4. Kopiko di tengah malam

774 122 155
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Harsa tahu betul bahwa keinginan terbesar Tama adalah keluarga yang utuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harsa tahu betul bahwa keinginan terbesar Tama adalah keluarga yang utuh. Tetapi, bagaimana jika keluarga mereka memang tidak di takdirkan bersama?

Manik jelaganya bergulir perlahan, pandangi bagaimana punggung tegap saudaranya mulai merosot tiap sekon berlalu dan bagaimana suara saudaranya penuh kegetiran.

"... Apa udah nggak ada harapan lagi?" Tama berujar lirih. Nestapa menggerayangi sepenjuru hatinya begitu melihat berkas di atas lantai.

Surat perceraian.

"Kamu nggak bakal paham urusan orang tua. Cukup belajar yang bener, jangan malu-maluin kaya Mama kamu."

Pria itu lalu menyeret kopernya menuju pintu depan hingga akhirnya berhenti tepat di samping Harsa, "Dan buat kamu, saya nggak bakal berharap lebih. Paling jauh masa depan kamu cuma mendekam di sel tahanan."

Perpisahan yang menorehkan luka baru, terlebih lagi pada Tama. Lantas Harsa tersenyum angkuh, "Bagus. Siapa juga yang mau di kasih beban harapan dari Ayah?"

"Ibu dan anak memang nggak jauh tabiatnya." Ayah menyindir sekilas lalu benar-benar pergi dari rumah dengan di jemput oleh seorang wanita muda di depan pekarangan rumah mereka.

Sepeninggal pria itu, rumah hening, hanya sisakan ributnya suara hujan yang mengguyur bumi. Harsa lantas melangkahkan kaki untuk mendekati saudaranya, tangannya terangkat lalu bergerak menciptakan dekapan pada bahu Tama.

"Udah, Tama. Jangan merengkuh apa yang nggak di takdirin buat kamu."

Tak lama kemudian, bahu Tama bergetar, isak tangis lalu terlepas setelah sekian lama di tahan. Tama lantas menggenggam balik sepasang tangan yang merengkuh bahunya, lalu mencelos isak tangis.

Untuk bumi, untuk takdir dan untuk Tuhan──haruskah hal buruk seperti ini menimpa Tama?

"Jangan nangis lagi... kan masih ada aku." Harsa berujar lirih. Egonya luruh, berganti sosok hangat yang jarang di temukan Tama seumur hidup. Perlahan-lahan Harsa membawa kepala saudaranya untuk bersandar di ceruk lehernya lalu semakin mengeratkan dekapan.

"Sa... aku nggak mau kita pisah."

Mendung kian berarak, berkali-kali guntur menggelegar, menerangi ruangan gelap dengan dua sosok rapuh di sana.

"Cuma keluarga, Sa. Aku cuma minta keluarga kita tetap sama-sama."

Untaian kalimat yang sekiranya tidak akan pernah bisa di junjung setinggi langit. Harsa bungkam sesaat, menutup mata erat-erat di kala matanya terasa panas lalu mengecup lama dahi saudaranya.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang