembali menciptakan jarak disaat seperti ini.

"Shua! Hei! Shua..."

Ia kini mulai berlari berusaha meraih lengan milik Jisoo, "Sayang..." lirihnya lemah ketika berhasil meraih lengan tersebut.

Jisoo menghentikan langkahnya, Seungcheol berjalan memutar untuk menatap kekasihnya yang kini hanya terdiam bisu.

"Mobilnya kelewat! Makanya jangan nangis, jadi air matanya ngalangin gini sampai mobilnya gak keliatan" ucap Seungcheol dengan ibu jarinya mengusap air mata milik Jisoo. Ia sedikit tersenyum berusaha menenangkan pasangannya itu.

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang