13. kakak sayang banget sama kamu

689 117 126
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Ketika senja menyorot di ujung perkotaan, Harsa melangkahkan kakinya untuk kembali menuju apartemen──sekarang telah menjadi rumah barunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika senja menyorot di ujung perkotaan, Harsa melangkahkan kakinya untuk kembali menuju apartemen──sekarang telah menjadi rumah barunya.

Sangat berat, sungguh. Kaki Harsa selalu terbebani ketika harus kembali ke apartemen. Tangannya yang menenteng plastik dari apotek sedikit gemetar tatkala melihat sosok wanita di depan pintu kamar nomor 014.

"Dari mana?"

Dengan pelan Harsa menjawab seadanya, "Apotek."

"Lain kali jangan keluar tanpa seizin Mama. Kamu nggak bakal tahu bahaya apa aja yang bisa terjadi kalau kamu sendirian di kota ini." Panjang nasihat tulus dari Ibunya, hingga Harsa sejenak melupakan fakta bahwa Ibunya adalah bahaya tersendiri.

"Aku sudah sebesar ini, bahaya macam apa yang bisa terjadi?"

Senyap. Seperti biasa Kirana selalu memilih diam ketika tidak mau menjawab beberapa pertanyaan dari putranya.

Lantas Harsa kembali bertanya, "Apa ini berhubungan sama kerjaan Mama?"

Tetapi Kirana begitu enggan, terbukti dari dengusan dingin dan tatapan sinis itu. Lalu sang Ibu segera menarik dan menyeret tangan Putranya agar masuk ke dalam kamar.

"Mama!" Harsa tidak pernah tahan dengan sentuhan ini. Dia tidak pernah bisa berkompromi dengan ketakutan yang memborbardir seluruh pikirannya.

Genggaman tangan Kirana terlepas, menyisakan tatapan rumit yang lagi dan lagi terpampang. Lantas Kirana menjawab, "Iya. Kamu tahu sendiri Mama pemegang utama saham punya almarhum kakek kamu, kan? Itu artinya ada banyak orang yang ngincar Mama──

──termasuk kamu."

Jadi ini hanyalah masalah internal keluarga? Jika memang seperti ini, harusnya Harsa tidak perlu ikut dengan Kirana. Dia hanya akan jadi beban untuk di lindungi... lalu mengapa?

"Jangan keluar sampai Mama pulang kerja."

Sibuk bergulat dengan pikiran membuat Harsa terlambat untuk menghentikan pintu yang tertutup dan terkunci dari luar. Tidak. Jangan kunci pintunya lagi...

"MAMA! JANGAN KUNCI PINTUNYA! MAMA!"

Gedoran pintu itu terus berlangsung sampai Harsa menyerah. Saat malam mulai mendekam, ternyata hujan turun dengan derasnya. Harsa perlahan-lahan merosot dan bersandar di pintu, matanya menjadi tidak fokus saat kepalanya mulai berhalusinasi.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang