12. rumah mu telah kembali, Sa

668 112 117
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Berhari-hari berlalu, sudah terhitung sebanyak empat hari, namun kaki Tama tidak pernah berhenti untuk menyusuri kota Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berhari-hari berlalu, sudah terhitung sebanyak empat hari, namun kaki Tama tidak pernah berhenti untuk menyusuri kota Jakarta.

Mendung yang telah lama berarak mulai berubah menjadi hujan deras. Tama masih setia menunggu di kantor kepolisian untuk meminta tolong mencarikan saudaranya.

Ini adalah kantor polisi yang ke tiga. Jika memang tidak ada hasil lagi, maka Tama akan pergi lagi──

"Sepertinya ini saudara kamu, ya?"

Begitu mendengarnya, Tama lekas bangun dan mendekat pada berpuluh-puluh layar rekaman cctv yang terpasang di berbagai tempat. Tetapi mata Tama lekas terpaku pada sosok dengan jaket abu-abu dan masker hitam yang memasuki sebuah apotek.

"Dari catatan milik apoteker di sana, ada seorang remaja lelaki yang sesuai dengan kriteria yang kamu sebutkan. Dia baru saja pergi dari apotek lima jam yang lalu."

Manik hazel yang penuh kekalutan itu mulai terselimuti binar harapan. Dengan cepat Tama mengucapkan terima kasih dan melesat menuju apotek yang terakhir kali adiknya kunjungi.

Butuh tiga jam untuk sampai ke apotek. Apoteker yang berjaga itu telah di tanyai dan sebuah informasi kecil terdengar,

"Dia sudah tiga kali mengunjungi apotek ini. Pertama untuk membeli perban dan obat merah, kedua untuk membeli obat Alpha-Blockers, dan beberapa jam yang lalu dia datang untuk membeli inhaler."

Di dengar saja sudah sangat menyiksa telinga sang Kakak. Untuk apa perban serta obat darah tinggi yang di beli Harsa?

Lantas Tama bertanya, "Bapak tahu di mana dia tinggal?"

Hanya ada gelengan kepala, Apoteker itu menjawab sebisanya, "Di sekitar ini hanya ada ruko kecil, bangunan perkantoran dan satu apartemen. Mungkin saja orang yang kamu cari ada di apartemen."

Sekali lagi Tama berlari keluar dari apotek, menyusuri jalan trotoar yang sudah menyepi karena tengah malam telah datang.

Tuhan, kali ini saja... biarkan aku bertemu adik ku.

Rasanya kaki Tama sudah lelah menapak, tubuhnya hampir limbung ketika hujan kian mengguyur. Dia bodoh, sangat bodoh. Bukannya berteduh dan segera mencari sesuatu yang hangat, tetapi dia malah menerobos hujan mati-matian.

Harsa tidak pernah tahan dengan dingin. Malam juga bukan sahabat untuk Harsa. Bagaimana bisa adiknya melewati hari demi hari seorang diri?

Begitu melihat bangunan apartemen, Tama segera masuk ke dalam, membuat resepsionis di sana curiga sebelum akhirnya bertanya ramah,

"Ada yang bisa saya bantu, nak?"

"Saya ingin tahu... apakah ada penyewa kamar bernama Kirana dan Harsa? Seorang wanita dan remaja lelaki."

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang