3. Perihal perbincangan masa lalu

813 123 178
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Adalah hal lazim apabila kalian menemukan perbedaan besar di antara Tama dan Harsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adalah hal lazim apabila kalian menemukan perbedaan besar di antara Tama dan Harsa. Adalah hal lazim apabila kalian mulai berspekulasi bahwa mereka bukan saudara kembar.

Saat di sekolah, Tama di kenal sebagai pemimpin yang friendly, semua orang bisa menjadi temannya, tak terkecuali satpam sekolah ataupun bibi kantin. Selain punya jiwa pemimpin, Tama di berkati otak untuk mencetak prestasi di sekolah. Hal inilah yang membuat Tama di agung-agungkan oleh satu sekolah.

Lalu Harsa? Ah, anak itu malah menjadi semua kebalikan dari saudaranya. Selalu berkelahi dengan orang di sekolah hingga Tama harus di panggil berpuluh-puluh kali dalam sebulan. Di bilang pintar juga tidak, tetapi otak Harsa hanyalah rata-rata, tidak se wah kepintarannya Tama.

Itu adalah perbedaannya, tetapi kalian akan jarang menemukan persamaan di antara mereka. Contohnya adalah kasih sayang kecil dari Harsa untuk Tama.

DUAK!

Harsa melotot seketika begitu sebuah bola yang entah dari mana datangnya langsung menubruk kepala saudaranya. Seketika hawa di koridor sekolah menjadi sunyi, semua orang menunggu bagaimana reaksi Harsa,

"Siapa yang ngelempar ini?" Harsa berbalik dan menatap tajam pada seorang gadis yang berlari tergopoh-gopoh ke arah mereka.

Itu Ying, gadis dengan rambut di kuncir kuda itu berwajah pucat dan segera meminta maaf. "T──Tama!? Maaf banget, aku yang salah." Ucapnya nestapa.

Tama mulai menggeleng maklum, dia mengusap bagian tengkuknya yang nyeri sekaligus sakit. "Nggak papa. Tumben banget kamu main basket..."

Gadis yang awalnya di landa penyesalanku itu bagai debu, hilang dalam sekejap, berganti dengan wajah berseri-seri. "Oh, soalnya kebetulan banget hari ini Fahri yang jadi pelatih basketnya!"

Bagai petir di siang bolong, Harsa kian melotot geram; dia hampir melayangkan makian sinis kepada gadis itu ketika Tama berujar tanpa sadar, "Padahal kamu pernah bilang kalau kamu nggak suka basket."

"Anu──" Ying hampir saja memulai dramanya kembali sebelum akhirnya di sela oleh Harsa. "Sikap mu yang kaya gini yang bikin Fahri gedeg. Siapapun nggak bakal betah sama perempuan kaya kamu!"

Seragam putih Harsa di tarik sedikit oleh Tama, membuat yang lebih muda itu memejamkan mata untuk meredakan gejolak marahnya. "Sa, masih pagi, loh. Jangan marah-marah terus."

Semua orang terbelalak, tatap Harsa yang hari ini tidak memulai perkelahian; sangat ajaib untuk menemukan Harsa yang penyabar seperti ini.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang