21. Blues: Ungkapan

807 93 6
                                    

Jisoo kini terduduk di kursi cafe miliknya menunggu kedatangan Seungcheol. Minghao sudah pergi sejak cafe ditutup, sesuai janjinya, Jisoo membiarkannya untuk pulang terlebih dahulu sementara ia yang akan bertugas untuk membersihkan tempat tersebut.

Pintu cafe terbuka perlahan membuatnya mendongak lalu dikejutkan karena kehadiran Jeonghan. Ia segera melepas cincinnya paksa, yang kini terjatuh akibat kecerobohannya.

"Shua..."

Jisoo mengabaikan panggilan tersebut lalu bangkit dari tempat duduknya berniat untuk meninggalkan Jeonghan sendirian.

"Persahabatan kita udah hancur ya?"

Jisoo menghentikan langkahnya saat mendengar ungkapan dari sahabatnya itu. Jeonghan terkekeh pelan, "kenapa?"

"Kenapa kita jadi kaya gini?" Tanya Jeonghan dengan matanya yang mulai memanas. Jisoo memutar tubuhnya untuk kembali menatap sahabatnya tersebut.

"Kak Seokmin atau Kak Seungcheol? Han gak ngerti kenapa kita bisa jadi asing cuman karena orang lain. Kita sahabatan jauh sebelum Kak Cheol direndahin mama, kita sahabatan jauh sebelum Kak Seokmin tiba-tiba ada di cafe ini, sebelum semua masalah itu kita baik-baik aja Shua!" Bentak Jeonghan dengan setetes air mata yang lolos perlahan.

Jisoo termenung di tempatnya, ia mulai mendongakan kepalanya kembali lalu menatap tajam ke arah figur yang baru saja membentaknya keras "Enggak, gak ada yang baik-baik aja"

"Kita cuman pura-pura untuk baik-baik aja. Sebenernya gak ada yang baik-baik aja diantara kita. Dan Han gatau apa yang shua rasain selama ini" Ujar Jisoo disertai tatapan tajam miliknya.

Jeonghan berjalan mendekat ke arah sahabatnya itu, ia tertawa getir lalu mendecih pelan, "Terus, apa pernah Jeonghan ada di lingkaran persahabatan ini?"

"Yoon Jeonghan gak bisa ngerasain penderitaan Hong Jisoo karena dia sendiri yang mutusin untuk mendam semua masalahnya! Dan sekarang semuanya salah Yoon Jeonghan?!"

"Kenapa harus kak Cheol yang pertama tau kalau bunda udah gak ada?!"

"Kenapa harus kak Cheol yang pertama tau kalau Shua udah punya pacar?!"

"Kenapa harus kak Cheol yang pertama tau kalau Shua tunangan?!"

"Yoon Jeonghan cuman sampah di persahabatan ini!! Gak akan ada yang tau masalah Shua kalau semua cerita Shua cuman untuk Kak Cheol!" Jeonghan kembali berteriak.

"Sedari dulu Han selalu ngerasain jadi orang paling asing di persahabatan ini. Han gak ngerti apa yang kalian omongin, Han gak tau apa yang kalian obrolin!"

Jisoo meremat pakaiannya kuat, "Lucu ya? Tapi kita emang seharusnya udah selesai disini. Shua setuju. Shua penyebab ini semua! Shua sama sekali gak pernah nganggap Han sebagai sahabat! Ini kan yang ingin Han denger?!"

Sekali lagi, Jisoo kembali mengucapkan kebohongan. Jauh akan lebih baik jika Jeonghan menempati Jisoo sebagai tokoh jahat saat ini. Jauh lebih baik dibandingkan Jeonghan menganggap Jisoo sebagai sahabat terbaiknya. Jauh lebih baik jika ia merasa kecewa lebih cepat, dibandingkan dengan ia harus merasakan rasa kecewa yang begitu dalam akibat sahabatnya.

Sahabat mana yang merebut cinta milik sahabatnya?

Ia segera menjatuhkan dirinya untuk mencari cincinnya yang terjatuh. Suara pintu yang terbuka membuat ia yakin bahwa Seungcheol kini sudah hadir diantara keduanya.

Seungcheol menghentikan langkahnya saat menyadari kehadiran mantan kekasihnya di tempat tersebut. Ia dapat merasakan tensi yang begitu buruk di tempat ini. Jeonghan memutar tubuhnya memperlihatkan wajahnya yang dibasahi air mata, ia berjalan melewati Seungcheol tanpa mengindahkan kehadirannya. Seungcheol sedikit menoleh menatap kepergian Jeonghan dari tempat tersebut.

Sementara Jisoo yang kini sudah menemukan cincin pernikahannya segera memasangnya kembali di jari manisnya. Ia bangkit dari posisinya.

"Shua..."

"Pulang ya kak? Shua mau istirahat"

Seungcheol mengangguk pelan lalu meraih pelan tangan milik Jisoo untuk digenggamnya. Ia tidak memaksakan sahabatnya untuk segera memberi tahu masalahnya bersama sang mantan kekasih, baginya ada sesuatu yang jauh lebih penting untuk ia ketahui saat ini.

Selama perjalanan yang ditempuh keduanya pun Jisoo sama sekali tidak membuka suaranya. Tentu saja ia merasakan rasa sakit yang begitu dalam ketika hubungan persahabatan ketiganya mulai tergerogoti.

Jisoo terus dikuasai oleh lamunan miliknya bahkan kini ia berjalan gontai sendirian memasuki apartmentnya. Seungcheol hanya terdiam dan mengikuti langkah gontai itu perlahan. Jisoo membuka pintu kamarnya pelan sebelum membulatkan matanya terkejut.

"Enggak... jangan.. jangan..." melihat cetakan foto yang berserakan di ranjang miliknya, membuatnya segera merapihkan foto cetakannya itu kedalam album kenangan miliknya. Selesai dengan hal tersebut ia dengan cepat berjalan keluar dari kamarnya.

Ditatapnya Seungcheol yg hanya berdiri menatapnya datar, Jisoo berjalan cepat ke arahnya lalu mendorong tubuh Seungcheol dengan tenaga lemah miliknya, "Shua udah bilang jangan dibuka! Kenapa kak Cheol malah buka albumnya?!" Bentak yang berusia lebih muda

"Kak Cheol juga bilang sesuatu dan Shua ngelanggar itu..."

"Kalau sedih, tolong cerita. Kalau sakit, tolong cerita. Kalau susah, tolong cerita. Tolong ceritain semuanya sama Kak Cheol, jangan sembunyiin apapun, jangan menderita sendirian." Lirih Seungcheol ke arah lawan bicaranya.

"TERUS SHUA HARUS GIMANA?! Shua harus cerita kalau shua suka sama Kak Cheol?! Shua harus cerita kalau Shua gak suka liat Kak Cheol ngejar-ngejar Han?!"

"Kalau shua ungkapin semuanya, terus apa?! Kak cheol bakal berhenti suka sama Han?! Kak cheol bakal nerima perasaan Shua?!"

Seungcheol mengusap wajahnya kasar, "Setidaknya Kak Cheol berusaha!" Kini pria itu ikut menaikan nada bicaranya.

"Sampai kapan?" Tanya Jisoo

"Kalau kaya gitu, sampai kapan kak cheol berkorban demi Shua?! Udah cukup shua jadi orang lemah diantara kita bertiga, udah cukup Kak Cheol dan Han ngelindungin Shua"

"Shua gak mau buat kalian sedih, cukup Shua yang ngerasain itu semua"

"Shua gak sejahat itu untuk ngasih tau Kak Cheol. Kalau Kak Cheol tau, kak cheol mungkin berkorban sekali lagi untuk shua! Kak cheol mungkin bakal ngelupain perasaan suka kak cheol untuk Han demi shua! Shua gamau bahagia disaat kak Cheol sedih"

"Walau tiap hari shua sakit, walau shua harus pura-pura bahagia, tapi itu jauh lebih baik dibandingkan ngeliat Kak Cheol dan Han sedih karena shua. Kalau ternyata dua orang yang shua punya menderita karena shua, apa shua berhak bahagia di atas penderitaan mereka? Terus kak Cheol berharap shua ngungkapin perasaan shua?!"

Seungcheol menarik lengan Jisoo untuk membiarkan tubuh lemah itu mendarat di dalam dekapannya.

"Jangan ditahan, buang semua rasa sakitnya."

Jisoo meremat kemeja milik Seungcheol lalu mulai menangis histeris.  "Shua selalu benci hidup. Shua selalu berusaha sendirian. Shua gak punya siapapun selain bunda yang sakit parah. Ada rasa aneh waktu shua punya orang lain selain bunda. Kak cheol natap shua disaat orang lain gak pernah nganggap shua ada, kak cheol denger suara shua disaat orang lain tuli, kak cheol senyum ke arah shua, kak cheol juga ngelindungin shua. Semua itu bikin Shua bahagia sekaligus takut..."

"Shua bahagia karena shua jatuh cinta"

"Tapi Shua juga takut kehilangan kak Cheol"

"Shua jadi orang jahat disini, Han mungkin udah benci sama Shua. Sekarang, kalau kak Cheol ingin pergi, tolong pergi yang jauh..."

Seungcheol mengusap surai milik Jisoo yang masih berada dalam dekapannya, "gak ada orang jahat di sini, dan kak Cheol gak akan pernah ninggalin shua sendirian."

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang