17. sepanci mie dan puding

577 96 181
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Kedatangan Tama, Harsa serta Fahri ke rumah keluarga Hendra di sambut kemeriahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedatangan Tama, Harsa serta Fahri ke rumah keluarga Hendra di sambut kemeriahan. Rupanya keluarga Hendra sedang sibuk-sibuknya membuat makan siang besar-besaran dengan insting bahwa si kembar mungkin akan datang ke rumah.

Benar saja, si kembar datang, malah di tambah dengan Fahri.

"Makin gede aja Upin Ipinnya Bapak! Sini bapak kecup duluuuu," Hendra, yang tengah duduk santai di teras dengan Mamat mulai memonyongkan bibir untuk mencium, beruntung Tama dan Harsa telah melesat masuk ke rumah, menyisakan Fahri yang terkekeh.

"Eh, Jamet! Sini duduk, duduk!" Hendra segera notice kehadiran Fahri, sang sahabat yang punya jiwa-jiwa perjametan. "Gimana kabar? Udah punya pacar tetap?"

Fahri dengan patuh duduk, menyingkirkan ayam jantan itu dengan kaki hingga si ayam tergolek lemas di tanah. Abaikan. Ayam Hendra memang letoy seperti itu.

"Baik, Pak. Untuk saat ini belum ketemu yang sesuai. Makanya gonta-ganti terus." Jawab Fahri sambil terkekeh. Jujur saja Fahri ini tidak pernah berniat mempermainkan hati para perempuannya, dia ini hanya ingin berkelana mencari hati yang tepat.

"Emang kriteria kamu kaya gimana, sih? Perasaan udah ratusan perempuan kamu coba. Curiga Bapak kalau kamu bakal nyoba perempuan di kota sebelah."

"Nggak serumit itu, Pak. Yang penting punya nyawa ratusan, bisa menghandle lima kerjaan sekaligus, minimal ada pengalaman magang di jurusan kelistrikan selama sepuluh tahun terus bisa menguasai jurus kameha-meha."

Nah, parah. Pria berkepala empat itu menggeleng nestapa. Kalau mencari yang seperti ini mana bisa dapat. "Fahri, Fahri. Cari perempuan kok kaya cari karyawan perusahaan."

"Bercandaaa." Pada akhirnya Fahri tergelak kecil. Tangannya tanpa sadar di buat mengelus-elus ayam jantan di sampingnya. Wah, ini pasti ayamnya ada semacam pelet! Bisa-bisanya Fahri jadi ngelus ini ayam!

"Nggak perlu yang populer, nggak perlu yang kaya, yang penting hatinya, Pak. Sejauh ini Fahri mau nyari yang kaya Mama. Baik, perhatian, nggak pernah capek ngarahin ke jalan yang benar... tapi itu dulu, sih."

Hendra sedikit tertegun, dia sudah pernah mendengar cerita bahwa Fahri sering mendapat perlakuan tidak pantas dari sang Ibu semenjak kematian suami serta anaknya. Dia juga sudah dengar bahwa Ibu Fahri kembali menikah baru-baru ini.

"Mama kamu masih suka nyakitin kamu?" Tanya Hendra. Matanya tak luput menatap pergelangan tangan Fahri yang terdapat bekas luka. Kalau tidak salah itu karena tumpahan air panas beberapa bulan yang lalu.

"Nggak. Mama jarang di rumah. Kalau pulang biasanya moodnya lagi bahagia banget." Iya, Fahri senang jika Ibunya sudah tidak marah-marah lagi. Fahri senang jika Ibunya sudah tidak memukulinya lagi. Tetapi Fahri tidak senang saat Ibunya mencoba menghapuskan keberadaan Fahri,

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang