22. Blues: Break up

870 91 6
                                    

Jisoo kini memainkan jemarinya gugup dihadapan Yoon Hanna yang tengah meneguk minumannya. Tatapan tajam ia terima sedari tadi,

"Saya gak punya maksud apapun dateng ke sini. Saya capek ngeliat Han selalu nangisin kamu dan Seungcheol, saya selalu dianggap sebagai orang jahat sama anak saya sendiri"

"Kalau kamu pikir ini murni kesalahan saya karena nolak lamaran Choi Seungcheol untuk Han, mungkin iya. Tapi satu hal yang perlu kamu tau, saya ngelakuin hal ini demi Han."

"Saya pikir gak ada gunanya status pernikahan selama prioritas Seungcheol masih ada di kamu"

Jisoo menatap wanita di hadapannya tak mengerti.

"Bertahun-tahun saya ngeliat kalian tumbuh, bertahun-tahun saya menyaksikan Jeonghan menjalin asmara dengan Seungcheol, bertahun-tahun juga saya sadar kalau kamu yang terus Seungcheol utamakan dibandingkan Jeonghan"

"Terus kalian pikir saya harus bertindak seperti apa? Biarin Han nikah sama seseorang yang bahkan lebih peduli sama orang lain dibandingkan anak saya?"

"Saya gak masalah tentang status atau perasaan yang kalian berdua sembunyiin. Yang saya peduli cuman kebahagiaan anak saya, jadi tolong jaga jarak dari Han. Biarin Han mulai ngejalanin hidup barunya. Mulai hari ini saya bebasin Han untuk pergi kemanapun, kemungkinan pertama adalah Han dateng nemuin kamu, kamu bisa kan bikin dia menjauh dengan sendirinya?"

Jisoo membuka matanya terkejut, nafasnya tak beraturan, ingatan itu menghinggapi mimpinya.

"Hei, mimpi buruk?"

Jisoo menoleh lalu menatap Seungcheol yang masih tersadar dan berkutat dengan laptop miliknya. Jisoo mengangguk pelan lalu merasakan sebuah usapan di puncak kepalanya.

Seungcheol meletakan laptop miliknya lalu berbaring di samping Jisoo. "Mau cerita?" Tanya Seungcheol

Jisoo hanya terdiam membisu.

Seungcheol mengabaikan hal tersebut lalu memutar tubuhnya untuk memunggungi Jisoo. Sejujurnya rasa kecewa menghinggapi dirinya, Jisoo masih belum mempercayainya sebagai tempat cerita.

"Kemarin Han dateng ke cafe. Shua gak pernah tau kalau Han selalu merasa jadi orang asing diantara kita bertiga, Han gak ngerti obrolan kita, Han gak tau cerita shua, Han bahkan gak tau saat-saat Kak Cheol sedih."

Seungcheol masih terdiam memunggungi pasangannya itu.

"Shua bilang kalau shua gak pernah nganggap Han sebagai sahabat. Shua bohong, Shua ingin Han ngejauh, Shua ingin Han benci sama Shua"

"Kenapa?" Tanya Seungcheol, mulai memutar tubuhnya untuk menatap Jisoo yang memasang wajah datar miliknya.

"Kalau ternyata Shua jadi alasan penolakan lamaran Kak Cheol. Kak Cheol bakal marah?"

Ucapan Jisoo semakin membuat lawan bicaranya itu mengerung tak mengerti.

"Tante Hanna dateng ke cafe siang, tante Hanna minta Shua untuk buat Han ngejauh dari kita. Tante Hanna nolak lamaran Kak Cheol karena Shua. Tante Hanna pikir kalau Shua itu prioritas Kak Cheol, Kak Cheol lebih peduli sama Shua dibandingkan Han, Kak Cheol lebih utamain Shua dibanding Han. Tante Hanna gamau biarin Han nikah sama seseorang yang bahkan lebih peduli sama orang lain"

Seungcheol menarik tubuh Jisoo perlahan, dilingkarkan lengannya pada pinggang ramping Jisoo. Ia meraih dagu milik Jisoo untuk membuatnya mendongak menatap ke arahnya,

"Kalau itu alasan tante Hanna, Kak Cheol terima. Semua yang tante Hanna bilang, Kak Cheol akuin itu. Semenjak Bunda gak ada, Shua selalu jadi hal yang paling kak cheol jaga. Dan kalau itu buat tante hanna gak setuju, kak Cheol rela ngelepasin Han dibanding ngelanggar semua janji Kak Cheol sama Bunda."

