16. jangan benci Ayah, kak

652 110 149
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Taufan sebagai Tama Narasatya;dan Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas dua belas memang bukan lagi saat-saat bersantai. Kelulusan kelas dua belas inilah yang menentukan segalanya──tidak segalanya, tetapi menentukan pengaruh untuk kedepannya.

Akan ada ujian, akan ada seleksi untuk masuk di universitas ternama dan sudah tentu akan ada rasa tertekan.

Harsa sangat paham, tentang bagaimana Ayah masih menuntut Tama untuk menjadi sempurna. Padahal tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, semuanya punya celah, tetapi Ayah selalu saja menuntut kesempurnaan.

Padahal Tama sudah mewanti-wanti agar tidak terlalu merasa rendah diri, tetapi Harsa tidak pernah bisa melakukannya. Hatinya terpukul, cemas berlebih ketika tersadar sesuatu──

──Dia ini hanya akan merusak masa depan Tama.

Maka dari itu, ketika tengah malam hampir menjemput, saat Tama telah tidur lebih dulu dan Fahri telah pulang beberapa jam yang lalu, Harsa duduk termangu di teras rumah.

Suhu malam ini begitu dingin, tapi lebih dingin lagi raut wajah Ayah yang muncul dari balik pagar. Tanpa angin apapun pria itu segera masuk ke pekarangan rumah dan berhenti tepat di depan Harsa.

"Ternyata kamu biang keroknya! Pantas saja Tama memberontak akhir-akhir ini! Ini semua karna hasutan kamu!"

Datang-datang sang Ayah langsung menuding Harsa. Lantas Harsa beranjak bangun dan menatap tak paham, "Aku nggak paham maksud Ayah. Berontak? Apa nggak sebaiknya Ayah berkaca dulu sebelum menuding orang lain?"

"Berani kamu sekarang, hah!? Ibu sama anak memang tidak punya akhlak! Munafik!"

Pria itu maju selangkah dan mendorong-dorong dada Harsa dengan jari telunjuk, "Buka mata, Harsa! Kamu ini kalau di ibaratkan cuman bisa jadi parasit! Kamu nggak suka kalau Tama sukses di masa depan, iya, kan!? Ngaku saja kamu!"

Di rendahkan seperti ini bukanlah kesukaan Harsa. Ada bagian dalam dirinya yang mulai tersakiti, hatinya sakit.

Sang Ayah──Raka──kian menyudutkan Harsa, membuat Harsa segera menepis tangan kekar itu agar berhenti mendorong tubuhnya. Mata jelaga Harsa sama hitamnya dengan mata Ayah, sorot amarah pun sama-sama terpampang jelas di mata.

"Ayah takut Tama terhambat karna aku? Segitu nggak yakinnya Ayah sama kemampuan Tama, sampai-sampai yakin akan terhambat cuman karna satu orang?" Meski bertanya seperti itu, Harsa hanya mampu menampilkan senyum congkak seperti biasa, sebuah senyum sang pemberontak.

"Kepercayaan. Ayah nggak pernah percaya sama Tama. Selalu aja ngekang dia, ngunci impian dia yang sebenarnya." Ayah menggeram marah, tangannya sudah ancang-ancang ingin menampar anak tidak berguna di hadapannya, tetapi Harsa melanjutkan kalimatnya, "Itu yang bikin Tama jadi pemberontak dan nggak pernah betah kalau di dekat Ayah."

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang