Seungcheol membuka matanya perlahan, rasa panik mulai mendominasi dirinya saat ia mengetahui bahwa Jisoo tidak berada di sampingnya. Ingatannya masih berputar pada percakapan keduanya di tengah malam.
"Shua..."
Ia membuka pintu kamarnya tergesa lalu bernafas lega saat netranya menangkap figur Jisoo yang tengah disibukan dengan kegiatannya menyiapkan sarapan pagi. Jisoo menoleh terkejut, "Eh? Kenapa kak? Ini Shua lagi bik—"
Tubuhnya sedikit melangkah mundur saat Seungcheol menubrukan tubuh kekarnya ke arah Jisoo yang masih terkejut akibat pelukan mendadak pria tersebut.
"Kak..."
Tak ada balasan apapun dari Seungcheol, ia hanya merasakan sebuah pelukan yang semakin mengerat. Keduanya tak bergerak untuk melepaskan pelukan tersebut. Cukup lama hingga sebuah bau tak sedap tercium oleh Jisoo.
"Gosong!!"
Seungcheol melepas dekapannya lalu tertawa pelan menatap Jisoo yang bergerak panik mematikan kompor di hadapannya. Ia membuang satu pancake buatannya ke dalam tempat sampah.
"Kak Cheol mandi aja duluan, Shua siapin untuk sarapan. Jadi nanti Kakak tinggal berangkat sehabis sarapan"
"Males" jawab Seungcheol disertai cengirannya.
"Mandi kak, nanti bau. Emang mau dibilang bau sama orang-orang kantor?"
"Emang bau? Shua aja betah dipeluk Kak Cheol."
Jisoo menghentikan pergerakan tangannya, tatapannya beralih ke arah Seungcheol yang masih bersandar seraya menatapnya usil.
"Emang Shua bilang kak Cheol gak bau? Tadi Shua tahan nafas habis-habisan tau!"
"Enak aja! Itu bau badan Shua kali yang nular ke badan Kak Cheol waktu malem"
"Gak ada yang kaya gitu!"
"Ada! Contohnya kak— SHUA!!!" Teriak Seungcheol saat adonan pancake kini membaluri wajahnya akibat gerakan usil milik Jisoo.
Jisoo tertawa terbahak-bahak mengejek Seungcheol yang memasang wajah tak suka. "Shua muka Kak Cheol jadi kotor!"
"Ya makanya mandi biar gak kotor kak"
Seungcheol mendengus mengakui kekalahannya lalu kembali memasuki kamar milik keduanya.
Beberapa menit berlalu, sarapan pagi sudah tersusun rapih diatas meja makan. Seungcheol pun sudah kembali menunjukan batang hidungnya di ruangan tersebut dengan balutan kemeja putih miliknya.
"Shua, ini—"
Tanpa permintaan tolong dari yang tertua, Jisoo sudah berdiri di hadapan pria itu, memasangkan dasi yang kini menambah wibawa dari seorang Choi Seungcheol.
"Dah, kak Cheol sarapan duluan aja. Shua mau ganti baju dulu. Kalau kak Cheol mau berangkat, Jasnya ada di lemari gantung"
Seungcheol berjalan perlahan sebelum menduduki kursi di hadapan meja makan. Seperti ini rasanya memiliki pasangan hidup?
Memikirkan hal itu membuat senyumnya merekah, sejujurnya ia cukup nyaman menikmati detik demi detiknya.
Pintu kamarnya terbuka menampilkan figur Jisoo yang terkejut menatapnya, "Eh?! Kok belum mulai sarapan? Nanti telat kak"
"Kita sarapan bareng..." cengir Seungcheol
Keduanya kini sudah terduduk di meja makan. Dentingan piring serta sendok menemani pagi mereka yang cukup hening. Seungcheol memperhatikan Jisoo yang sibuk menggerakan jemarinya di atas ponsel.
"Ngapain?"
"Cek harga dari sini ke cafe"
Seungcheol mengerutkan keningnya, "ngapain ngecek harga dari sini ke cafe?"
"Ya, shua kan mau pergi kerja kak..."
"Kan ada kak cheol. Shua berangkat sama Kak Cheol" Ucap Seungcheol, memasukan suapan terakhirnya.
Jisoo hanya terdiam membisu, "beneran?" Tanyanya memastikan.
"Iyalah, itu tugas kak Cheol sekarang"
Seungcheol bangkit dari kursinya lalu berjalan untuk mencuci piring kotornya. Jisoo ikut bangkit secara tergesa-gesa lalu menahan lengan Seungcheol, "biar Shua aja.."
"Gapapa, sini piringnya..."
Yang termuda hanya bisa mengalah dan meletakan piringnya pelan. Seungcheol tersenyum tipis saat Jisoo melipat lengan kemejanya agar tidak terkena aliran air ataupun kotoran dari piring-piring tersebut.
"Emang nikah itu tentang kerja sama" lontar Seungcheol.
"Bukan perasaan?" Tanya Jisoo
"Ya soal perasaan juga. Kita pasti mau kerjasama bareng orang-orang yang kita suka, orang yang bikin kita nyaman. Itu kan perasaan"
"Ya masa kita kerjasama bareng orang yang gak kita suka. Yang ada malah saling ngehancurin"
"Analoginya bagus, shua suka." Ujar Jisoo lalu berjalan pergi meninggalkan Seungcheol sendirian di tempat itu.
Seungcheol terkekeh pelan. Ia membasuh kedua tangannya lalu menatap Jisoo yang berjalan kembali ke arahnya seraya membawa sebuah jas hitam miliknya.
"Ayo kak, berangkat"
Seungcheol mengangguk pelan lalu memakai jas itu dengan bantuan dari pasangannya. Ia menggengam lengan Jisoo lalu berjalan keluar dari kediamannya.
"Hari ini Shua pulang terlambat, shua bakal ngeberesin cafe sendirian. Hao udah jagain cafe sendirian berhari-hari jadi Shua biarin hao pulang lebih cepet"
"Kabarin aja, nanti kak Cheol jemput"
Jisoo menghentikan langkahnya seketika, "beneran?"
"Emang daritadi Kak Cheol keliatan bercanda?"
Jisoo menggeleng, keduanya kembali melanjutkan langkah mereka sebelum terpaksa dihentikan karena berpapasan dengan dua figur yang ikut menghentikan langkah keduanya.
Seungcheol mengeratkan genggamannya, sementara pria di hadapan keduanya hanya menyeringai tak percaya.
"Gak nyangka kita ketemu lagi disini, secepet itu lo lupa sama hubungan kita?"
Mingyu, pria itu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Jisoo yang mulai ditarik pelan oleh Seungcheol.
"Lagian ngapain juga Shua susah ngelupain cowok brengsek kaya lo?" Tanya Seungcheol dengan seringaian yang tak kalah sinis.
"Anjing"
"Udah brengsek, gak punya otak, buta. Disini gak ada anjing, dan kalau lo lupa di apartment ini dilarang melihara hewan"
"Kak... udah..."
Jisoo menarik tubuh Seungcheol paksa untuk segera menjauh dari arah mantan kekasihnya. Selama perjalanan keduanya Seungcheol hanya tertawa cukup keras membuat Jisoo terlihat begitu kebingungan. Pria itu mentertawakan bekas luka akibat pukulan yang dihadiahkan olehnya untuk Kim Mingyu.
Dan disitu juga semesta membuktikan bahwa Choi Seungcheol adalah pria yang mahir menanamkan rasa dendam pada diri orang lain.
Seokmin dan Mingyu, keduanya tentu saja memiliki dendam yang begitu besar akibat pria bermarga choi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Merimi? [CheolSoo]
Fanfiction"Gagal nikah ya kak? Sama..." "Kalau gitu kita nikah aja." Kalau kriteria suami idaman bagi banyak orang itu mapan, setia, penyayang. Itu gak berlaku buat calon mertua dari Choi Seungcheol. Lamaran pria yang memenuhi semua kriteria itu justru ditola...