03. H-12: Lamaran

1.1K 134 17
                                    

"Tujuan saya dateng kesini bareng mami dan papi, mau ngelamar Han jadi pendamping hidup saya. Saya rasa waktu enam tahun terakhir udah cukup untuk saling mengenal satu sama lain, jadi mohon diterima niat baik saya dan keluarga" ucap Seungcheol dengan keringat dingin yang terus menetes di punggung lehernya, senyuman kakunya terus ia perlihatkan pada kedua orang tua kekasihnya yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Jujur, Seungcheol merasa seluruh anggota tubuhnya mati rasa. Ini adalah pertama kalinya ia berbincang serius dengan kedua orang tua Jeonghan. Berbeda dengan Jisoo, Seungcheol bahkan memanggil mendiang ibu dari sahabatnya sebagai Bunda. Orang tua kekasihnya memang tidak begitu dekat dengan teman-teman Jeonghan. Hal itu semakin memperkuat alasan mengapa dirinya terus merasakan tegang.

Rasa gugupnya sedikit berkurang saat sang ayah menepuk pundaknya pelan, keduanya saling melemparkan senyuman tipis.

"Gak apa-apa, tenang aja..." bisik sang kepala keluarga berusaha meringankan beban pikiran putra semata wayangnya.

"Makasih untuk niat baik nak Seungcheol ngelamar Han. Kalau seandainya restu dilemparkan ke kedua orang tua Han sendiri, Om selaku ayahnya Han merestui jikalau Han gak keberatan soal lamaran ini"

Seungcheol menghembuskan nafasnya lega, kini senyuman kakunya berubah menjadi senyuman bahagia miliknya. Netranya beralih menatap Jeonghan yang menundukan wajahnya, setengah tersipu malu.

"Han se—"

"Saya gak setuju soal lamaran ini, saya mau anak saya dapet yang terbaik."

Seluruh atensi tertuju pada seorang wanita bermarga Yoon tersebut. Seungcheol menatap 'calon' mertuanya itu terkejut.

"Ma..." suara Jeonghan kini terdengar bagai rengekan seorang anak kecil yang meminta permen.

"Tapi kenapa? Seungcheol dan Jeonghan kan udah menjalin hubungan semenjak SMA, mereka selalu baik-baik aja gak ada masalah" bela sang ibu dari pihak pelamar.

Seungcheol meraih tangan sang ibu, berniat untuk meredamkan amarahnya yang mulai terlihat.

"Tuh kan, pa. Mama bilang dari waktu itu, jangan izinin Han untuk pacar-pacaran gak jelas. Kalau udah kaya gini jadinya gimana? Papa mau nyerahin Han ke orang sembarangan?"

"Berdiri!"

Seungcheol sedikit tersentak saat sang ibu menarik lengannya untuk segera bangkit dari duduknya. "Mi?"

"Kita pulang, ayo pi, udah! Kita gak diterima disini. Mas, gak usah berharap lagi, mending kamu fokus sama posisi kamu di perusahaan papi."

"Makasih ya Han, udah jadi temen Seungcheol untuk enam tahun lebih, makasih udah ajarin Seungcheol soal perasaan selama enam tahun ini. Tapi cukup sampai disini ya, jangan lanjutin apapun yang ada diantara kalian berdua"

Choi Nara, ia ingin sekali melontarkan sumpah buruk pada keluarga yang merendahkan putranya, tapi niatnya diurungkan saat menatap Jeonghan yang menahan tangisnya.

"Han anak baik, mami doain kamu dapet jodoh terbaik seperti keinginan mama kamu. Tapi nyonya Yoon, Seungcheol bukan orang sembarangan."

Nara menarik lengan suaminya untuk pergi dari kediaman keluarga Yoon, sementara Seungcheol melangkahkan kakinya ragu, ia menoleh untuk menatap Jeonghan. Kekasih yang saat ini mungkin berstatus mantan kekasihnya itupun seakan melontarkan sebuah kata, "maaf..."

Seungcheol tak menggubrisnya, ia memilih mempercepat langkahnya untuk memasuki mobil yang ditumpangi oleh kedua orang tuanya.

Ia menoleh menatap sang ibu yang terduduk di sampingnya dengan mimik wajah marahnya. "Jalan pak, kita gak usah lama-lama di rumah ini, bawaannya ingin marah-marah"

"Udah Mi, hak keluarga mereka untuk nolak lamaran Mas..." ujar Choi Seokhwa sedikit menoleh menatap istri serta putranya yang terduduk di kursi belakang.

"Pi! Mereka berhak nolak lamarannya, tapi mereka gak berhak jelek-jelekin Mas kaya gitu, secara gak langsung Mami juga jadi korbannya, mereka pikir mami gak ngedidik Mas apa?! Mas di didik sama mami untuk jadi kaya gini! Terus mereka bilang mas itu orang sembarangan, mami gak terima!"

"Kita dateng baik-baik, kalaupun mereka mau nolak lamarannya, itupun harus secara baik-baik"

"Mas, mana handphonenya"

Seungcheol menatap sang ibu ragu, "buat apa Mi?"

"Kasih aja Handphonenya ke mami, ribet banget!"

Seungcheol memberikan handphone miliknya ragu, matanya membola saat jemari sang ibu segera memblokir kontak Jeonghan serta menghapusnya, "Mi—"

"Gak usah hubungin Jeonghan lagi."

Ketika jemari sang ibu mengetikan sebuah nama, Seungcheol segera menarik ponsel miliknya kembali, "Jangan Mi!!"

"Balikin mas handphonenya! Mami kaya gini demi kamu juga kok!"

"Tapi ini Shua bukan Han! Shua gak tau apapun soal ini" Bela Seungcheol seraya terus berusaha menyembunyikan ponselnya.

"Kalau ternyata Han ngehubungin Shua gimana?! Pokoknya mami gamau kamu berhubungan sama Han lagi!"

"Gak akan mi! Shua itu gak cuman temen Han, tapi temen Mas juga. Lagian Shua lagi sibuk sama persiapan pernikahannya sama Mingyu, dia gak bisa dihubungin akhir-akhir ini. Mas punya janji sama Bunda untuk jagain Shua" Seungcheol terdiam saat menyadari tindakannya, ia baru saja menaikan nada bicaranya pada sang ibu.

Ia memejamkan matanya untuk beberapa saat, "maaf mi, Mas gak sadar..."

Nara menatap putranya nanar, air mata mulai menerobos keluar, kini ia memeluk erat tubuh Seungcheol seakan tidak ingin kehilangan figur tersebut.

"Maafin mami juga, mami terlalu sakit hati karena mas direndahin di depan mata mami. Mami gak pikir panjang"

Seungcheol mengusap punggung sang ibu lalu mendekapnya tak kalah erat, "iya mi, maafin mas udah bikin mami malu di depan keluarga Han"

"Mas gak pernah bikin mami malu..."

Selesai dengan dekapan tersebut, Seungcheol kembali meraih ponsel miliknya lalu membuka room chat yang berisikan sebuah pesan yang ditujukan untuk sahabatnya, Jisoo.


Kemarin

Choi Seungcheol
Shua...

Choi Seungcheol
Besok Kak Cheol bareng mami papi udah siap untuk pergi ke rumah han.

Choi Seungcheol
Mau ikut nemenin gak? Jujur Kak Cheol gugup banget.

Choi Seungcheol
Shua? Sibuk ya? Maaf ngenganggu

Choi Seungcheol
Persiapannya gimana? Lancar?


Sejak kemarin, Jisoo bahkan belum membalas pesannya, mungkin sahabatnya itu terlalu disibukan oleh persiapan pernikahannya yang semakin dekat. Seungcheol mengetik beberapa kata dengan perasaan ragu.



Hari ini

Choi Seungcheol
Shua, lamarannya gagal.

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang