Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa NarasatyaJagat raya ini begitu luas, sampai-sampai tidak akan ada yang namanya jalan buntu. Tuhan sangat hebat dalam penciptaan semesta, membuat Tama tak henti-hentinya melontarkan kekaguman.
Sepasang mata hazel itu menatap lekat pada hamparan biru, ungu, dan putih yang membentang bak kanvas raksasa. Bertaburkan planet-planet besar yang ukurannya masih kalah jauh dengan matahari.
Lalu mata itu bergulir untuk menatap konstelasi rasi bintang yang bertaburan seperti cat yang tumpah. Indah, berkilau. Tetapi nyatanya, bintang menyimpan sejuta fakta mengejutkan.
Bintang itu bulat. Bukan segi lima atau segi enam yang sering anak-anak lihat di bumi. Padahal dulu Tama sering bertengkar dengan Harsa hanya untuk berdebat tentang bintang,
"Mana ada! Bintang itu nggak ada kaki! Bintang itu bulattttt!" Harsa mengoceh dengan geram. Menunjuk-nunjuk bintang di langit sebelum akhirnya terbatuk keras karena udara malam yang dingin.
"Bintang itu ada kakiiii! Kamu yang rabun! Ada kaki gitu kok di bilang gundul!?" Sahut Tama yang lebih yakin dengan penglihatannya.
Dan pada akhirnya, Harsa memang benar. Bintang itu bulat. Yang membuatnya terlihat runcing adalah karena efek pembiasaan cahaya.
Contoh lainnya adalah, bintang itu lahir dan mati. Setiap bintang tidak kekal. Mereka mati dan digantikan bintang yang terlahir kembali. Yeah, semacam siklus hidup.
Tama menatap terkagum-kagum pada batu seukuran bola kasti di tangannya. Terasa hangat dan bersinar dengan cahaya redup. Ini bintang. Dari sekian ratus ribu──atau mungkin berjuta-juta bintang, Tama memilih bintang ini karena feeling nya.
Harsa, lihat. Ini bintang untuk kamu. Kakak carikan yang paling indah, paling cantik, dan paling terang dari yang lain.
Kakak bukan pembohong. Kakak pergi ke jagat raya dan carikan bintang untuk adiknya Kakak.
Kamu pasti bangga, kan?
Sudah sejauh ini Tama berjalan menghadap ke depan, jarang sekali dia menoleh ke belakang, sebab Tama hanya ingin menoleh ketika sudah siap untuk berdamai dengan masa lalu.
Sekitar delapan tahun berlalu dengan lambat. Tama melewati banyak suka cita yang mengiringi setiap langkahnya. Beruntung sekali bahwa Tama memiliki orang tua, adik, keluarga Hendra, serta Fahri yang selalu mendukungnya sebisa mereka.
Sekarang, saat Tama menginjakkan kaki di tanah tempat dia lahir, ada rasa bahagia yang menyambut. Apalagi saat melihat Arsa yang sudah agak tumbuh berlari dengan spanduk besar bertuliskan,
'WELCOME TO BUMI, KAK! MINTA OLEH-OLEHNYA, DONG!'
Ada-ada saja, Arsa pikir Tama selama ini hanya jalan-jalan di luar angkasa, huh? Lantas dengan menyandang tas besar berisi barang-barang untuk enam bulan di luar angkasa, Tama ikut terbawa suasana dan segera berlari demi menangkap tubuh kecil Arsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Derana : I Lost My Love
FanfictionC O M P L E T E D ✓ Tidak bisa di bilang jarang, perihal bait-bait harapan yang terlontar setiap waktu. Tidak bisa di bilang jarang, perihal sakitnya rasa terjatuh oleh kenyataan. Tama itu penuh harap. Tapi Harsa itu penuh keluh kesah. Mereka bert...