02. H-14 : Cancel The Engagement

1K 111 1
                                    

Isakan pelan yang terdengar dari sebuah ruangan di dalam cafe tempatnya bekerja, membuat Minghao sedikit ragu untuk memasuki ruangan tersebut. Tentu saja terdapat perasaan takut yang menumpuk pada dirinya, sebagai bukti, bulu kuduknya sudah berdiri sejak tadi. Namun rasa penasaran mendominasi hingga kini pria itu sudah membuka ruang penyimpanan yang menampilkan rekan kerjanya yang terlihat—

Menyedihkan?

"Hao?" Tanya figur yang mendongakan kepalanya dengan isakan yang tak henti-hentinya lolos dari bibir mungilnya.

"Kak Soo..."

Minghao segera menghampiri Jisoo dan merengkuh tubuh rapuh miliknya, "kenapa kak? Mau cerita? Kak soo istirahat aja di rumah, cafe biar tutup aja untuk hari ini ya?"

"Hao, aku gak bisa pulang..." jawab Jisoo masih terisak, bahkan suaranya semakin terdengar serak.

"Kenapa kak? Jangan kaya gini, Hao telepon kak Mingyu ya?"

"JANGAN!"

Bentakan dari lawan bicaranya membuat minghao mulai sedikit mengerti apa yang tengah terjadi. Rekannya, Jisoo tengah berseteru dengan pasangannya, Kim Mingyu.

Tapi sial,

Ia baru menyadari bahwa ruang penyimpanan cafe tersebut dipenuhi oleh kotak yang berisi barang-barang Jisoo. "Kak, kenapa barang-barangnya dibawa ke sini? Bukannya mau dibawa ke apartmen kak—"

"Batal, semuanya batal"

Minghao membeku mendengar penjelasan dari temannya tersebut, "Kak Soo sama Kak Gyu..."

Jisoo hanya menganggukan kepalanya pelan, "dia punya pacar, Hao. Jahat banget ya aku? Hampir misahin satu pasangan yang punya perasaan satu sama lain"

Gelengan kepala menjadi jawaban untuk pernyataan tersebut. Entah sebagai jawaban yang sebenarnya atau hanya untuk menenangkan hatinya yang tengah hancur.

"Kak Soo mau cerita?"

Jisoo menganggukan kepalanya pelan,

"...

Jisoo si figur yang tengah berbaring di kasur baru miliknya. Pipinya memunculkan semburat merah muda saat membayangkan bahwa ruangan ini akan menjadi kamar yang dihuni oleh dirinya serta Mingyu. Akh, benar, ia lupa untuk memberitahu kekasihnya bahwa ia sudah tiba di apartment barunya.

Namun gerakan lengannya terhenti saat seseorang terdengar membuka pintu unit apartment miliknya. Senyumnya melebar, tentu saja itu kekasihnya.

Jisoo bangkit dari kasurnya dan memilih untuk berdiam diri di dalam kamar sampai sang kekasih menyadari kehadirannya dengan wajah terkejut. Namun niatannya seakan menjadi boomerang, kini ia yang justru terkejut karena kehadiran orang lain di dalam huniannya.

Jeon Wonwoo, salah satu orang kepercayaan kekasihnya dalam hal pekerjaan, sahabat atau teman dekat kekasihnya diluar pekerjaan.

"Dua minggu lagi, kamu bakal jadi suami orang lain. Dua minggu lagi, aku jadi tokoh antagonis di cerita rumah tangga kalian. Dua minggu lagi—"

"Gak ada yang berubah, aku sama Jisoo cuman sekedar menuhin janji Papa sama mendiang Papa Jisoo, gak ada yang lebih."

Jisoo melangkah mundur, tubuhnya gontai, bagaimana bisa ia tidak mengetahui hubungan diantara keduanya hanyalah sebuah perjanjian?

Ia segera meraih salah satu barang miliknya dan berjalan keluar dengan teregesa-gesa. Cukup cepat untuk membuat dua insan lainnya terkejut dengan kehadiran Jisoo di tempat itu.

"Soo?!" Mingyu segera menahan lengan 'kekasihnya' untuk tidak meninggalkan dirinya. Tenaganya cukup kuat hingga menyebabkan jatuhnya sekotak barang-barang milik Jisoo berserakan di lantai.

Wonwoo menatap keduanya bergantian, "aku duluan..." ia berjalan pergi meninggalkan pasangan yang berstatus sebagai tunangan tersebut.

"Aku bisa jelasin—"

"Jelasin." Jawab Jisoo dengan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.

Mingyu mengusap wajahnya gusar, "Iya, aku punya hubungan sama Wonwoo selama ini. Jauh sebelum kita tunangan, jauh sebelum kita pacaran."

"Terus?"

"Terus?" Tanya mingyu

"Itu gak ngejelasin semuanya, Kim Mingyu! Kalau kakak gak setuju, kenapa harus lamar shua? Masalahnya gedungnya udah di dp untuk resepsi! Kita bahkan udah nyiapin tempat tinggal."

"Maaf..."

Jisoo memasukan kembali barang-barang miliknya yang berserakan. Mingyu menghembuskan nafasnya kasar, "terus sekarang mau kaya gimana?"

"Kita batalin aja semuanya"

Mingyu menatap Jisoo terkejut, "Gak bisa gitu dong, Soo. Aku udah janji sama mendiang papa, aku—"

"Gak usah bahas janji itu, papa pun gak bakal seneng kalau tau ini semua!"

Jisoo mempercepat kerja tangannya lalu mengangkut kotak tersebut. Mingyu kembali menahan tubuh dihadapannya, "sekarang kamu mau kemana?"

"Kakak gak perlu tau, kita urus aja urusan kita masing-masing mulai sekarang"

"Soo! Kalau aku gak bisa nahan kamu untuk tetep disini, setidaknya biar aku anterin kamu ke tempatnya, barang bawaan kamu banyak! Jangan buat aku makin kayak cowok brengsek yang biarin kamu bawa barang-barang ini sendirian."

..."

Minghao mendengarkan setiap kata yang terucap dari bibir mungil Jisoo. Walaupun disertai dengan isakan dan terbata-bata, setidaknya ia masih dapat mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada teman kerjanya itu.

"Aku kayanya bakal tidur di cafe dulu untuk malem ini, gapapa kan?" Tanya Jisoo lirih

"Kak, cafe ini punya kita berdua, kak soo bebas ngelakuin apapun disini."

"Makasih ya..."

Minghao terdiam untuk sejenak, "kak, aku panggil Kak Han sama Kak Cheol ya?"

Jisoo menggelengkan kepalanya pelan, "jangan, aku gak mau ngerusak momen bahagia Kak Cheol. Kayanya mereka udah cukup diribetin. Jadi biar minggu-minggu ini Kak Cheol sibuk nyiapin lamaran dibanding sibuk ngurusin masalah aku sama Gyu" Jisoo terkekeh pelan.

Minghao membulatkan matanya, Seungcheol akan melamar Jeonghan?! Kini pikirannya semakin bercampur aduk, entah ia harus berbahagia untuk keduanya, atau tetap pada perasaan sedihnya untuk Jisoo.

"Yaudah, kak. Tidur di tempat Hao aja dulu ya? Daripada di cafe, setidaknya Hao bisa nemenin Kak Soo beberapa hari ini..."

"Makasih ya, Hao..."

"Aku ribetin lagi boleh?" Tanya Jisoo

"Kenapa kak?"

"Tolong jangan kasih tau Han sama Kak Cheol ya? Setidaknya untuk sebulan ini."

Minghao mengangguk lalu membantu lawan bicaranya untuk bangkit dari posisi terduduknya. Matanya sedikit melirik pada ponsel yang ditinggalkan tergeletak di lantai oleh Jisoo. Ponsel tersebut terlihat cukup hancur, layarnya bahkan sudah pecah tak beraturan. Figur di depannya benar-benar ingin memutuskan komunikasi dari semua orang di sekitarnya.

"Bawa barangnya ke mobil Hao aja kak"

Jisoo hanya tersenyum tipis lalu membawa barangnya menuju mobil temannya. Minghao mengambil beberapa kotak lalu ikut berjalan keluar dari tempat tersebut.

Hey, Merimi? [CheolSoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang