6. Berbanding terbalik

668 106 122
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

"Ih, anak-anak manis, ucul, gemoy, aduhaynya Bapakk!" Hendra, pria itu memekik girang ketika sedang ngopi di teras dan menemukan presensi dua saudara kembar, Tama dan Harsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ih, anak-anak manis, ucul, gemoy, aduhaynya Bapakk!" Hendra, pria itu memekik girang ketika sedang ngopi di teras dan menemukan presensi dua saudara kembar, Tama dan Harsa. Dengan lekas pria itu melambaikan tangannya agar Tama dan Harsa segera mendekat.

Usai mendekat, di unyel-unyel lah kedua remaja itu saking gemasnya. Beruntung Tama sigap mengelak dan mundur beberapa meter demi membarikade dirinya dari keganasan pria itu.

Sedangkan Harsa, yang lebih muda itu harus berpasrah dan menjerit kencang agar siapapun bisa menolongnya. "BIBIII, TOLONG HARSAA! BAPAK──AAAA BAPAK MAU NYIUMM HARSA! BII, BIBIII!" Harsa kian menjerit ketika Hendra mulai memonyongkan bibirnya dengan suara centil. Demi apapun, Harsa bisa pingsan jika begini terus!

Lalu suara gedebum langkah kaki yang bersahutan terdengar dari dalam rumah. Sosok wanita dengan daster nyentrik berwarna pink keluar dengan wajah garang seraya berkacak pinggang. Di susul gadis berjilbab pink dengan wajah syok berat dan terakhir adalah tuyul kecil yang nyempil di salah satu kaki Yura.

"Bapak bapak bapak! Pengen lanjut nyium atau Mamat aku goreng?"

Seketika Mamat, sang ayam jantan itu kabur tunggang-langgang demi menghindari tercelup ke minyak panas dan berubah menjadi ayam krispi. Lalu Hendra seketika kicep, tak mampu melawan titah istrinya.

"Bapak suka banget cari perkara sama Harsa." Yaya, gadis itu berdecak nista lalu bergulir menatap Harsa yang telah lepas dari pelecehan Hendra. "Yuk, masuk. Kebetulan banget malam ini ada pengajian di Langgar. Kalian mau ikut nggak?"

Tama dengan semangat lekas mengangguk lalu merangkul adiknya. "Boleh. Sekalian ngerukyah Harsa, siapa tau pemukiman setan di badan Harsa bisa musnah."

"SEMBARANGAN!" Lagi dan lagi, setiap orang tertawa kecil melihat reaksi kemarahan remaja itu.

Pada pukul 8 malam selepas isya, Hendra telah siap untuk menerjang jalan menuju Langgar. Bau semerbak parfum kenanga menguar, sarung wadimor yang telah menemani bertahun-tahun tersampir apik di bahu, bukan di pinggang. Pria itu mengulas senyum lebar tatkala Adel dengan aktif mulai mencabuti daun pohon bonsai milik Yura. Bentar lagi pasti bakal ada keributan.

"Nggak ada baju yang lain? Yang ini kegedean." Harsa mengeluh seraya menampakkan diri dari dalam rumah. Baju koko berwarna abu-abu itu terlalu besar hingga tangannya tertutup oleh lengan baju.

Hendra menggeleng nista, "Nggak ada. Yaudah, pakai yang itu aja, Sa. Jangan khawatir apa kata anak Pa Lurah kalau ngeliat kamu, kamu tuh ganteng apa adanya."

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang