30. Blues: Reuni SMA

778 77 6
                                    

Dentuman musik terdengar menerobos keluar dari gedung sekolah tersebut. Hiasan dekorasi pun sudah memenuhi dinding-dinding gedung itu. Seungcheol menghela nafasnya saat mengalihkan pandangannya ke samping.

"Yakin mau ikut acaranya?" Tanya Seungcheol.

Jisoo hanya terdiam bersandar di pintu mobil milik suaminya itu. "Sejujurnya enggak, Shua takut sama pandangan orang-orang. Gimana kalau semuanya kejadian lagi?"

"Enggak, mereka udah tumbuh dewasa, seharusnya pola pikir mereka pun jadi lebih dewasa. Sekalipun masih ada orang-orang jahat di dalem sana, Kak Cheol gak akan biarin mereka jahatin Shua"

"Lagian siapa sih yang mau jahatin shua yang selucu ini?!" Goda Seungcheol seraya menyubit kedua pipi milik Jisoo gemas.

"Kak! Kita di parkiran! Banyak orang yang liatin!"

Seungcheol hanya tersenyum tipis lalu melingkarkan lengannya di pinggang mungil milik Jisoo. Keduanya berjalan bersamaan besiap memasuki area yang digunakan khusus untuk acara hari ini.

"Hei!"

"Hann-ie" Jisoo serta Seungcheol berjalan menghampiri Jeonghan yang berada di pojok ruangan bersama dengan Seokmin yang ikut tersenyum menatap kedatangan keduanya.

Bisikan dari orang-orang di sekitarnya mulai terdengar. Baik tentang kehadiran Seungcheol ataupun Seokmin disana, ataupun tentang keduanya yang terlihat memiliki hubungan baik, ada juga beberapa orang yang membicarakan hubungan keempatnya. Tak sedikit orang yang melihat Seungcheol serta Jisoo bertingkah selayaknya sepasang kekasih. Tak sedikit orang juga yang membicarakan kabar angin tentang batalnya pernikahan Jeonghan serta Seungcheol.

"Halo?"

Keempatnya menoleh menatap figur yang tak asing disana, Junhui. Figur yang membuat terealisasinya acara ini, salah satu pengurus osis di angkatan dua sahabat itu.

"Kita gak nyangka sih bakal kedatengan Kak Seungcheol sama Kak Seokmin. Acaranya kan dimulai beberapa menit lagi, boleh gak sih kalian ngisi waktu luang ini buat tanding basket seru-seruan aja gitu, biar kita flashback ke masa-masa sma"

Seungcheol menggaruk tengkuknya ragu, "gimana ya, udah lama juga gak main"

"Ayo dong kak, biar seru-seru aja"

Seungcheol menatap Jisoo yang hanya menaikan kedua bahunya.

"Kalau kak Seokmin gimana?" Tanya Junhui

"Dari semenjak SMA juga gue udah jarang main." Seungcheol terdiam mendengar pernyataan tersebut, memang benar semenjak ia berperan sebagai kapten tim basket, pria itu jarang ikut bertanding ataupun sekedar berlatih.

"Tapi siapa takut?"

Seokmin menunggingkan senyumannya, Seungcheol kemudian hanya mengangguk.

"Yeay! Seru nih!" Junhui berlari antusias ke arah sang pembawa acara.

Begitu sang pembawa acara mengumumkan akan diadakannya permainan diantara dua kakak kelas populer diangkatan mereka, teriakan riuh mulai terdengar. Suasana tempat itu terasa seperti bertahun-tahun yang lalu.

Seungcheol melepaskan jas miliknya lalu memberikannya pada Jisoo, "kira-kira kak Cheol menang atau kalah?"

Jisoo menaruh jari telunjuknya di dagu seakan berpikir keras, "shua gak mau bikin kak Cheol patah semangat tapi kayanya sih shua gak yakin kak Cheol menang"

Seungcheol menekuk wajahnya, Jisoo hanya tertawa pelan, "menang atau kalah kan cuman buat seru-seruan aja, gak perlu terlalu serius. Kak Cheol udah gak kaya dulu lagi, gimana kalau di rumah tiba-tiba sakit pinggang?!"

"Kak Cheol gak setua itu?!"

"Yaudah sana, shua bercanda..."

Seungcheol kemudian berjalan menjauhi pasangannya itu. Jisoo hanya terus tersenyum menatap tingkah Seungcheol, namun pandangannya beralih saat ia merasa seseorang di sampingnya terus menatapnya lekat.

Jeonghan hanya tersenyum getir membuat Joshua membalasnya dengan senyuman tipis.

"Udah gak ada kesempatan lagi ya?" Tanya Jeonghan

Membuat Jisoo sedikit bingung, "maksudnya?"

"Gak ada kesempatan buat Han untuk masuk lagi ke kehidupan Kak Cheol, entah itu hatinya."

Jeonghan menatap lawan bicaranya yang memilih untuk terdiam tak menggubrisnya. "Shua, gimana kalau sampai saat ini Han masih ingin berjuang untuk dapetin hati Kak Cheol lagi. Shua tolong... Han gak bisa hidup kaya gini..."

Jisoo menatap Seungcheol yang tengah berlari mencoba menghalang Seokmin. "Berusaha kak Cheol balik lagi ya? Shua gak pernah ngelarang itu. Tapi, jangan larang Shua juga ketika Shua berusaha untuk bikin Kak Cheol selalu ada di samping shua. Berhenti bahas ini Han, kak Cheol udah jadi milik Shua, apapun yang pernah kalian lalui, itu semua cuman ada di masa lalu"

Jeonghan meremat pakaiannya kuat. Sahabatnya kini menatapnya penuh ambisi, Jisoo yang dulu selalu memberikannya semua yang ia inginkan sudah menghilang dari sorot mata itu. Seungcheol kini bagaikan barang berharga yang diperebutkan oleh keduanya, dan si pemilik tidak ingin melepasnya dengan mudah.

"Gimana kalau suatu saat Kak Cheol milih Han?" Tanya Jeonghan

"Gimana kalau sampai saat nanti kak Cheol selalu milih Shua?" Tanya Jisoo

"Shua..."

"Han, Stop! Udah ya? Jangan bahas ini lagi, jangan buat shua selalu merasa bersalah karena masalah ini."

Tepat disaat itu juga pertandingan basket itu dihentikan. Seokmin memenangkan pertandingan tersebut. Seungcheol maupun Seokmin kini saling melemparkan senyuman satu sama lain.

Disaat keduanya bersiap untuk berjalan kembali. Lampu ruangan tersebut dipadamkan, dan sebuah proyektor menampilkan potret milik Jisoo, Jeonghan, serta Seungcheol.

Ketiganya beserta Seokmin mulai mengerutkan keningnya. Begitupun dengan orang-orang di ruangan tersebut yang mulai berbisik.

Kini potret itu beralih menjadi sebuah potret-potret milik Seungcheol maupun Jisoo di beberapa hari terakhir. Entah ketika keduanya bergandengan tangan di tempat umum, ataupun melakukan hal lainnya.

Bisikan tersebut sedikit terdengar, banyak orang yang membicarakan tentang munafiknya persahabatan ketiganya. Menganggap Jisoo sebagai antagonis yang merebut Seungcheol dari sahabatnya sendiri.

Kini semua itu beralih pada potret undangan pernikahan milik Jisoo serta Mingyu, lalu berganti cepat pada potret kertas yang memberitahukan pembatalan pernikahan keduanya. Beberapa orang mulai membulatkan matanya saat proyektor menampilkan Mingyu dan Jisoo berada di lorong apartment dengan posisi yang terlihat begitu dekat.

Semua itu kembali berganti pada potret kertas undangan pernikahan milik Jeonghan serta Seokmin. Lampu menyala kembali bersamaan dengan potret Seokmin serta Jisoo yang tengah berada di sebuah bar.

Seungcheol seketika menatap lawan mainnya tersebut. Seokmin hanya terdiam membeku melihat potret tersebut, pria tak dikenal yang ia temui di bar itu sudah merencanakan hal ini.

Cemoohan mulai terdengar dan ditujukan kepada figur yang kini hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Seungcheol berjalan menghampiri Jisoo yang kini hanya menunduk menghindari pandangannya. "Hei..."

"Shua..."

Jisoo masih dapat mendengar obrolan buruk tentangnya dengan samar. Beberapa orang berbicara menceritakan segala keburukan dirinya yang bahkan tidak mereka ketahui kebenarannya.

Ia dapat merasakan rematan di bahunya, matanya melirik menatap Seungcheol yang tengah berdiri dihadapannya khawatir. Senyuman berusaha diberikan pria itu sebelum ia memutar tubuhnya menatap tajam beberapa orang yang berbicara tentang kekasihnya.

Ehhhh, apanih?

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang