Jisoo tersenyum lebar melihat kehadiran sesosok janin kecil yang berada di dalam perutnya. Begitupun dengan Seungcheol yang kini masih mengusap air matanya bahagia.
"Masih kecil..." ucap Jisoo sembari menatap hasil cetakan yang diberikan oleh dokter.
Seungcheol mengangguk lalu mengeratkan rangkulannya pada tubuh Jisoo, "kita makan siang terus ke rumah mami ya? Kita kasih tau berita ini"
Keduanya masih melangkah pelan menghampiri mobil keduanya.
"Kita makan siang di rumah mami aja, mas..."
Jisoo terkekeh pelan melihat wajah memerah suaminya. "Kenapa? Masih aneh ya? Padahal shua cuman ingin punya panggilan sayang untuk Kak Cheol sebelum bayi lahir dan Shua harus manggil Kak Cheol papi untuk ngebiasain bayi denger kata papi"
"E-enggak, mas suka panggilannya"
Jisoo tertawa melihat wajah tersipu malu di sampingnya.
"Shua! Ini semua bercanda kan?! Kak cheol dipanggil mas biar kak cheol malu kaya gini?!" Gerutu Seungcheol
"Enggak bercanda, shua beneran ingin kok mas" ucap Jisoo sedikit meledek.
"Shua!"
"Iya mas?"
"Berhenti!"
"Kenapa mas?"
Tawa milik Jisoo semakin terdengar mengeras akibat gerutuan sang suami yang terdengar begitu menggemaskan baginya.
"Kenapa diem aja mas?" Lanjut Jisoo
Seungcheol hanya tersenyum tipis, "mas cuman butuh waktu untuk terbiasa kok, dek..."
Langkah kaki milik Jisoo terhenti seketika, Seungcheol cukup dikejutkan dengan hal itu lalu segera mendekat ke arahnya, "k-kenapa? Ada yang sakit?" Tanyanya seraya mengusap pelan perut milik Jisoo.
"Sakit jiwa."
"Hah?" Seungcheol cukup kebingungan.
"Gimana perasaannya bayi nanti kalau dia lahir dan ternyata orang tuanya sakit jiwa kaya gini."
Seungcheol yang tersadar akan ucapan Jisoo mulai tersenyum menang, "kan bukan mas yang mulai, ternyata malu-malu juga dipanggil dek"
Keduanya kembali melanjutkan langkah mereka. "Tapi shua beneran mau manggil mas. Tapi shua juga gak suka panggilan dek, shua lagi ngandung bayi loh kak, kayanya gak cocok sama panggilan itu"
"Terus maunya apa? Sayang?"
"Cinta?"
"My love?"
Jisoo membekap mulut Seungcheol, "stop! Cukup shua..."
Seungcheol meraih lengan yang menghalangi mulutnya itu lalu dengan cepat mencuri kecupan pada bibir di hadapannya. "Mas!"
"Capek gak?"
"Sama mas? Capek lah! Mas tuh kaya anak kecil, shua capek banget ngurus bayi raksasa kaya mas-" Jisoo membulatkan matanya saat Seungcheol justru kembali mencuri kecupan darinya.
"Maksud mas, capek jalan gak?"
Bibir mungil itu kini membentuk o bulat lalu mengangguk perlahan, "sedikit"
Jisoo memekik pelan saat tubuhnya secara tiba-tiba terangkat oleh lengan kekar milik sang suami. "Mas! Kenapa ngegendong shua di tempat umum kaya gini sih?! Shua malu banget ini" ucapnya sembari menyembunyikan wajahnya dibalik ceruk leher milik seungcheol.
"Gapapa kali, gak usah malu. Orang-orang justru bakal mikir kalau mas ini romantis banget. Rela ngegendong shua yang berat banget" canda Seungcheol yang segera dihadiahi pukulan pelan di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Merimi? [CheolSoo]
Hayran Kurgu"Gagal nikah ya kak? Sama..." "Kalau gitu kita nikah aja." Kalau kriteria suami idaman bagi banyak orang itu mapan, setia, penyayang. Itu gak berlaku buat calon mertua dari Choi Seungcheol. Lamaran pria yang memenuhi semua kriteria itu justru ditola...