"Sekarang, kak cheol cuman punya shua. Dan itu gak masalah, Kak Cheol cuman butuh satu orang untuk ngejalanin semuanya"

"Mungkin dari awal Han bukan orangnya, tapi kita bertiga udah terlalu jauh dari takdir. Itu kenapa takdir ngebuat kita harus ngejalanin cerita rumit ini..."

Seungcheol tersenyum tipis.

Seungcheol kini berjalan menghampiri seseorang yang tengah terduduk di kursi taman seraya mengedarkan pandangannya. Seungcheol memeriksa jam di tangannya, masih ada banyak waktu sebelum istirahat makan siang berakhir.

"Han..."

Jeonghan yang tengah terduduk di kursi taman itu segera mendongak lalu tersenyum lebar. Ia segera berdiri lalu berjalan menghampiri Seungcheol.

Senyumnya pudar bersamaan dengan langkahnya yang terhenti saat pria dihadapannya justru melangkah mundur dan mengisyaratkannya untuk berhenti. Pria itu, tidak lagi melebarkan kedua tangannya. Seungcheol tidak lagi membiarkan Jeonghan berakhir dalam dekapan eratnya.

"Kita berhenti disini..." suara lirih Seungcheol berhasil meloloskan satu air mata milik Jeonghan.

"Maaf setelah cukup lama, Kak Cheol baru berani ngucapin ini sekarang."

Jeonghan mengusap air matanya kasar, ia dapat melihat Seungcheol tengah tersenyum tipis ke arahnya "Kak, kenapa semuanya kaya baik-baik aja?"

"Kenapa kak cheol gak marah sama Han ataupun Mama. Kenapa kak Cheol nerima semuanya?!!" Bentak Jeonghan, ia benci melihat Seungcheol yang bertindak seakan-akan perpisahan mereka tidak terlalu membebaninya.

"Tolong..."

"Tolong jangan kaya gini kak..."

"Setidaknya tolong biarin Han tau kalau Kak Cheol sedih karena ini. Buat Han sadar kalau Kak Cheol pernah cinta sama Han..." Jeonghan meraih kedua tangan milik Seungcheol memohon.

Seungcheol melepaskan genggaman tersebut lalu berjalan meninggalkan Jeonghan berdiri sendirian di taman tersebut. Seungcheol segera memasuki mobil miliknya lalu meremat stir mobil begitu kuat. Air mata kini mulai menetes deras di wajahnya, terlalu sakit untuk membayangkan hidupnya tanpa Jeonghan.

Ia menatap Jeonghan yang masih menangis keras seraya berjalan menghampiri mobilnya. Seungcheol membuka pintu disampingnya lalu berlari menghampiri Jeonghan. Ia memeluk tubuh tersebut erat. Bagaimanapun, rasanya begitu berat untuk membuang masa lalu indahnya seperti ini.

"Makasih..."

"Makasih udah bikin Han yakin kalau Kak Cheol pernah cinta sama Han"

Seungcheol mengangguk pelan, "Gak ada yang salah diantara kita, semuanya terjadi tanpa sepengetahuan kita. Semua bakal jauh lebih sulit kalau kita saling nyalahin satu sama lain"

"Tapi itu semua gak akan ngerubah keputusan Kak Cheol, ayo kita berhenti disini." Seungcheol melepaskan pelukannya perlahan.

Jeonghan menggelengkan kepalanya seraya menahan lengan milik Seungcheol, "Han gak bisa, sampai sekarang semuanya masih terlalu sakit. Kenapa Han gak bisa bareng Kak Cheol?"

"Sekarang bahkan Han gak bisa lagi ngehabisin waktu bareng kak Cheol. Yang Han ingin cuman Kak Cheol. Han gak bisa kaya gini..."

Seungcheol sedikit tersenyum getir, "udah ya? Kita jalanin semuanya masing-masing. Tolong jaga diri baik-baik" Seungcheol sekali lagi berjalan pergi meninggalkan seseorang yang pernah menjadi tujuan hidupnya bersamaan dengan dirinya meninggalkan semua kenangan indah yang dilukiskan keduanya bersama.

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang