Jisoo berlari menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Nafasnya terasa begitu berat, ia membuka pintu area rooftop lalu menatap kehadiran dua figur yang kini menoleh menatapnya.
"Udah siap?"
Jisoo menoleh lalu mengangguk yakin, "gak pernah sesiap ini"
Jeonghan melebarkan senyumannya lalu mengulurkan tangannya. Keduanya berjalan bersamaan menuju aula pernikahan, tempat dimana seorang pria tengah berdiri di ujung sana menunggu kedatangan keduanya.
Seungcheol mengusap air mata di ujung netranya. Ia menatap lekat Jisoo yang berjalan dengan senyuman sumringahnya bersama dengan Jeonghan yang ikut menunjukan senyumannya.
Seungcheol meraih uluran tangan Jeonghan, ia menggenggamnya begitu erat, sementara Jisoo hanya menatap genggaman keduanya lekat.
"Kalau nanti kak Cheol sama Hannie, Shua sama siapa?"
"Kita tetep bertiga, kita tetep temenan." Jawab Seungcheol seraya menatap wajah milik sahabatnya yang sulit diartikan
Jisoo hanya tersenyum tipis, "Beneran ya?! Shua gak punya siapa-siapa lagi selain kak Cheol sama Hannie"
Kini yang tertua segera mengulurkan tangannya kembali untuk menerima genggaman lembut milik salah satu dari keduanya.
Jisoo menerima uluran tangan tersebut. Keduanya menatap Jeonghan yang segera berbisik pelan ke arah keduanya, "selamat ya, semoga bahagia sampai nanti..."
Pasangan tersebut segera mengangguk lalu saling berhadapan. Sementara Jeonghan berjalan pergi menuju tempat para tamu undangan.
Jisoo tersenyum ketika menatap netra yang kini bergetar menahan tangisnya, ia mengusap air mata yang lolos membasahi pipi figur di hadapannya.
Sudah satu tahun lamanya sejak mereka kehilangan sang buah hati. Bagi keduanya, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan hal-hal yang tertunda akibat peristiwa tersebut.
Dan disinilah kisah keduanya berakhir, di sebuah aula pernikahan dengan perhiasan yang didominasi oleh warna biru, sementara kedua mempelai dibalut oleh pakaian hitam dengan hiasan bunga putih kecil.
Seungcheol memperdalam tatapannya kepada sang pasangan,
"Jangan terlalu maju, nanti kena air hujan, emang mau bajunya basah-basah? Sekarang dingin tau..." ucapnya seakan mengkhawatirkan orang dihadapannya.
Tak ada jawaban yang Jisoo berikan. Ia justru hanya menatap Seungcheol dengan ekspresi yang tak terbaca, netranya pun beralih pada genggaman Seungcheol pada pergelangan tangannya.
Ia mulai membuka suara membuat aula yang semulanya hening, kini menggemakan suara tegas miliknya.
"Shua..."
"Mas ingin kita inget hari pertama kita ketemu. Mas gak sadar waktu pertama kali liat Shua, ternyata semesta nulis garisan takdir kita untuk terus bersama. Makasih udah terima mas jadi temen shua, sahabat shua, dan pendamping hidup shua. Sampai akhirnya mas cuman ingin ngebangun kehidupan kita berdua sampai maut memisahkan."
Jisoo mengangguk pelan,
"Mas, Shua terima semua tawaran mas untuk ngejalanin hidup bersama. Mas itu orang yang paling penyayang dan baik yang pernah shua kenal, dan shua janji untuk selalu ada di samping mas apapun keadaannya."
"Shua gak cuman janji kalau cinta kita tumbuh setiap harinya, tapi shua janji untuk jadi teman di setiap langkah mas. Shua ada untuk mas, siang atau malam, kaya atau miskin, sakit dan juga sehat. Mas, segalanya bagi shua."
Seungcheol melebarkan senyuman miliknya lalu meraih tengkuk milik Jisoo, ia mendekatkan wajahnya kepada sang pasangan lalu mengecupnya lembut.
Seungcheol kembali mencuri sebuah kecupan pada benda lembut tersebut, membuat para tamu undangan segera bersorak ricuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Merimi? [CheolSoo]
Fanfiction"Gagal nikah ya kak? Sama..." "Kalau gitu kita nikah aja." Kalau kriteria suami idaman bagi banyak orang itu mapan, setia, penyayang. Itu gak berlaku buat calon mertua dari Choi Seungcheol. Lamaran pria yang memenuhi semua kriteria itu justru ditola...